Yarrow~47

3.2K 144 19
                                    

Tanpa Reva dan Rayza sadari, Rendi sedari tadi mendengar pembicaraan anak dan istrinya. Akhir-akhir ini rasa bersalah kerap kali mendatangi dia, atas perlakuannya kepada salah satu putrinya selama ini.

Rendi sampai kurang tidur, karena setiap malam, Fayyan selalu menghantuinya lewat mimpi. Dia merasa tidak terima atas perlakuan Rendi terhadap adik kesayangannya.

Namun, sebisa mungkin Rendi menepis perasaan bersalah itu, dia menganggap kondisi Rayla saat ini adalah hal yang pantas Rayla bayarkan.

Tapi tidak dipungkiri, setelah Rayla sadar nanti, dia akan memperbaiki semuanya, sesuai seperti kesepakatan awal dengan Rayla sebelum dia memasuki ruang operasi.

"Kenapa keluargaku jadi seperti ini Tuhan," lirih Rendi, merasa cukup capek menghadapi masalah yang terus-terusan menyerang keluarganya.

Putra sulungnya meninggal, Rayza yang sakit kanker, dan Rayla yang berakhir koma.

Tetapi, harus dia akui, Dirinya merasa bersyukur, tubuh Rayza menerima dengan baik sum-sum yang Rayla berikan, dan dokter berkata kemungkinan setelah menerima donor sang penderita akan sembuh.

*******

Arlo memasuki rumahnya, jam menunjukkan pukul 21:00, seharian Arlo benar-benar menjaga kekasihnya. Tadinya dia berniat untuk tidak pulang. Namun, Ratmi selaku ART yang bekerja di rumah Rayla terus-terusan maksa lelaki itu.

Ditambah lagi, wajah Arlo yang terlihat semakin pucat. Wajar saja, dirinya belum sepenuhnya pulih, dari demamnya kemarin. Dan seharian ini tidak ada satu suap nasipun yang Arlo konsumsi.

"Arlo," sapa Letta panik. Seharian dia tidak hentinya mengkhawatirkan putranya yang sama sekali tidak ada kabar.

"Ma," lirih Arlo. Belum juga Arlo menyelesaikan perkataannya tubuh lelaki itu keburu tumbang.

"Arlo, sayang." Letta menepuk-nepuk pelan pipi putranya.

"Ya Allah, badan kamu panas banget!"

"Pa! Tolongin Arlo!" teriak Letta histeris.

Agam dari arah tangga, datang dengan nafas tergesa. Dia sedang menyelesaikan pekerjaannya di lantai dua. Dan dikagetkan oleh teriakan istri tercintanya.

Dengan terburu, dia menghampiri Letta yang tengah terduduk di lantai, dengan paha yang sengaja dia jadikan bantalan untuk Arlo.

"Arlo kenapa Ma?"

"Tolongin Pa, Arlo pingsan lagi. Langsung bawa ke kamarnya aja."

Tanpa menunggu waktu lama, Agam segera membopong Arlo, untuk membawa putra semata wayangnya ke lantai dua.

"Bukain pintu kamar Arlo Ma!" suruh Agam pada wanita cantik, yang saat ini tengah berjalan mengekorinya.

Setelah pintu terbuka, Agam berjalan mendekati ranjang, dan dengan perlahan membaringkan tubuh Arlo.

Letta seketika membuka baju Arlo, untuk di gantinya dengan pakaian yang lebih nyaman. Setelah itu dia merekatkan bye-bye fiver, di kening putranya, yang memang selalu tersedia di laci nakas samping ranjang.

Inilah salah satu efek dari kelainan yang putranya derita, dia tidak bisa merasakan sakit, sehingga tau-tau pingsan.

"Istirahat sayang," gumam Letta lirih, sambil mengusap pelan rambut lelaki di depannya.

********

Cuaca malam ini terasa sangat dingin, Arlo masih setia dengan tumpukan buku di hadapannya, lelaki itu saat ini tengah duduk di ruang tamu dengan berbagai macam cemilan yang Letta sajikan, untuk acara belajar kelompok Arlo dengan kedua sahabatnya.

Yarrow [SELESAI]Where stories live. Discover now