fourty four

14 2 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE SEBELUM MEMBACA
SELAMAT MEMBACA

***

"Trisyaa!!!"

Seruan itu membuat matanya spontan terbuka, mendapati seorang laki-laki tinggi menjulang membuka pintu mobil dan membuka payung yang masih terkuncup itu dengan tergesa-gesa.

Gadis itu berjongkok sambil menyembunyikan wajahnya diceruk tangannya yang terlipat diatas lutut. Bahunya bergetar hebat.

Laki-laki itu memelankan langkahnya ketika mulai mendekat. Kondisi Trisya sangatlah mengkhawatirkan. Gadis itu dengan baju lengan pendek yang tampak kebesaran hampir menutupi hotpans yang ia kenakan. Ditambah hujan lebat kali ini yang pastinya membuat gigil dalam dingin.

Tapi laki-laki itu bukan sekedar khawatir, melainkan sangat-sangat khawatir karena hal pertama yang merebut perhatiannya bukanlah cara berpakaiannya dikala hujan, melainkan getaran dari bahu serta suara tangis yang sampai ke telinganya.

Lionel ikut berlutut berhadapan dengan Trisya, kemudian menyentuh pundak gadis itu yang akhirnya mau mengangkat kepala untuk menatapnya dengan wajah penuh air mata yang bersatu dengan air hujan.

Dibawah payung yang melindungi mereka dari hujan, Lionel mendekap gadis itu dengan tangan satunya yang kemudian ternyata dibalas pelukan tidak kalah erat. Gadis itu tengah terisak dibahunya.

Laki-laki itu menepuk-nepuk pelan punggungnya barangkali dapat membuat Trisya tenang. " It's okay. Everything's gonna be fine."

Trisya semakin mempererat pelukannya seolah-olah mencari kehangatan pada Lionel. Tangisnya belum mereda, namun jujur, kedatangan Lionel membuat perasaannya lega dan menanamkan sedikit ketenangan dihatinya.

Gadis itu menguraikan pelukan mereka. Tatapannya tertunduk, lalu bicara sepatah dengan suara seraknya. "Maaf,"

" For what? You didn't do anything wrong." Ujar Lionel dengan suara tenangnya. Selang beberapa detik, laki-laki itu sengaja membuka jaketnya untuk ia sampirkan dia kedua bahu Trisya. Selain agar gadis itu tidak kedinginan, Lionel juga tak mau salah fokus terlalu lama lantaran terawang dalaman pink muda dari kaus putih yang gadis itu kenakan.

Laki-laki itu membantu Trisya berdiri, merangkul lengannya untuk mendekat agar tak terkena percikan air. Payung yang ia pegang pun condong kearah Trisya, membiarkan sebelah bahunya basah terkena rembasan hujan. " Gue anter ya"

***

Matanya langsung mengarah terhadap jam analog yang tergantung di dinding begitu terbangun. Jarum jam sedang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.

Harum oriental yang kental tercium oleh hidungnya. Kamar dengan harum khas yang sudah lama sekali tak ia jumpa lagi.

Ia menoleh ke lemari kaca yang berada tepat disebelah tempat tidur. Memperhatikan pantulan dirinya yang tampak alami. Pakaian basahnya semalam sudah ia ganti dengan pakaian miliknya sendiri yang ia tinggalkan di lemari Lionel saat ia terakhir kali ia menginap disini.

" Loh kok ada baju gue?" Trisya keheranan malam tadi saat Lionel memberikan pakaian itu kepadanya. Moodnya sudah stabil sejak masuk ke apartemen Lionel.

" Lo sendiri yang nuker baju murahan lo sama baju gue, masa lo lupa sih." Ujar Lionel tak acuh dan terkesan tidak berperasaan, namun Trisya tidak terlalu ambil pusing.

" Lo baju shamming banget sih. Kasian baju Z*ra gue insecure dengernya. Waktu itu kan gue nggak punya baju ganti, lagian lemari lo tuh isinya terlalu menggoda buat gue pinjem." Trisya mengeratkan handuk yang melingkari pundaknya.

Abyss of Loveحيث تعيش القصص. اكتشف الآن