Yarrow~Ending.

4.7K 171 103
                                    


"Ma, ini Arlo mimpi kan?"

"Asha nggak ninggalin Arlo kan Ma?"

"Ini Asha cuma ngerjain Arlo aja kan?"

Arlo terduduk meluruh di lantai, tatapannya menggambarkan sehancur apa hatinya sekarang. Rala gadis yang dicintainya telah berpulang kepada sang Khaliq. "Sayang," suara Letta terdengar bergetar merengkuh tubuh putra tunggalnya.

"Ma," dengan lirih campur isak tangis Arlo nemanggil maminya.

"Asha Ma, Asha pergi ninggalin Arlo."

"Asha ngingkarin janjinya buat terus ada di samping Arlo," ujarnya sambil meremat kuat-kuat ujang baju Letta.

"Arlo ikhlasin Rala ya sayang, jangan perberat langkah dia."

Dengan bruntal Arlo menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Gamau Mama. Arlo.... Arlo mau sama Asha. Arlo mau ikut Asha." racaunya semakin tidak terkendali.

Tanpa Letta duga, putranya memukul jantungnya sendiri beberapa kali. Hal itu tentu membuat isak tangis Letta semakin pecah. Untuk pertama kalinya, Letta melihat Arlo sekacau ini.

Dengan lembut Letta menahan pergelangan tangan Arlo, dia tidak mau Arlo semakin menyakiti dirinya sendiri.

"Sayang....."

"Sakit Mama! Hati Arlo rasanya sakit. Seumur hidup Tuhan nggak pernah ngizinin Arlo ngerasain rasa sakit. Tapi kenapa sekalinya dikasih izin harus dengan cara seperti ini? Sakit Ma. Arlo nggak kuat." rintihnya mulai meluapkan apa yang dirinya rasakan.

Melihat kondisi putranya, Letta semakin tidak tega. Yang mampu dia lakukan hanyalah memeluk tubuh Arlo, guna memberi ketenangan kepada pemuda itu. Terlihat air mata Arlo yang terus menetes membentuk aliran sungai di pipinya.

"Mama... Tolongin Arlo. Sakit Mama," racaunya menatap Letta penuh permohonan. "Asha bilang dia mau bertahan lebih lama lagi, tapi kenapa dia nggak nepatin ucapannya? Kenapa Rala harus pergi secepat ini." suara yang keluar dari mulut Arlo terdengar penuh keputusasaan.

Dapat Arlo lihat seorang suster yang menarik sebuah kain putih, guna menutupi jenazah Rala. Melihat hal itu spontan Arlo langsung berdiri, dirinya berlari mendekati tubuh Asha yang sudah terbujur kaku di depannya.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN!" suara pekikkan Arlo membuat beberapa orang menoleh kearahnya. Dengan tatapan tajam, dan aliran air mata yang masih setia mengalir, Arlo mendekat dan menepis tangan seorang suster.

"Arlo...." Letta yang berniat mendekati anaknya, sontak ditahan oleh Ziega. Yang kebetulan baru saja datang.

"KALIAN JANGAN MACAM-MACAM!"

"ASHA MASIH HIDUP! JANGAN TUTUPI WAJAH DIA!" sentaknya mencegah suster itu. Semua orang yang ada di sana hanya mampu terdiam. Wajah Arlo terlihat memerah, berbagai macam emosi datang menyelimutinya.

"Ikhlasin Rala sayang, Rala udah pulang. Udah nggak ngerasain sakit lagi." bisik Letta memeluk Arlo.

"Mama. Arlo mau Asha Mama."

"Arlo mau ikut Asha." lirihnya,

"Ma, suruh Asha bangun. Arlo mohon."

Dengan tatapan penuh dendam Arlo menatap satu persatu sumber penderitaan kekasihnya.

Rendi, Reva, serta Rayyan yang menjadi tersangka utama kali ini. Arlo mendekati mereka bertiga dan berdiri di depannya.

"Apa yang kalian tangisin?" kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Arlo. Perasaan sesak semakin tidak dapat dia tahan. Arlo merasa dunianya berhenti seketika. Dia merasa separuh nyawanya hilang bersama dengan kepergian kekasihnya.

Yang di tanya dengan kompak bungkam, hanya ada isak tangis yang saling beradu.

"GUE NANYA ANJING APA YANG KALIAN TANGISIN?"

"HARUSNYA KALIAN SENENG LIHAT CEWEK GUE MATI!"

"HARUSNYA KALIAN NGADAIN PESTA DI RUMAH BUKAN JUSTRU NGEBUANG AIR MATA KALIAN DISINI!"

"Sayang," Letta berusaha mendekati putranya yang terlihat lepas kendali. Air mata Arlo semakin berjatuhan.

