thirty five

30 7 1
                                    

VOTE SEBELUM MEMBACA
HAPPY READING

***

"Lho, Pak, ada apa Pak?" Salah seorang gadis melepaskan fokusnya dari ponsel, lantas bertanya kala bapak-bapak ojol yang dia naiki sedang memutar arah.

"I..itu, Neng, ada semacam geng-geng lagi berantem. Saya cari aman aja lah neng, ngeri kena imbasnya, apalagi tengah bawa kamu neng. " Aku bapak tersebut yang membuat Trisya spontan menoleh ke belakang untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Dilihatnya satu orang tengah dikepung sekitar lima orang dipinggir jalan. Kebetulan jalan ini memang sepi, tak banyak yang lalu lalang kendaraan, maka dari itu mereka berani menyerang ditempat umum.

Tapi bukan itu yang ia fokuskan, melainkan sebuah kendaraan familier yang sangat ia kenali betul itu terparkir sembarangan dipinggir jalan. Matanya seketika melebar, dengan refleks ia memukul pundak tukang ojek yang memboncengnya. "Pak, Pak, berhenti sini aja, Pak."

Trisya langsung memberi uang seratus ribuan ketika ia turun. Tak punya waktu untuk menunggu kembalian, akhirnya ia mengikhlaskan uang tersebut. Berlari menuju pengeroyokan tersebut sedangkan tukang ojek meneriakinya sambil menyodorkan uang kembali. Bapak ojol juga tidak expect penumpang yang ia bawa sengaja berlari ke tengah perkelahian tersebut.

" Oy!" Seru perempuan itu mengalihkan perhatian enam orang laki-laki disana termasuk korban yang membulatkan mata saat melihatnya disini.

Trisya mundur perlahan, tiba-tiba nyalinya menciut kala wajah-wajah sangar nan biadap itu menatapnya seakan dirinya adalah mangsa baru.

"G..gue udah telepon polisi." Alibinya meski harus terpatah-patah.

Kompak lima laki-laki disana tertawa merasa konyol dengan ucapannya barusan. Itu sedikit menyentil harga dirinya.

" Iya, percaya kok." Salah satunya menyahut sambil mengulum senyum. Lalu ia memberi kode tatapan untuk dua orang lainnya yang membuat dua orang itu langsung sigap bergerak untuk menahan pergerakan Trisya.

Namun, belum sempat menyentuh Trisya, tangan mereka sudah lebih dulu digigit kuat-kuat oleh gadis itu sehingga mereka berdua mengerang. Kemudian salah satunya dengan berani hendak melayangkan tamparan keras kalau saja laki-laki pertama—Trisya pikir punya kuasa paling tinggi—itu tidak menghentikannya.

" Khusus dia jangan asal lo sentuh sembarangan." Tukasnya, kemudian mengeluarkan smirknya. " Cewe ini spesial, lebih dari bajingan nggak berguna itu."

Trisya kesal ketika laki-laki itu menunjuk Alsen sebagai bajingan tidak berguna, padahal yang mereka butuhkan cuma kaca untuk sadar siapa yang paling tidak berguna dimuka bumi ini.

" Kenapa gue bilang dia spesial? " Lelaki berwajah tidak asing itu pun membuat Trisya ikut penasaran. " Dia pacarnya ketua geng. Jadi, lo hati-hati kalo mau kasarin dia. Pastinya Vernon nggak akan ngelepas lo cuma-cuma kalo lo berani nyakitin dia."

Trisya terbelalak. Ah, dia mengingatnya! Lelaki itu adalah salah satu dari orang dari geng lawan yang mengaku sebagai anak buah Vernon untuk mengantarnya pulang. Padahal hampir saja dia diculik untuk dijadikan tawanan karena mereka pikir Trisya ini pacar Vernon gara-gara jaket milik ketua geng yang ia kenakan.

Lelaki tadi ternyata salah satu orang penting digeng musuh, Rages. Dia menghampiri Trisya sambil tersenyum. "Tapi takut itu cuma untuk pecundang. Vernon cuma bocah ingusan yang nggak ada apa-apanya. Tapi gue bakal tetep baik hati untuk nggak akan biarin siapapun nyentuh lo, asal lo nurut. Lo tau kalo lo nggak nurut, gue sendiri yang bakal kasih paham. "

Abyss of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang