Yarrow~04💕

3.3K 171 0
                                    


"Lo lari terbirit-birit, ketakutan, sampai pucet gini gara-gara itu?" tanya Rayla tidak habis fikir.

Arlo masih bergidik ngeri membayangkan peristiwa yang barusaja dia alami. "Hehehehe iya," jawabnya, dengan tampang yang bisa Rayla bilang lucu.

"Eh eummm... Btw siapa nama lo?" tanya Arlo.

Mendengar pertanyaan itu, Rayla hanya diam. Seolah tidak berniat untuk memberi tahu Arlo mengenai apa yang dia tanyakan.

Dapat Arlo lihat, gadis di depannya yang tengah memutar bola matanya singkat. Sebelum akhirnya berkata. "Nama gue bukan lah hal yang penting. Gue rasa lo juga nggak perlu tau."

Seketika Arlo langsung terdiam. Di saat gadis-gadis lain di luaran sana, berebut untuk mendapat perhatiannya, namun Rayla justru terlihat berbeda. Gadis itu tidak mau menerima uluran tangannya dan tidak mau memberitahu Arlo saat dia bertanya mengenai namanya sendiri.

Arlo menganggukkan kepalanya, "It's okay, tapi gue pastiin pertemuan kedua kita, gue bakal tau nama, lengkap dengan alamat dan nomer hp lo," ujar Arlo penuh keyakinan. Tak lupa kedua sudut bibirnya yang sedikit terangkat.

Setelah mengatakan hal itu, Arlo turun dari mobil Rayla. Dia merasa dirinya sudah aman sekarang dari kejaran lelaki suruhan Papanya.

"Thankyou buat tumpangannya," ujarnya sebagai salam perpisahan. Yang hanya di reapon Rayla oleh anggukan singkatnya.

Bukan tanpa alasan, gadis seperti Rayla yang jarang bergaul, merasa sangat canggung untuk berdekatan dengan orang lain. Terlebih itu lawan jenis. Itu sebabnya dia tidak membalas uluran tangan Arlo, atau balik memperkenalkan dirinya sendiri.

Suasana mobil kembali hening, Rayla kembali terfokus dengan dunianya. Yaitu menikmati berbagai macam lagu yang ponselnya suguhkan. Dengan pandangan yang mengarahkan keluar jendela.

"Cowok barusan ganteng ya Non, cocok sama Non Rayla." ujar Ujang, membuat tatapan Rayla sontak beralih ke depan.

Tawa Rayla terdengar. "Rayla kasihan kalau dia sama Rayla Mang," sahutnya singkat.

*******

Setelah menempuh perjalanan hampir 20 menit. Akhirnya sampai juga Rayla di rumahnya. Rumah yang hanya sekedar bangunan. Namun, bukan tempat untuk berpulangnya yang sesungguhnya.

Rayla turun dari mobil, dipejamkannya kedua matanya. Seolah menyakinkan dirinya sendiri, bahwa tidak akan ada hal buruk yang terjadi.

Gadis itu memasuki rumah, dan berjalan menuju kamarnya berada. Seperti yang tadi Rayla katakan. Dia banyak PR dan tidak ingin membuang waktu, dirinya harus segera menghabiskan waktu dengan deretan angka dan huruf dari berbagai mata pelajaran yang berbeda.

Harus Rayla akui, dia bosan sekaligus jenuh ada di posisi ini. Dunianya hanyalah belajar! Belajar! Dan belajar. Rayla masih mengupayakan agar ekspektasi kedua orang tuanya terwujud. Walaupun itu semua bisa dibilang mustahil, untuk dia wujudkan.

Setelah mengganti seragamnya, Rayla duduk di meja belajar, dan mulai mengerjakan beberapa soal. Selang beberapa lama pembatu rumahnya datang membawa nampan berisikan sepiring nasi dan segelas air putih.

"Makan dulu Non," ujar seorang wanita berumur hampir menginjak setengah abad.

Melihat kedatangan Bi Ratmi, Rayla menyunggingkan senyum tipisnya kepada seseorang yang selama ini sudah banyak membantu Rayla.

"Makasih ya Bi," ujarnya tulus, menerima makanan yang baru saja Ratmi bawa.

"Non nggak mau ikut gabung makan siang sama nyonya dan non Rayza?"

Yarrow [SELESAI]Where stories live. Discover now