Ini tentang Seano Pradikta Ratmaja sosok cowok yang hidup dalam lengkuhan dan jeratan tak kasat mata yang membelenggu dirinya.
Laksana samudera yang berisi jutaan misteri, sosok Sean sendiri memiliki rangkaian cerita yang tersembunyi. Yang hanya ak...
Hai selamat malam! Udah pada makan malam? Yang belum makan jangan lupa buat makan, biar nggak oleng.
Setelah tayang perdana minggu lalu akhirnya bab selanjutnya bisa gue lahirkan. Happy reading guys!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~Ego yang terkekang tak bisa diluluhkan kecuali dengan kebebasan. Dan kebebasan itu dari sebuah penerimaan, mengalah, dan bergerak semestinya."
(Oceanside)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sean, kapan sih nggak ganteng?" celetuk salah seorang siswi dari dalam kelas. Saat Sean baru saja memasuki kelas itu, jika kalian tanya apa Sean mendengar itu? Ya, tentu saja dia mendengarnya.
Telinganya masih normal, mana mungkin dia tidak mendengar lontaran pujian seperti itu. Kalau orang lain mungkin sudah besar kepala dan kegirangan, tapi dia justru sebaliknya. Sean bosan dengan apa yang selalu dia dengarkan setiap di sekolah. Sean ini lah, Sean itu lah, seperti tidak ada orang lain lagi yang mereka bicarakan.
"Perasaan makin hari makin ganteng aja, bokapnya ganteng juga loh, tadi gue liat pas nganter Sean." sahut yang lainnya.
Pagi ini dia memang diantar papanya, Dikta memang sempat keluar dan berbincang sebentar dengan Gio. Karena sudah lama Gio tidak main ke rumah mereka. Wajah papanya yang memang terbilang tampan di usianya yang tidak muda lagi pun menjadi perhatian anak-anak yang baru datang. Kalau saja papanya mencukur kumisnya, dia lebih terlihat seperti kakak Sean dari pada Papanya.
"Gue mau dong tinggal di rumahnya."
"Yee ngarep lo! Eh-eh liat! Bukannya itu si Nada ngapain dia nyamperin Sean?" siswi itu menunjuk seorang siswi bernama Nada yang sedang menghampiri Sean. Sean hanya meliriknya sekilas sebelum fokus pada buku yang dia baca.
"Nggak tau ih, sok deket banget!"
"Iya iih." gerutu mereka tidak terima dengan sikap Nada yang terlihat sok dekat dimata mereka. Sean pun merasa demikian karena Nada memang menyukainya, tapi dia lebih berani untuk mendekati Sean, sedangkan Sean sebenarnya risih dengan tingkahnya itu.