"Mama diem di sana! Ini urusan Arlo sama orang-orang biadab ini." sesekali Arlo mengdongkakkan kepalanya,

"KALIAN KELUARGA RAYLA! TAPI KENAPA KALIAN SETEGA INI PERLAKUIN DARAH DAGING KALIAN SENDIRI?! BAHKAN SEEOKOR SINGA NGGAK AKAN TEGA MAKAN DARAH DAGINGNYA!"

Arlo mendekat ke arah Rayyan, dengan erat dia mencengkram kerah baju yang Rayyan kenakan. "DAN LO! LO SODARA MACAM APA? KALAU LO NGGAK BISA NGELINDUNGIN DIA JANGAN SAKITIN CEWEK GUE!"

"GUE MATI-MATIAN NGEJAGA RAYLA, GUE MATI-MATIAN BIKIN DIA BAHAGIA. TAPI KENAPA KALIAN HANCURIN ITU SEMUA?!"

"Maaaf," lirih Rayyan menyesali semua perbuatannya.

"MAAF LO NGGAK GUNA ANJING!"

"CEWEK GUE JUGA NGGAK BAKAL HIDUP LAGI!"

"KENAPA HARUS RAYLA?! KENAPA GADIS SEBAIK DIA HARUS LAHIR DI TENGAH-TENGH KELUARGA BRENGSEK KAYA KALIAN?" rahang Arlo mengeras, seumur hidup dia belum pernah seemosi sekarang. Arlo merasa dunia terlalu kejam memperlakukan kekasihnya.

Cengkraman Arlo pada leher Rayyan perlahan melemah, pemuda itu kembali terduduk di lantai, berulang kali dia memukul lantai keramik yang sama sekali tidak bersalah.

"Kenapa kalian jahat? Kenapa harus cewek gue?" lirih Arlo kembali menanyakan hal itu.

"ANJING!"

Agam yang baru saja datang sudah dikejutkan dengan kondisi putranya yang terlihat mengenaskan. Isak tangis Arlo memenuhi ruang ICU. Perlahan Agam mendekat ke arah Arlo dan memeluk tubuh putranya.

"Arlo udah ya, kendaliin diri kamu. Jangan kaya gini Nak." Agam menahan tangan Arlo agar menghentikan aksi bruntalnya yang sedari tadi memukuli lantai, guna melampiaskan emosinya.

"Udah ya, Arlo jangan kaya gini. Tangan kamu nanti sakit," larang Agam saat melihat tangan putranya yang mulai cidera.

Dengan tatapan kosong, Arlo menatap ke arah Ayahnya. "Bukan tangan Arlo yang sakit Pa, tapi hati Arlo." lirihnya memberitahu Agam.

"Hati Arlo rasanya sakit banget."

"Enam bulan Arlo nunggu Asha, Enam bulan Arlo selalu jagain Asha, tapi kenapa Asha jahat sama Arlo Pa?"

"Kenapa dia pergi gitu aja ninggalin Arlo, Arlo harus apa Pa setelah ini?"

Agam yang merasa tidak tega semakin menarik Arlo ke dalam pelukannya, Arlo membalas pelukan Agam tak kalah erat,

Sedangkan Letta semakin tidak dapat menahan tangisannya, anak dan suaminya tengah berpelukan di lantai. Letta tau sesayang apa Arlo dengan Rayla.

Latta juga tau seberat apa Arlo memperjuangkan perasaan gadis itu, putranya benar-benar meratukan Rayla, dunia Arlo hanya seputar Rayla, Rayla, dan Rayla.

Melihat sekacau apa Arlo, Rendi semakin tergugu, satu katapun tidak dapat dia ucapkan. Dia merasa malu dengan 4 orang asing di depannya.

Mereka yang tidak ada hubungan darah dengan putrinya saja segitu menyayangi Rayla, kenapa dirinya yang berstatus sebagai Ayah kandung Rayla justru melakukan hal yang sebaliknya?

"Maafin Ayah sayang,"

"Maafin semua dosa Ayah," batin Rendi mulai menyesali semuanya, sayangnya itu semua terlambat dan tidak bisa merubah apapun.

"Rayla nggak mau bangun? Ada Arlo disini? Ayah dapat dengan jelas melihat sesayang apa dia ke kamu Nak," batin Rendi, dia memberanikan diri untuk melihat jenazah putrinya untuk terakhir kalinya.

Saat tangan Rendi akan terulur mengusap muka pucat Rayla, Arlo seketika berdiri, dan melepas paksa pelukan Agam. Dengan segera Arlo menepis kasar tangan Rendi sebelum memyentuh kulit kekasihnya.

"JANGAN PERNAH BERANI-BERANI MENYENTUH KULIT KEKASIH GUE DENGAN TANGAN KOTOR LO!" Bentak Arlo menatap Rendi tajam.

.TAMAT.

EKSTRA PART AKU KASIH BESOK ATAU NANTI MALAM!!!!

*******

26/12/22

Yarrow [SELESAI]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن