Yarrow~13

2.5K 130 3
                                    


Mendengar kalimat demi kalimat yang Rayla ucapkan, sontak perasaan marah menghampiri Arlo. Kedua tangannya mengepal sempurna. Serta mukanya yang mulai menegang, hanya saja di depan Rayla, Arlo harus pintar-pintar mengelola emosinya.

Rayla masih setia menundukkan kepalanya, dengan perlahan Arlo mengangkat dagu Rayla, diusapnya airmata gadis itu dengan ibu jarinya.

"Lo nggak bakal sendiri lagi mulai sekarang. Ada gue di samping lo. Manfaatin kehadiran gue Sha. Di depan gue lo nggak perlu pakai topeng itu. Cari gue kalau lo mau nangis, atau mau cerita apapun. Luapin semuanya ke gue Asha."

"Kalau lo nggak bisa nemuin arti rumah yang sebenarnya di keluarga lo, datang ke gue Sha. Gue siap jadi teman, sahabat, bahkan kakak buat lo."

"Satu lagi, kalau keluarga lo berlomba-lomba buat ngukir luka di hati lo, gue yang bakal hapus semua luka itu Asha."

Sebagian hati Rayla merasa menghangat. Rasanya damai sekaligus menenangkan mendengar kalimat yang Arlo ucapkan. Mereka memang kenal baru beberapa hari, tapi feeling Rayla berkata jika Arlo orang yang baik. Ya walaupun sedikit keras kepala.

Arlo menatap kedua manik bola mata Rayla, setelah itu senyum tulus di bibirnya mulai terbentuk. "Jangan jauhi gue Asha, ijinin gue jagain lo." pintanya penuh harap.

"Nanti kita belajar bareng ya, sepulang sekolah. Buat memperbaiki nilai lo."

Mendengar tawaran Arlo, Rayla menganggukkan kepalanya antusias. Selama ini dia memang sering kesulitan mencerna semuanya. Dan dirinya tidak punya seorangpun teman yang bisa diajak untuk diskusi.

Rayza? Kembarannya sebenarnya baik, hanya saja Rayla selalu merasa berkecil hati jika di dekat gadis itu.

"Boleh," jawab Rayla, tak lupa senyum manisnya  mulai terlihat. Arlo yang merasa gemas dengan gadis itu, perlahan mulai mengangkat tangan kanannya dan mengacak-acak pelan puncak rambut Rayla.

Kedua pipi Rayla bersemu merah, tanpa bisa dia cegah. Dan ada perasaan menggelitik di di dalam hatinya.

"Jangan jauhi gue Asha!" pinta Arlo, mengulang kembali kalimatnya.

Tanpa ragu, Rayla mengiyakannya. Terserah Ayahnya mau semurka apa nanti. Yang jelas Rayla hanya ingin paling nggak ada satu orang yang mau mengerti dirinya. Dan orang itu adakah Arlo lucanow.

*******

Istirahat kali ini, Arlo mengajak Rayla untuk duduk di salah satu meja. Yang sudah diisi oleh kedua sahabatnya, terlihat mereka tengah menikmati semangkuk mie ayam. Siapa lagi kalu bukan Aldan, Alzie.

Rayla memang sudah saling tau nama satu sama lain, merekapun begitu, hanya saja baru ini  saling berbicara. Itupun melalui perantara Arlo.

"Lo duduk dulu Sha, biar gue pesenin makanan."

"Awas lo sampe bikin Asha lecet. Gue penggal kepala kalian!" peringat Arlo kepada Aldan, Alzie. Setelah mengatakan hal itu, Arlo pergi meninggalkan Rayla bersama kedua sahabatnya.

Berada di tengah-tengah lelaki yang menurutnya asing, membuat Rayla merasa kurang nyaman. Yang bisa gadis itu lakukan hanya menundukkan kepalanya dalam-dalam. Serta memaiinkan kukunya.

Aldan yang melihat hal tersebut sontak memberi kode pada Alzirle, melalui gerakan mata. Faham akan maksud Aldan, Alzie mulai bersuara.

"Santai aja kali Ray, kita nggak gigit kook... Hehehe," ujarnya berusaha menghilangkan ketidaknyamanan Rayla.

Perlahan, Rayla mengangkat kepalanya. Dengan tatapan tidak enak dia berkata. "Sorry, ya kalau gue gabung sama kalian." ringisnya canggung.

"Gapapa, santai aja kali. Lo temen Arlo. Otomatis lo juga temen kita sekarang." timpal Aldan, sambil sesekali menyuapkan sesendok mie ke mulutnya.

Yarrow [SELESAI]Where stories live. Discover now