Bait 10 : Tumbang

464 26 16
                                    

"Setidaknya Tuhan masih memberiku sebuah kesempatan untuk mencicipi rasanya sebuah cinta yang besar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Setidaknya Tuhan masih memberiku sebuah kesempatan untuk mencicipi rasanya sebuah cinta yang besar. Meski rasa sakit itu tak pernah berusaha singgah dari hidupku, tapi dengan rasa sakit itu aku bisa merasakan nikmat dari sebuah anugerah yang Tuhan berikan."

(Oceanside)

Dering ponsel yang berkali-kali terdengar sukses mengusik Sean dalam tidur tenangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dering ponsel yang berkali-kali terdengar sukses mengusik Sean dalam tidur tenangnya. Sean mencari ponselnya dengan mata yang masih terpejam, rasanya--matanya begitu lengket untuk dibuka.

"Kak Sean! Kak Sean, nggak apa-apa kan? Semalem aku denger suara gaduh dari kamar kakak." Suara cempreng dari seberang kamarnya membuat kesadarannya terkumpul sempurna. Sean menatap punggung tangan kirinya yang terpasang infus, dia juga baru sadar ada sebuah nasal kanula yang melintang dibawah hidungnya. Sean mencoba bangun meski kepalanya terasa begitu pening.

"Kak, kok diem aja?" Tanya Raina cemas, karena tak mendapat jawaban sejak tadi.

"Masih ngumpulin nyawa Rain, ini baru bangun." Diseberang sana Raina mengernyit, melihat jam yang menunjukkan pukul 06.20 menit.

"Lah, kak Sean nggak sekolah? Kan hari ini jadwal apel rutin. Kak Sean sakit?"

Sean bergumam, "iya, lagi nggak enak badan. Kamu belum berangkat? Eh nitip pesan buat Gio ya, nanti suruh ke rumahku."

"Iya nanti aku sampein, kak Sean istirahat yang banyak. Jangan belajarnya aja yang dibanyakin." Mendengar omelan Raina, Sean tidak bisa untuk tidak tertawa karena hal itu.

"Iya, tuan putri. Ya udah, sana gih berangkat, entar telat lagi!"

"Siap pangeran, nanti aku main ke rumah kak Sean boleh kan?" Sean terdiam sesaat, memikirkan jawaban untuk Raina. Apa tidak masalah jika Raina datang? Bagaimana dengan mamanya nanti? Bodo lah urusan nanti.

"Boleh, dateng aja."

"Okay, aku berangkat dulu. Cepet sembuh kak!" Sean membiarkan Raina menutup panggilannya lebih dulu. Melirik Dikta yang berada di ambang pintu sejak tadi, Sean menghela begitu melihat senyum menyebalkan dari sang ayah.

OCEANSIDE ✔️Where stories live. Discover now