Ekstra Chapter 1

4.1K 155 16
                                    


Arlo berjalan tertatih untuk mendekati jenazah Rayla, demi apapun ini merupakan momen paling menyakitkan untuknya, diciuminya telapak punggung tangan Rayla bergantian beberapa kali, tetes demi tetes air mata Arlo kembali berjatuhan.

"Sayang, kamu beneran nggak mau bangun?"

"Masih banyak tempat yang mau aku kunjungi sama kamu,"

"Kamu juga belum pamitan sama aku loh, masa udah main pergi gitu aja," lirih Arlo dengan suara tercekat.

"Sha, aku harus apa setelah ini? Apa aku bisa ngejalani hari-hari aku setelah kepergian kamu?"

Kali ini Arlo berpindah ke pipi Rayla, dia mengecup lembut pipi kekasihnya secara bergantian.

"Kamu perginya kecepetan sayang," gumam Arlo lagi, dari belakang Letta hanya mampu menatap kehancuran putranya dalam pelukan Agam, wanita itu sama sakitnya melihat sekacau apa Arlo sekarang.

Sedangkan Agam hanya mampu memberikan Letta ketenangan dengan pelukannya, di usapnya pelan puncak rambut istri tercintanya. Mereka berdua adalah saksi bisu, sesayang apa Arlo dengan Rayla.

Di lain sisi, Rayyan, Rendi, serta Reva hanya terdiam terpaku. Rasa bersalah itu dengan luar biasanya menyerang perasaan mereka. Bahkan ingin mengucapkan kata maaf aja nggak bisa, karena waktu Rayla untuk ada di tengah-tengah mereka memang sudah berakhir.

Ziega? Lelaki itu juga sama hancurnya. Rayla sahabat dia dari kecil. Selama ini Ziega mencari keberadaan Rayla, dan saat sudah kembali di pertemukan. Tuhan justru kembali memisahkan mereka dengan cara yang lebih sadis. Bukan hanya terpisah jarak. Namun juga alam.

"Sayang," Arlo terdiam sesaat. Sebelum akhirnya kembali melanjutkan perkataannya.

Dapat dengan jelas mereka lihat, punggung Arlo yang bergetar hebat, Arlo mendekatkan bibirnya di telinga kanan Rayla, "Kamu udah cukup menderita selama ini, dan rasanya aku terlalu egois kalau masih menahan langkah kamu Sha."

"Kesayangan Arlo, istirahat yang tenang yah, tunggu Aku."

"Aku relain kamu Sha,"

Untuk terakhir kalinya, Arlo mengecup dahi Rayla dengan waktu yang lumayan lama.

"Aku sayang kamu Sha," tepat setelah mengatakan hal itu, tubuh Arlo perlahan terhujung ke depan, terjatuh tepat di atas tubuh Rayla.

Letta dan Agam yang sadar jika sesuatu hal terjadi kepada putranya, dengan segera berlari menghampiri Arlo. Lelaki itu pingsan, hari ini semua yang terjadi benar-benar membuat jiwa putranya terguncang.

Agam segera mengangkat tubuh Arlo, untuk segera mendapat perawatan

**********

Keesokan harinya Jenazah Rayla segera di bawa pulang untuk di makamkan.

Tatapan mata Arlo terlihat kosong sembari mengantarkan Rayla ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Arlo tidak mengatakan apapun, dia hanya diam mengamati jasad kekasihnya yang mulai tertimbun tanah.

Gundukan tanah itu sepenuhnya menenggelamkan tubuh Rayla, setelah pembacaan do'a, satu persatu para pelayat mulai melangkahkan kakinya menjauhi nisan itu.

Saat ini hanya tersisa Arlo, Ziega dan Rayyan yang masih ada di tempat tersebut. Arlo menjongkokkan tubuhnya dan mengusap pelan batu nisan yang terukir nama Rayla.

"Kalau aku kangen kamu gimana Sha?"

"Kalau aku mau ketemu kamu aku harus nyari kamu ke mana?"

"Bohong kalau aku bilang aku udah ikhlas,"

"Bahkan aku sangat berharap kalau ini mimpi sayang,"

"Aku masih berharap kalau kamu masih sehat,"

"Kalau aku masih bisa dengar suara kamu, lihat senyum manis kamu. Aku masih berharap itu semua Sha."

"Maaf ya aku belum bisa jagain kamu," batinnya mulai menyuarakan apa yang dia rasakan. 

