fourty three

13 2 1
                                    

JANGAN LUPA VOTE SEBELUM MEMBACA
SELAMAT MEMBACA

***

KATAKAN lah hari ini hari sialnya. Rencananya ingin me-rewatch seri twilight itu gagal terealisasikan dikarenakan kehilangan mood untuk itu.

Bukan tanpa sebab, namun ceritanya berawal saat ia pergi ke ind*maret didepan komplek dengan berjalan kaki untuk membeli snack-snack ringan yang akan menemaninya menonton kelak. Tapi sepulang dari sana, ada tragedi dimana seekor doberman mengejarnya sambil menyalak garang.

Trisya tidak tahu apa dosanya, yang bisa ia lakukan hanyalah mengerahkan seluruh tenaga untuk berlari dan berdoa dalam hati meminta pertolongan.

Gadis berambut panjang itu hampir ingin menangis, tetapi untungnya ia bertemu dengan pahlawan baru, yakni Vernon Leo Anderson.

Trisya memang tak bisa dikatakan memiliki hubungan yang baik dengan laki-laki itu, tapi ia akui Vernon masih memiliki nurani untuk membantunya dan mengantar pulang.

Sampai dirumah, tak lama setelah Vernon pulang, Alsen datang kerumahnya. Dan saat ini pun laki-laki itu tengah memijit kakinya ketika ia mengeluh pegal-pegal.

" Udahan, yang. "

" Kamu yakin?" Alsen menatapnya.

" He'eh." Trisya mengangguk. " Kamu disini aja langsung bugar badanku, apalagi sampe dipijitin."

" Lagian gimana ceritanya kamu bisa dikejar anjing? Kamu ngapain?" Alsen bertanya sambil terkekeh.

Trisya memegang kepalanya. " Udah, nggak usah dibahas. Aku trauma!! Padahal kan aku nggak ngapa-ngapain. Anjing gila! "

Alsen tertawa. Mendengar cerita dari Trisya saja sudah lucu, apalagi ketika membayanginya.

" Kamu jangan ketawa-ketawa! Aku kesel ya."

" Sori, babe. Lucu soalnya" Alsen masih cengengesan, sebab sulit rasanya untuk tidak tertawa.

Trisya sudah meliriknya dengan bombastic side eye. " Oh, lucu ya?"

Alsen masih ngakak sambil mengangguk cepat, hingga kemudian anggukan itu berubah jadi gelengan dan tawanya memudar ketika menyadari hawa tidak enak disekitarnya.

" Emm.. maksudnya nggak lucu." Alsen menggaruk ujung hidungnya dengan gerakan awkward. Dia melirik Trisya sekilas, lalu berkacak pinggang. " Konyol banget sumpah yang bilang lucu."

Laki-laki itu bergidik ngeri saat ternyata tatapan setajam pisau masih mengarah kepadanya.

" Lucu kok! Aku aja pengen ketawa. Lucu hahahaha lucu banget. " Ujar Trisya dengan wajah datar.

Percayalah, Alsen sedang merasa tidak aman sekarang.

" Aku... kayanya keluar aja deh, soalnya nanti nggak enak diliat Bang Calvin berdua di kamar. " Gumamnya pelan sambil begerak dengan hati-hati untuk menjauhi Trisya.

" Kenapa keluar? Nggak mau ketawa bareng aku? Lagi lucu-lucunya lho padahal. Sini kita ketawa sama-sama." Suara Trisya meninggi sambil melotot sementara Alsen menggeleng dengan badan yang gemetar. Ia langsung kabur keluar kamar dengan gelagat horor.

***

Semenjak dimana Vernon tak sengaja bertemu Timothy tempo lalu, laki-laki itu jadi sering kemari. Saking seringnya bahkan laki-laki itu sudah berada di level dimana sudah seperti rumah ini adalah rumahnya juga.

Trisya tidak menyangka bahwa Timothy dan Vernon akan seklop itu. Timothy terlihat lebih enjoy bersama Vernon yang mengartikan pertemanan mereka itu bukan hanya sekedar hubungan senior-junior dalam dunia persekolahan maupun pergengan.

Abyss of LoveWhere stories live. Discover now