Yarrow-19

2.3K 112 0
                                    

Agam dan Letta semakin melebarkan kedua matanya, mereka saling bertatap-tatapan satu sam lain. Merasa heran sekaligus tidak habis fikir. Selama ini Arlo menghidupkan kompor aja tidak pernah, ini dapat ide dari mana putranya itu memutuskan untuk masak?

"Uang kamu habis Alr?" pertanyaan tersebut meluncur begitu saja dari mulut Agam.

"Hah? Maksudnya Pa?" dengan kening yang berkerut Arlo meminta penjelasan kepada papanya.

"Pake acara masak-masak segala. Uang kamu habis? Semua kartu kamu kosong nggak ada saldonya?" cerca Agam masih merasa keheranan.

"Pesan makan diluarkan bisa, beres. Nggak perlu ribet-ribet berurusan sama penggorengan sampe luka-luka kaya gitu."

Terlihat Arlo yang memutar bola matanya malas, "Arlo nggak papa Pa, dan lagian Arlo milih masak juga ada alasannya." ungkap dia mencoba memberikan pengertian, kepada kedua orang tuanya yang kelewat possesif.

"Alasan apa?" tanya Agam dan Letta bersamaan.

Kedua pipi Arlo seketika terlihat memerah, dia mengingat saat kemarin menghabiskan waktu hampir seharian dengan Rala.

"Lah, malah senyum-senyum sendiri. Jawab pertanyaan kita Arlo." celetuk Letta yang merasa geram sekaligus penasaran.

"Kemarin, Arlo belajar kelompok sama Asha di rumah ini. Terus kita berdua sama-sama lapar. Dan mutusin buat masak. Pas Arlo lagi goreng ayam, pengorengannya nggak sengaja ke geser. Trus jatuh deh, dan tangan Arlo jadi kaya gini." adu lelaki itu, dirinya menjelaskan secara rinci apa yang sebenarnya terjadi kemarin.

Belum juga Letta bersuara, Arlo terlebih dahulu menyela perkataan Letta. "Tapi Arlo udah nggakpapa kok. Udah di obatin juga sama Asha, kemarin sama tadi siang. Jadi aman." cengir Arlo mencoba menghilangkan kekhawatiran kedua orang tuanya.

Terlihat raut kekesalan di muka Letta, dia merasa geram. "Kamu ini ya, cerobohnya nggak ilang-ilang." rutuknya dengan sesekali matanya melotot menatap putranya.

"Hehehhehehe, tapi Arlo seneng Ma, sekarang Arlo jadi deket sama Asha," aku Arlo, tak lupa senyuman manis yang masih setia menghiasi wajah lelaki itu.

"Cihhhh. Baru deket aja bangga. Jadiannya kapan boss?" celetuk Agam, dengan tatapan meledeknya.

Kedua bola mata Arlo bergulir malas, "Ya sabar kali Pa. Ini Arlonya juga lagi berjuang," sungut dia membalas ucapan Agam.

"Kamu kapan kenalin Mama ke dia Arl? Mama udah nggak sabar mau ketemu gadis yang bisa bikin kamu jadi bucin kaya gini," Letta bertanya, sembari menatap anak semata wayangnya penuh antusias.

"Eummm, besok deh kalau Ashanya nggak sibuk, Arlo ajak dia ke rumah." janji Arlo.

Kali ini mereka bertiga tengah menghabiskan waktunya di ruang keluarga. Terlihat Arlo yang masih enggan jauh-jauh dengan Letta, dan di sofa lain Agam menatap interaksi antara anak dan istrinya dengan tatapan sinis.

"Sadar umur kamu Arlo. Ingat Letta tuh istri Papa!" seru Agam yang merasa tidak terima, istrinya di kuasai oleh putranya.

Arlo menatap Agam tak kalah sengitnya. Masih di posisi yang sama, lelaki iti masih setia tiduran di paha Letta. "Papa apa-apaan sih. Kemarenkan Papa udah 2 hari sama Mama. Sekarang gentian Arlo."

Letta menghela nafas kasar, ditatapanya suami dan anaknya secara bergantian. "Kalian ini kaya anak kecil, berantem mulu setiap hari."

"Itu tuh Ma, si Papa nggak mau ngalah sama anak sendiri."

"Lah, kok jadi Papa. Kamu lah yang nggak tau diri. Buru jadian sama Asha-Asha itu. Biar kamu nggak ganggu waktu Papa sama Mama," titah Agam dengan nada tidak santai.

Yarrow [SELESAI]Where stories live. Discover now