nineteen

24 3 0
                                    

VOTE SEBELUM MEMBACA

HAPPY READING

***

TRISYA benar-benar dongkol, ini sudah seminggu sejak Lionel mengatakan bahwa lelaki itu setuju untuk menjadi guru privatnya, namun sampai kini belum ada kabar mengenai hari belajar-mengajar mereka.

Trisya tahu Lionel sibuk, tapi sesibuk itukah dia? Lagipula projek filmnya hampir selesai, lalu apalagi yang menghalanginya?

Oke, baiklah. Trisya harus belajar memakluminya karena bagaimanapun dia adalah seorang aktor dan dia bukan sembarang aktor biasa. Bisa saja lelaki itu benar-benar sibuk karena jadwalnya yang super padat.

Manik cokelat gadis itu beralih menatap layar ponselnya yang bergetar disertai deringan nada yang berbunyi. Terpampang nama Lionel disana, oleh karena itu dengan gesit Trisya mengangkatnya.

"Halo?"

"Lo kosong kan hari ini?"

"Iya, kosong. Ditambah bosen lagi, malming gini enaknya belajar." Trisya mengembus nafasnya panjang. "Sayangnya gue ngga ngerti, kalo gue bisa belajar sendiri juga dari kemaren-kemaren gue udah belajar."

Terdengar suara kekehan diseberang telfon. "Ini gue otw rumah lo, sabar dikit lah, lagian malming tuh enaknya jalan-jalan bukan belajar. Kuno lo!"

Trisya berdecih, "cih, cepet otw keburu malem!"

"Ini udah malem."

"Ck, maksudnya nanti kemaleman! Jangan mancing emosi dong. Buruan sini, ngebut!"

***

"Salah , kerjain ulang!"

"Lagi??" Trisya menatap Lionel tak percaya.

Lionel mengalih pandang dari ponselnya kearah Trisya. "Kenapa?"

Trisya menghela nafasnya, lalu memaksakan senyum. "Nggak papa."

Dia kembali mengerjakan soal yang dibuat oleh Lionel dengan perasaan kesal. Rasanya ingin mencabik-cabik lelaki itu, namun sayang dia hanya bisa membayangkannya lewat pikirannya saja. Trisya curiga lelaki itu sengaja memberinya soal dengan tingkat kesulitan yang paling tersulit. Bayangkan dia sudah mengulang soal itu hampir belasan kalinya, namun Lionel terus berkata jawabannya salah.

Lionel meletakkan ponselnya diatas meja, lalu bersidekap dada menatap Trisya. Tidak disangka ternyata kapasitas otak Trisya memang selemot itu. Untuk mengerti soal tingkat medium seperti ini saja dia perlu mengerjakannya berkali-kali.

Trisya mengacak rambutnya hampir frustasi, dia mendongak menatap Lionel sambil melengkungkan bibirnya kebawah.

Lionel menghela nafasnya. Perlu kesabaran ekstra untuk mengajari gadis seperti Trisya.

"Gue jelasin lagi. Ini terakhir kalinya ya, kalo sampe salah lagi gue bakalan mundur sih fix. Lo cari orang lain aja deh, gue juga nggak sanggup kalo kek gini."

Trisya mengambil tangan Lionel, menggenggamnya penuh harap sempat membuat lelaki itu beku sesaat.

"Gue minta maaf banget, tapi plis jangan nyerah. Gue yakin gue pasti bisa kalo lo jelasin satu kali lagi. Kalo gue tetep gabisa, ya...lo harus ajarin gue lagi sampe gue bisa. " Trisya menatap Lionel dengan mata yang berkedip-kedip.

Lelaki itu yang sempat membeku itu kemudian mengerutkan alisnya, menarik kedua tangannya yang digenggam oleh Trisya lalu mengangkatnya keatas. " Gue beneran bakalan nyerah kalo lo tetep gabisa setelah gue jelasin ini untuk yang kelima kalinya."

Abyss of LoveWhere stories live. Discover now