twenty two

17 6 0
                                    

VOTE SEBELUM MEMBACA

HAPPY READING

***

SEORANG gadis dengan rambut yang sengaja di curly pada bagian bawahnya itu sedang menghela nafasnya panjang, duduk dibangku taman seorang diri mengabaikan siswa-siswi yang asik pacaran maupun bergibah disekitarnya.

Bagaimanapun dia bersyukur seseorang yang ia hindari tidak masuk hampir seminggu. Bukan tanpa alasan, lelaki itu izin cuti karena jadwalnya yang super sibuk akhir-akhir ini.

Ah, pernah mereka berpaspasan sekali waktu itu. Awalnya Trisya pikir Lionel akan menegurnya, tetapi melihat lelaki itu yang cuek bahkan tidak memberi muka kepadanya itu menguatkan opininya bahwa aktor naik daun itu benar-benar tengah menjalin hubungan dengan Yurana Sera, aktris cantik yang menjadi lawan mainnya. Entahlah apa yang membuatnya berpikir begitu, tapi sepertinya memang iya. Bisa jadi Lionel menghindari kontak yang tidak penting dengan semua perempuan untuk menghormati kekasihnya. Iya bukan?

Lagi-lagi, hembusan nafas terdengar.

Seharusnya dari awal Trisya tahu diri. Siapa dia dan siapa Lionel. Hanya karena ciuman—oh, shit dia malas membahas ini lagi, tapi karena ciuman itu Trisya jadi berharap lebih pada seorang Lionel Miller.

Ini konyol.

"Hai," sebuah bisikan suara terdengar begitu dekat ditelinganya yang refleks membuatnya terkejut.

"LO?!" Trisya memegang jantungnya. "Lo hobi banget ngagetin orang dari kemaren kemaren! Kalo gue mati jantungan, lo mau tanggung jawab?"

Alsen terbahak. "Mana bisa lo mati hanya ga—" Lelaki itu menutup mulutnya rapat ketika mendapatkan glare death dari Trisya, menatap gadis didepannya dengan wajah cemberut, "iya sori."

"Kalo gue lanjutin gue yang bakal mati, bukan lo." Gumam lelaki itu kecil, sambil membuang muka kearah lain.

"Apa lo bilang? Gue ngga denger. " Tanya gadis itu mendekatkan telinganya. Memang benar dia tidak dapat mendengar ucapan Alsen dengan jelas, tapi dia tahu apapun itu pasti lelaki itu sedang mencemoohnya dari belakang.

"Hah, apaan? Gue ngga bilang apa-apa perasaan." Lelaki itu menggelengkan kepala cepat dengan wajah meyakinkan.

Gadis bertubuh ramping itu memutar bolamatanya. "Gue cuma ngga kedengeran jelas omongan, bukannya tuli. Jelas-jelas lo bilang sesuatu—"

"Perasaan lo aja udah. Mana ada gue ngomong."

"Serah dah."

Gadis itu berjalan lebih dulu meninggalkan Alsen, sementara lelaki itu mencoba menyusul untuk menyamai langkahnya.

"Gue kangen mertua gue. Gimana kabarnya?"

Trisya mendengus. "Nanya kok ke-gue! Tanya calon istri lo, lah."

"Ini lagi gue tanyain."

Langkah kaki gadis itu sontak berhenti, menoleh kearah lelaki yang sedang mengulas senyum penuh arti kearahnya. Dia merasa sebal, namun juga tidak dapat menutupi seluruh wajahnya yang terasa panas. Astaga, apa ini? Tak percaya dia sedang merona.

" A..apa sih?" Gadis itu melangkahkan kaki secepat mungkin, meninggalkan Alsen yang tampak puas menertawai kegugupannya.

"Sayang, tungguin dong! "

***


Trisya menyimpan ponselnya disaku, matanya membelalak setelah mengangkat kepala dan melihat siapa yang sedang berjalan diarah yang berlawanan.

Abyss of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang