૮₍'˶🩰 ׅ ׅ⸼ּ ݂݁Hαlαmαn 033⚶ִׁ

285 15 0
                                    

𖥻33. ANOTHER VERSION OF ME
__________________________________

"Siapa anak papa yang paling cantik sedunia?"

"Aku, aku! Aku!"

"Siapa kesayanyan papa?"

"Aku!!!"

"Siapa? Siapa? Siapa namanyaaa?"

"Cyela Plamoedya."

Awan hitam di atas sana menggumpal pekat, rintik demi rintik tetesan air hujan membasahi tanah, satu persatu para pelayat meninggalkan penakaman menyisakan tiga orang. Bau tanah basah bercampur aroma bunga yang harum menjadi satu, terlihat seorang gadis menangis, enggan beranjak meski derasnya hujan tak membuatnya beranjak.

Bayangan papa beberapa tahun lalu membekas jelas layaknya kaset rusak berputar-putar. Ia memeluk erat gundukan nisan bertuliskan nama lengkap papanya.

"Papa tahu, Cyera cuma punya papa di dunia ini. Mama udah lama pergi lalu kenapa Papa ikut pergi ninggalin Cyera?" Isakan pilunya menyayat hati Ronald, mengingat keinginan Davin menikahi putri satu-satunya tidak terwujud, tetapi Cyera menikah bersama pria yang dicintainya.

Ronald terlambat, Ronald menyesal. Meminta maaf tidak ada gunanya. Namun, ia berjanji akan membuat Cyera bahagia dalam rumah tangganya yang akan diarungi bersama Sergio.

"Papa, banyak janji yang harus papa tebus. Papa bilang sayang Cyera, papa bilang papa tidak bisa hidup tanpa Cyera, lalu apa yang terjadi sekarang, Pa? Papa ..., papa meninggalkan Cyera." Gadis malang itu berucap getir.

Ditengah kesedihan, Ronald menyenggol lengan kokoh Sergio. Anaknya payah! Bukannya berinisiatif menenangkan, ia justru terdiam dengan bibirnya terkunci rapat.

"Kenapa mesti Gio? Papa saja yang menenangkannya," ucapnya ketus. Ronald menatap nyalang, meskipun mendapatkan penolakan, pria paruh baya itu tak lagi banyak protes dan bersuara.

"Cyera? Mari pulang, Nak," ajak Ronald ikut jongkok di sebelah gadis malang itu. Ronald sempat bertatapan beberapa detik batu nisan bertuliskan nama sahabatnya.

Mengejutkan, perihal kematian adalah rahasia Tuhan. Dua hari sebelumya, asisten Davin sempat mengabarkan kondisi Davin berangsur membaik, tekanan darahnya stabil, tanpa diduga-duga hari ini kabar kematiannya diumumkan.

"Om duluan saja, Cyera akan menemani Papa." Pernyataan tersebut tentu tidak terdengar menyenangkan, Ronald mengusap punggung putri sahabatnya.

"Saya memahami kesedihan kamu, saya tahu kamu berduka. Biarkan papa kamu tenang, kamu tidak mau membuat papa kamu sedih, 'kan?" tanya Ronald bersuara lembut.

"Besok, lusa, dan hari-hari berikutnya kita kunjungi rumah papa kamu lagi. Sekarang kita pulang, tenangi diri kamu. Kami berikan kamu ruang jika kamu butuh waktu."

Air mata tersamar rintikan hujan. Keadaannya berantakan jauh dari kata baik, selama ini papa hebat menyembunyikan penyakitnya, mengirimkan uang rutin tiap bulan, menelepon dua kali seminggu guna memastikan anaknya sehat dan rajin kuliah.

Papa memaparkan keinginan dirinya mengenai masa depan Cyera, janji berakhir sirna, Papa bilang sehat, sehat, sehat sepanjang waktu dilengkapi senyum lebarnya seolah mengatakan ucapannya bukanlah kebohongan belaka. Ternyata dibalik tipuan itu, Papa menyimpan rahasia besar mengenai penyakitnya.

Papa Davin merupakan cinta pertama Cyera, papa kali pertama mengajarkannya berjalan, berlari, mengeja, membaca dan memberi pemahaman tentang kehidupan. Papa orang pertama paling khawatir tentang lukanya, Papa orang pertama yang bahagia melihat Cyera tersenyum lebar.

Obsession Brother [ ON GOING ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang