twenty

29 5 2
                                    

VOTING SEBELUM MEMBACA

HAPPY READING

***

"TUHKAN, gue bilang juga apa?" Trisya berseru lantang ketika hasil jawabannya benar ketika dikoreksi, melirik Lionel sekilas dengan senyum bahagianya. "Emang paling bener lo yang ngajar gue."

Terdengar helaan napas dari lelaki tersebut. "Tapi ngajarin orang lemot kaya lo itu udah ngga bener menurut gue."

"Bercanda!" seru Lionel lantang sembari menjauhkan diri ketika sorot mata tajam Trisya seakan ingin memotong lehernya, tangannya bahkan sudah ancang-ancang ingin menjatuhkan pukulan.

Perempuan itu menyedekapkan tangannya, bersandar dikursi sembari mendengus. "Gue nggak pernah maksa, ya! Lo sendiri yang mau."

Kali ini, mereka mencari suasana baru belajar dicafe meskipun diruang privat. Seperti janji Trisya sebelumnya, ia ingin mentraktir aktor tampan itu hari ini.

"Oh, ya," gadis itu berbicara setelah menyeruput jus. "Kenapa ngga setiap hari aja sih kita belajar gini? Kalo iya, gue auto rangking satu."

Lionel memutar bolamatanya malas. Apakah perempuan ini harus membuatnya menjelaskan alasannya untuk yang kesekian kali?

"Gini ya, Nyonya Trisya Smith. Gue nggak tahu kapasitas otak lo sekecil apa sampe-sampe harus bikin gue bosen jelasin berkali-kali untuk ini." Lionel menghembus nafasnya, menahan gemas. "Kesibukan gue itu bukan cuma jadi guru privat lo. Lo tau sendiri gue siapa, nama gue udah sebesar apa, ya kali—"

Lelaki itu mengusap wajahnya kasar, terlalu lelah melanjutkannya. "Lagian lo baru gue kasih soal SD-SMP. Bayangin lo ngerjain satu soal aja butuh berjam-jam, apalagi gue kasih soal SMA?"

Trisya menatap Lionel dengan mulut terbuka serta raut tak percaya. "Are you kidding me right now? "

Lelaki itu mengendikkan bahu cuek, tak mau ambil pusing dengan Trisya yang terlihat syok mengetahui bahwa dia menerima soal sekolah tingkat dibawahnya, bukan setingkatnya.

"Anyway," laki-laki itu melirik Trisya sekilas, "lo masih ingatkan perjanjiannya?"

Gadis itu sontak menoleh dengan kernyitan dikeningnya. "Perjanjian apaan?"

"Gue pernah minta lo buat turutin tiga keinginan gue sebagai bayaran."

Ah, iya. Trisya baru teringat. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba saja menjadi tak enak. "I..ingat. Terus kenapa?"

"Gue mau lo nemenin gue syuting besok." ujar laki-laki itu tanpa menoleh kearahnya, sibuk membenarkan posisi jam tangannya.

Sudah ia duga, lelaki itu pasti mau menggunakan koneksinya itu. Tapi syukurlah, permintaannya bukan hal yang aneh-aneh.

Tetapi tetap saja permintaan Lionel membuat kedua alisnya terangkat keatas. "Emang boleh?"

Laki-laki itu menatapnya penuh kejengkelan. "Lo ga akan gue ajak kalo ga boleh."

"Ya, tapi maksudnya ngapain? Cuma liat lo akting doang mah lebih enakan nonton pas filmnya udah tayang. Kalo mau liat btsnya juga tinggal liat yutub. Dan—" gadis itu langsung mengatup mulutnya saat pandangan Lionel tertuju kearahnya dengan aura tidak bersahabat, meneguk ludahnya kasar, Trisya mencoba tersenyum lebar. " Bercanda hehe. Gue nggak sabar tau pengen ikut lo. Kapan btw? Bakal seru nih bisa liat behind the scane secara langsung."

"Gue nyuruh lo ikut bukan tanpa alasan," ujar lelaki itu santai namun terasa mencekam. "Gue cuma mau lo tahu dan liat seberapa sibuk kerjaan gue. Gue bisa bantu lo sampai hari ini aja seharusnya lo udah bersyukur. Gue paling nggak suka ngorbanin waktu istirahat gue sebelumnya."

Abyss of LoveWhere stories live. Discover now