*******

Setelah acara pemakaman itu, Arlo langsung berjalan menuju kamarnya. Bahkan kehadiran kedua orang tuanya tidak Arlo hiraukan sama sekali.

Yang saat ini Arlo lakukan hanyalah duduk bersender di atas ranjang, sambil memeluk erat baju Rayla yang sebelumnya tertinggal di rumah Arlo.

Hari demi hari berlalu, dan Arlo masih belum ada perubahan. Dia tidak mau keluar kamar, makanan yang Letta siapkan juga sama sekali tidak Arlo sentuh.

Sejak pulang dari rumah sakit saat kepergian Rayla, sepatah katapun tidak keluar dari mulut Arlo.

Letta sampai harus menyuruh dokter pribadinya, untuk memasang infus di tangan Arlo. Pemuda itu benar-benar kekurangan cairan. Tubuhnya terlihat semakin kurus, Letta sampai lupa kapan terakhir kali suara Arlo terdengar di indra pendengarannya.

Arlo meraba laci nakas, dia ingin merain ponselnya. Dirinya merindukan sosok Rayla, dan ingin melihat koleksi foto muka Rayla yang sengaja Arlo simpan.

Pemuda itu terdiam, saat dirinya menemukan sebuah video di dalam galery ponselnya.

"Asha," lirih Arlo. Dia melihat Rayla di dalam video itu. Gadis cantik itu tersenyum sangat manis. Dia ingat, dirinya pernah menitipkan ponselnya kepada Rayla saat di kedai sate, karena pangilan alam.

"Hallo Arlo..." sapa Rayla, dan Arlo dapat melihat gadis itu yang terkekeh kecil. Sambil sesekali memasukkan sate kedalam mulutnya.

"Maapppp hpnya aku pinjem tanpa izin."

"Makasih ya Arl, udah datang di hidup aku. Makasih udah ngasih aku banyakkkkk banget warna buat kehidupan aku."

"Aku mau minta maaf buat semuanya, aku cuma takut nggak punya banyak waktu buat ngabisin waktu sama kamu lagi Arl."

Dapat Arlo lihat, Rayla yang mulai menundukkan kepalanya. "Besok aku masih bisa main kaya gini lagi nggak ya Arl?"

"Aku mutusin buat donorin sum-sum aku buat Rayza,"

"Dan besok pagi operasinya,"

"Jadi maaf ya Arlo kalau buat beberapa waktu ke depan mungkin aku nggak ada kabar, tapi jangan pernah mikir aku selingkuh! Dan kamu juga nggak boleh deket sama wanita lain, selama jauh dari aku. Awas kalau genit-genit. Aku botakin rambut kamu biar jelek!"

"Aku harap kamu buka video ini pas kondisi aku udah sehat ya, biar nggak perlu nyamperin aku ke rumah sakit. Aku malu kalau harus ketemu kamu pas masih buluk. Heheheheh"

"Arlo aku nggak tau apa yang akan terjadi kedepannya, cuma kalau misalnya waktu nggak memihak buat ngasih aku kesempatan untuk hidup lebih lama, aku harap kamu jaga diri baik-baik ya."

"Kamu nggak boleh terlalu lama maratapi kepergian aku."

"Satuhal yang harus kamj tau, Rayla Aeleasha sayang Arlo Lucanow."

Setelah mengatakan hal itu, layarpun berubah menjadi hitam.

Arlo memejamkan matanya kuat-kuat. Tanpa dia sadari, cairan bening kembali keluat dari sudut matanya.

"Sayang, aku kangen." lirihnya menatap sendu barang-barang yang sebelumnya sengaja dia beli couple dengan gadis itu. Sepatu, jaket, kaos.

Satu buah benda menarik perhatian Arlo, itu merupakan barang yang sengaja Rayla kasih untuknya. Jam. Rayla memberinya sebuah jam tangan dengan merk terkenal.

"Aku bakal jaga jam ini sampai kapanpun Sha. Dan apapun yang terjadi aku nggak akan ngelepasin benda ini dari tangan aku." gumam Arlo. Lelaki itu menghela nafas kasar. Dipandanginya muka dirinya dan Rayla yang sengaja dia jadikan walpeper di ponselnya.

********

26/12/22

Aku masih ada 2 ekstra chapter lagi. Jadi tungguin yak.


Yarrow [SELESAI]Where stories live. Discover now