Yarrow~39

2.4K 121 2
                                    


Letta berjalan menuju kamar di mana, Rayla saat ini berada. Di belakang Letta Arlo mengekori wanita itu. Dia sendiri ingin memastikan bagaimana kondisi kekasihnya.

"Rayla makan dulu ya sayang, terus obatnya diminum," dengan telaten Letta membantu Rayla untuk duduk bersandar di sandaran tempat tidur.

Satu suapan masuk ke mulut Rayla, dengan perlahan gadis itu mulai mengunyah makanan yang baru saja masuk ke mulutnya.

Baru 3 suap, Rayla menolak untuk suapan selanjutnya, "Maaf Ma, Rayla udah kenyang," tolaknya Rayla pelan. Bukan bermaksud apapun, semakin di isi, perut Rayla semakin terasa perih.

"Yaudah, minum obat dulu ya. Biar turun panasnya." Letta menyiapkan obat penurun panas yang harus Rayla konsumsi.

"Terimakasih Mama,"

Setelah meminum obat yang Letta beri, Rasa kantuk menyerangnya, dan perlahan kedua mata Rayla mulai terpejam sempurna.

Arlo mengamati wajah kekasihnya, dia sadar jika masalah yang Raya hadapi tidak bisa di bilang sepele. Selama ini Arlo punya Agam dan Letta, tempatnya untuk berbagi segala masalahnya. Dan Rayla gadis itu benar-benar menghadapi masalahnya sendiri. keluarganya dengan terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya dengan Rayla.

Arlo memang belum pernah bertemu dengan keluarga Rayla secara langsung, setiap kali dia mengantarkan Rayla pulang, atau menjemput gadis itu, dia tidak pernah mengizinkan Arlo masuk. Rayla hanya takut jika Ayahnya tau jika dia masih dekat dengan Arlo, bahkan, mengetahui jika dirinya menjalin hubungan dengannya, Rayla tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

Letta baru saja keluar dari kamar Rayla, dan di ruangan kali ini, hanya tersisa Arlo dan gadis yang tengah berbaring di depannya.

Arlo berjalan mendekat, diraihnya sebuah selimut untuk memberikan kehangatan untuk gadisnya.

Tak lupa dia meraih Bye Bye Fever, yang sengaja Letta sediakan di atas nakas untuk di tempel di kening Rayla.

"Lekas membaik sayang," lirih Arlo, sambil mengusap pelan pipi Rayla yang terlihat memucat.

Merasa tidak ingin mengganggu waktu istirahat Rayla, Arlo akhirnya memutuskan untuk keluar kamar. Saat dirinya melirik ke arah jam dinding, jam sudah menunjukkan pukul 16:00.

Arlo berjalan menuju kamarnya, dia ingin mandi membersihkan badannya, setelah aksi hujan-hujanan dengan ceweknya.

"Lo sukses masuk ke hidup gue Sha, lo berhasil bikin dunia gue terpusat sepenuhnya ke lo," gumam Arlo, kembali melanjutkan rencana awalnya.

*********

Malam harinya Arlo memutuskan untuk memastikan keadaan Rayla, dengan perlahan di bukanya pintu yang sebelumnya tertutup rapat. Dan dengan segera dia berjalan mendekati ranjang tempat di mana Rayla tengah terlelap.

"Maaf," gumam Rayla lirih masih dengan mata yang sepenuhnya terpejam.

"Maafin Rayla,"

"Sha," lirih Arlo sambil menepuk pelan pipi gadis itu, bermaksud menyadarkannya.

"Maaf Nda, Maaf." Rayla masih mengigo, sembari menggelengkan kepalanya, keringat dingin mulai menetes dari kening dia. Juga nafasnya yang terlihat tidak beraturan.

Melihat hal itu, Arlo semakin khawatir. Dia takut terjadi sesuatu dengan Rayla, "Sayang, bangun." bisik Arlo lembut, berusaha menyadarkan gadis di depannya.

"Maafin Rayla, Ayah." setetes air mata jatuh dari sudut mata Rayla, bahkan gadis itu masih berada di bawah alam sadarnya.

"Sayang, tenang ya."

Yarrow [SELESAI]Where stories live. Discover now