eleven

29 5 0
                                    

GERUTU kesal tak henti keluar dari bibir seorang gadis memakai sepatu boot hitam
yang baru saja kembali dari ruang BK setelah mendapat teguran keras karena seringkali terlambat datang.

Sudah belasan kali dalam bulan ini dia terlambat, namun cuma tujuh kali dirinya tertangkap basah memanjat tembok samping sekolah. Trisya diberi kesempatan satu kali lagi, namun bila melanggar kembali, maka pihak sekolah akan memanggil orang tuanya.

Gadis itu menendang kerikil didepannya kasar. Tidakkah para guru itu berlebihan?

Terlambat bukanlah hal serius. Itu pendapatnya.

Oke, baiklah. Dia akui terlambat itu memang suatu kesalahan. Dan peraturan dibuat untuk mendisiplinkan. Tapi panggilan orang tua? Shit. Apa itu tidak berlebihan?

Guru cukup memberinya hukuman dari yang ringan sampai yang berat untuk menertibkan siswanya.

Trisya sangat kesal soal ini. Ia memiliki niat untuk meluapkan segalanya ketika berada dikelas nanti, tetapi langkah kakinya memelan kala tak sengaja mendengar perbincangan serius dibalik lorong yang hendak ia lewati.

"Anak bodoh! Cukup, sudahi karirmu dan lanjutkan usaha daddy! Dengan begitu, setidaknya kamu sedikit berguna dikeluarga ini." Suara seseorang yang seperti naik pitam, berusaha meredam emosinya.

"Never. Saya nggak akan pernah menyudahi karir saya hanya untuk melanjutkan pekerjaaan Anda! Saya mungkin memang anak Anda, tapi bukan berarti Anda berhak mengatur kehidupan saya. Apa yang saya inginkan, itu bukan hak Anda!"

Trisya mengenali suara ini. Jelas sekali itu suara Lionel.

" KAMU—!! " Pria itu tampak emosi. Dia menghela nafasnya mencoba untuk bersabar," lalu mengapa kamu tidak datang pada saat acara makan malam keluarga? "

" Keluarga? " Lionel tertawa remeh. "Itu keluarga Anda, bukan keluarga saya. Saya tidak pernah punya dua ibu, and i don't have brother too. So they're not my family!"

Tamparan keras dilayangkan. Mata Trisya sampai terpejam ketika mendengar suara tamparan keras.

"Wash your mouth! Bagaimana pun, mereka juga sudah menjadi bagian dari keluarga kita!"

"Aku nggak pernah setuju ini dan daddy tahu itu. Mama kabur dari rumah juga karena mereka. Harusnya Daddy paham kalau sampai kapanpun aku nggak akan pernah bisa terima mereka." Lionel sedikit melembut, nadanya terdengar kecewa dan sedih.

"Lionel, dengar! " Pria itu memandangnya putra sulungnya, "mamamu kabur karena keinginannya sendiri, bukan karena mereka. Mamamu pergi meninggalkan kamu diumur yang masih sangat muda, lantas apa layak dia kamu sebut sebagai ibu?"

Lionel tertawa pelan menatap ubin yang dia pijaki. Keluarganya sudah hancur bahkan semenjak dia lahir. Daddy selingkuh sehingga membuat Mama pergi meninggalkan mereka. Sayang sekali setelahnya, Daddy tetap tidak bisa menikahi wanita itu karena wanita itu baru saja menikah dengan pria lain. Hubungan papi dengan wanita itu tidak kandas, mereka nekat untuk tetap melanjutkan perselingkuhan mereka sampai kemarin, suami wanita itu meninggal dan karena itu daddy menikahinya.

"Dia tetep ibu kandung saya meskipun saya membenci pilihannya untuk menelantarkan saya dengan pria berdosa seperti Anda!" ucapan Lionel kembali menajam.

"Anak tidak tahu diuntung!" geram daddynya sambil melayangkan bogeman ditulang pipi sehingga Lionel tersungkur.

"Saya sudah cukup muak sama kamu! Akhiri karirmu sebagai aktor dengan segera atau saya sendiri yang akan mengakhirinya!" kecam pria itu tidak main-main.

Lionel terkekeh penuh sarkas, lalu bangkit. Meludah ketanah ketika merasa darah tercicipi dalam mulutnya. Menatap mata daddy dengan pandangan yang rendah.

Abyss of LoveWhere stories live. Discover now