Prolog

327 15 2
                                    


Setelah sekian lama, saya selaku penulis amatir menuangkan ide saya kedalam cerita ini sejak beberapa tahun sebelumnya.

Sempat saya publikasikan versi pertamanya, tetapi saya batalkan untuk merubah alur ceritanya.

Pada publikasi kedua mengalami eror pada chapter-chapter yang tidak berurutan.

Semoga pada publikasi ketiga ini bisa membuat teman-teman menyukai ceritanya.

(mff kl kaku, sy lg kosplei jd penulis hebat wkwk apasi)

!!VOTE SEBELUM MEMBACA!!

***

SUARA ketukan heels dari seorang walikelasnya terdengar begitu jelas, dia dan juga temannya hanya mengikuti langkah dari belakang sembari melihat-lihat sekeliling.

Menginjakkan kaki untuk yang pertama kali disekolah barunya. Gadis itu mengangguk kepala singkat, sekolah ini bagus meski tidak cukup bagus dari sekolahnya yang lama.

Trisya Celine Smith, itu namanya. Gadis dengan paras secantik dewi yunani, cantik yang tidak nyata. Cantik yang sulit dideskripsikan.

Dia tidak sendiri, bersama seorang temannya, Mona Airisia Candrawinata. Teman yang sudah bersamanya sejak kecil, bahkan sudah dianggap saudara olehnya.

Mereka berhenti tepat didepan sebuah kelas bertuliskan 'XII IPS 3'. Walikelasnya mengetuk pintu mengalihkan perhatian seisi kelas.

Guru itu berbalik seakan mempersilahkan mereka masuk kedalam, lalu tak lama walikelasnya bertukar senyum dengan guru yang mengajar sebelum dia kembali meninggalkan lokasi.

"Silahkan menyapa teman baru kalian dan memperkenalkan diri." ujar guru yang kebetulan mengajar pada jam pertama kelas tersebut.

Spontan dua gadis itu langsung saling menyenggol satu sama lain seakan menyuruh untuk pertama kali memperkenalkan diri.

Trisya mendengus malas menatap Mona, lalu menghadap kedepan. Mengembangkan senyumnya yang terkesan paksa. "Hai, gu—maksudnya saya Trisya Celine Smith. Pindahan dari Laudree High School. "

Setelah itu, Mona melangkah sedikit lebih maju. Lalu memperlihatkan senyum terbaiknya hingga matanya menyipit. "Hai, perkenalkan saya Mona Airisia Candrawinata. Kalian bisa panggil Mona. Sama seperti Trisya, saya juga siswi pindahan dari Laudree High School. Senang bertemu dengan kalian semua, saya harap kita bisa berteman baik. "

Trisya menaikkan alis sejenak, lalu menyenggol bahu Mona membuat perempuan itu menoleh dengan alis terangkat.

"Why?" Mona berbisik.

"Sok amat lo!" gumam Trisya membuat Mona berdecak.

"Kalian berdua bisa duduk dibangku kosong dibelakang Yuna," ujar guru tersebut, lalu menoleh kedepan, "Yuna, acungkan tanganmu!"

Dengan malas, siswi bernama Yuna mengangkat tangannya sehingga Trisya dan Mona dapat melihat keberadaannya.

"Karena kebetulan disebelah Yuna kosong, Trisya bisa duduk disana. Mona, kamu bisa duduk dibelakang mereka, tidak apa-apa kan?"

"Tidak apa-apa kok, Bu." Mona tersenyum pahit, dia tidak ingin berpisah dengan Trisya sebenarnya.

Yuna kembali mengacungkan tangannya. "Saya keberatan. Mereka bisa duduk dibelakang tanpa ada yang harus duduk disebelah saya."

"Great idea. Honestly, membayangkan gue duduk disebelah lo, that would be pretty bad." Trisya terdengar mengejek.

Yuna Kalista Pradipta, Trisya akui dia cukup cantik. Tapi Trisya sedikit tahu lewat first meet, Yuna tipikal orang yang cuek dan tidak peduli. Itu terbukti ketika gadis itu hanya membenamkan wajahnya tanpa menoleh kearah Trisya sedikit pun.

"Ya sudah, kalian bisa duduk berdua dibelakang. Silahkan duduk dikursi masing-masing!" Titah guru itu tak mau ambil pusing.

Setelah sampai dan duduk dikursi masing-masing, bukannya memperhatikan guru yang mengajar, Mona justru memperhatikan teman-teman kelasnya.

Tak sampai satu menit, gadis itu menjatuhkan bahu kecewa sambil menoleh kearah Trisya.

" Gaada cogan dikelas ini. Lo tau sendiri gue nggak bisa hidup tanpa liat cogan sehari aja." bisik Mona

"Lebay lo," desis Trisya. "Kita cari kelas lain lah, gue yakin pasti banyak stok cogan disekolah ini."

Mona kembali antusias, "ide bagus."

Trisya tersenyum, lalu memperhatikan teman kelas laki-lakinya yang kebanyakan sedang menatap kearahnya.

Kelas ini dipenuhi oleh lelaki urak-urakan sebab ini bukan kelas IPA dimana kamu bisa melihat para siswa kutu buku yang hanya memprioritaskan nilai dalam kehidupannya.

First impression orang-orang pasti kebanyakan berpikir jika Trisya adalah perempuan anggun, elegan, atau berkelas. Itu semua terlihat diwajahnya. Namun, sayang perilakunya melenceng jauh dari perkiraan.

Trisya juga tak begitu acuh akan pemikiran orang-orang. Ini hidupnya, biarkan dia berbuat sesukanya.

Soal kepindahannya, Trisya sebenarnya sangat menyukai sekolah lamanya. Sayang sekali, dia harus meninggalkan sekolah lamanya dengan terpaksa karena kepindahan mereka. Sebenarnya bisa saja dia tetap bersekolah disana, tapi masalahnya ada pada dirinya sendiri. Dia selalu bangun siang sehingga jika tidak pindah, maka dia akan sering telat berujung didrop out dari sekolah.

Sementara alasan kepindahan Mona cukup simple, yaitu mengikutinya. Sudah dikatakan mereka sudah seperti saudara, sulit bagi keduanya untuk berpisah dalam waktu yang lama.

"Berisik banget!" Ketus Yuna ketika suara obrolan mereka mengganggu ketenangan Yuna.

Trisya mengernyit. "Yah, kerjaan lo aja cuma tidur. Kalo keganggu konsen belajar lo baru boleh lo negur!"

Gadis itu tidak menyahut lagi, kembali menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan tangan. Entah terlelap atau hanya sekedar memejamkan mata.

Yuna salah satu perempuan populer disekolah ini. Hanya saja dia tidak memiliki teman karena kemauannya sendiri. Menurutnya teman hanyalah kedok palsu dari orang-orang yang ingin memanfaatkannya. Dia tidak tahu alasan dibalik orang-orang yang mau berteman dengannya, entah itu karena dia populer, atau dia termasuk jajaran dari siswi cantik disekolah, atau bahkan hanya ingin memanfaatkan hartanya. Dia banyak belajar dari cerita atau film mengenai orang-orang munafik yang berkedok sebagai orang baik.

Kembali ke Trisya, meski tidak separah Mona, mereka sama-sama penggila cogan. Perempuan pemuja visual yang haus akan fisik laki-laki. Itu hanya bagian dari cara mereka menghibur diri, mereka tidak benar-benar suka dalam artian cinta. Tidak lebih dari sekedar menganggumi.

Trisya melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul delapan, matanya sudah tidak tahan untuk segera terpejam. Dia hanya tertidur tiga setengah jam tadi malam sepulang dari kelab.

"Mon, istirahat bangunin ya" gumamnya sebelun berbaring pada lipatan tangannya dimeja.

"Hari pertama aja udah keliatan banget setannya!" Mona berdecak.

***

To Be Continue

First published July, 4th 2022.
Republish Oct, 22th 2022.

(sekalian revisi dikit-dikit y kn)

btw tolong bantu share ke temen temen kalian dong, love <3

Abyss of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang