twenty four

23 7 1
                                    

VOTE SEBELUM MEMBACA
HAPPY READING

***

BARU memasuki area kantin, Trisya disambuti dengan pandangan kebencian yang dilayangkan oleh Selna dan gengnya ketika mereka berpaspasan dari alur yang berbeda.

"Apa lo?" sungut Mona terang-terangan tidak menyukai keberadaan Selna.

Selna memutar bolamatanya sambil mengaitkan rambutnya. "Norak."

Kemudian menabrak bahu Mona dengan sengaja, diikuti antek-anteknya dan pergi meninggalkan mereka.

" Bangsat." Mona emosi, hendak menyusul Selna dan gengnya namun ditahan Trisya dan Yuna.

"Jangan diladenin, buang-buang waktu lo doang. " Peringat Yuna.

Meski imut dan lucu, faktanya Mona lebih gampang tersulit emosi. Berbeda dengan Yuna dan Trisya yang cuek. Bagi mereka, orang seperti Selna dianggap sebagai hatters, karena faktanya memang tak semuanya akan suka terhadap kita.

Mona mendengus. Berjalan mendahului dua temannya dengan perasaan kesal.

***

Trisya duduk selonjoran kaki disofa sambil meregangkan otot-ototnya. Dia baru selesai belajar berjam-jam lalu tanpa istirahat, wajar jika dia kelelahan.

" Nilai kemarin gimana?"

"B aja. Tapi ada peningkatan dari yang kemaren-kemaren."

" Di asah lagi otak lo makanya." Lelaki itu memberi sebatang cokelat yang dibalas tatapan bingung dari perempuan itu, namun ia tetap menerimanya.

"Buat gue?"

" Menurut lo?"

Gadis itu tersenyum cengengesan. "Tumben"

" Gue duluan." Ujar Lionel membereskan buku-buku belajar Trisya.

" Makasih cokelatnya. Besok-besok kalo kesini bawain cokelat lagi boleh banget loh."

Lionel mendengus sementara gadis itu terkekeh kecil sambil menggigit cokelat batangnya.

***

Memang hari apes tidak ada dikalender. Disaat orang-orang sudah sampai dirumah masing-masing, Trisya dan Mona justru harus terperangkap berdua dikelas karena ketiduran.

"Lo sih Mon, gimana sih?"

Mona menoleh dengan raut tak terima. "Kok gue? Lo sendiri ngapain tidur?"

" Inget dong, siapa yang maksa gue ikut party tengah malem?" Gadis cantik itu berdecak.

"Ck."

Mereka berdua sengaja dikurung dikelas karena tertidur dijam pelajaran terakhir. Hanya berdua karena Yuna tidak hadir. Jika hadir, mungkin mereka akan berakhir bertiga disini karena Yuna salah satu murid yang disekolah kerjaannya cuma tidur. Ajaibnya, ia selalu bisa menjawab pertanyaan guru dengan benar meski tidak memperhatikan.

" Gue ngga mau ya semaleman disini!" Trisya merengek.

" Ini sekolah lebay amat, jendela aja so soan pasang teralis. Siapa coba yang mau maling disini?" Kesal Mona.

Trisya memegang teralis jendela dengan muka menyedihkan persis seorang tahanan. Tak lama kemudian dia membelalak diikuti bibirnya yang melengkungkan senyuman.

" Mon, liat, Mon. " Berdiri dijendela yang berada disebelah pintu, ia menunjuk kearah pintu bagian luar.

Mona mendekat, mencoba mengintai dibalik besi teralis jendela itu. Ia dapat melihat pintu tersebut tidak dikunci melainkan diganjal oleh kayu.

Abyss of LoveWhere stories live. Discover now