Yarrow~22

2.4K 122 1
                                    

Suasana kediaman Lewis terlihat ramai, halaman depan rumah itu sudah di dekorasi sedemikian rupa. Balon dan pita berwarna gold, putih terpasang dimana-mana menambah kesan heboh pada malam hari ini.

Para tamu juga mulai berdatangan membawa sebuah kado untuk diberikannya ke tuan rumah, sekaligus pemilik acara.

"Selamat ulang tahun beb," ujar segerombolan perempuan dengan muka yang bisa dibilang full makeup.

"Terimakasih, Dania, Litta, Gita." seru Rayza antusias, saat sahabatnya mulai berdatangan ke acara ulang tahunnya.

Terlihat mereka yang memberikan Raza kado, memeluk gadis itu, serta mencium pipi Raza kanan kiri secara bergantian.

Di samping kanan kiri Rayza, kedua orang tuanya berdiri. Lengkap dengan senyum ramah yang mereka tunjukkan sambil menyambut kedatangan para tamu. Tak lupa sebuah kue besar lengkap dengan lilin bertuliskan angka 17 sebagai tanda bertambahnya usia putri bungsu Lewis, yang berdiri kokoh di atas meja.

Suasana malam ini benar-benar terasa membahagiakan, sedari tadi Rayza tak hentinya menyunggingkan senyumnya, yang semakin menambah kesan cantik untuk gadis itu.

Namun, tanpa mereka sadari, ada seorang perempuan yang menatap pesta ulang tahun itu dengan tatapan iri. Dari kejahuan Rayla mengamati pesta ulang tahun saudara kembarnya.

Jika boleh jujur, dirinya sampai lupa rasanya ada diposisi itu, terakhir orang tuanya ingat hari ulang tahunnya adalah saat dirinya berusia 5 tahun. Persis 1 tahun sebelum kejadian mengerikan itu terjadi dan merubah semuanya.

Rayla berjalan menjauh meninggalkan tempat itu, bagainya buat saat ini kamar adalah tempat ternyaman dan paling tepat untuknya, harus Rayla akui, dia merasa hatinya sesak sekaligus sakit, harusnya Rayla sudah mulai bisa merasa terbiasa, sayangnya hati gadis itu tidaak bisa dibohongi.

"Kalau nyakitin nggak usah dilihat Rayla. Lo bisa kok, kalau tahun-tahun biasanya lo bisa ngelalui ini semua, harusnya tahun ini lo bisa ngelakuin hal yang sama kaya sebelumnya." monolog Rayla ke dirinya sendiri.

Tangga demi tangga Rayla naiki, tatapan dia masih sama sendunya. Hingga tanpa sadar, Rayla sudah sampai di depan pintu kamarnya sendiri. Tanpa berlama-lama, Rayla membuka pintu yang berdiri kokoh di depannya, dan dengan segera mengunci pintu itu.

Tepat saat pintu kamarnya sudah berhasil dia kunci, perlahan tubuh Rayla jatuh meruluh di balik pintu. Perlahan dia berjongkok dan memeluk lututnya sendiri. Dan di sunyinya malam ini isak tangis Rayla akhirnya pecah.

Sesak, hanya itu yang Rayla rasakan, jika boleh meminta Rayla ingin kehadirannya dilihat, dia masih bagian dari keluarga Lewis, namun kenapa kehadirannya selalu dilupakan? Apa sebuah kata bahagia, memang seharam itu untuknya?

Isak tangis Rayla semakin terdengar jelas memenuhi ruang kamarnya, yang saat ini gadis malang itu lakukan, hanyalah memeluk kedua lututnya sendiri, sambil menyembunyikan mukanya di atas lutut. Terlihat punggung Rayla yang bergetar hebat, air mata dia semakin berjatuhan, berlomba-lomba untuk turun.

"Ini hari ulang tahun Rayla juga, apa buat sehari aja Rayla nggak boleh bahagia?"

"Rayla mau kaya Rayza, di rayain. Di perhatiin sama Bunda, Ayah sama kakak juga. Rayla juga mau dikasih kado," gumamnya nyaris tidak terdengar. Itu merupakan hal sederhana untuk orang lain. Namun, buatnya itu merupakan salah satu hal yang bisa dibilang mustahil.

Ditengah isakkannya, jendela kamarnya tiba-tiba diketuk oleh seseorang. Dengan rasa penasaran Rayla bangkit dan berjalan menuju jendela, guna memastikan siapa yang berani mendatanginya malam-malam begini.

Rayla membuka tirai, dirinya tidak mau mengambil keputusam main membukakan jendela untuk orang lain. Cara aman yang bisa dia lakukan adalah, memastikan terlebih dahulu lewat tirai.

Yarrow [SELESAI]Onde histórias criam vida. Descubra agora