2. Melting me

708 97 113
                                    

Suara mobil membuyarkan lamunan Jiya, ia segera melihat keluar siapa yang sudah datang ke rumah nya. Netra indah nya melihat Papa dan Yoongi berjalan memasuki kawasan halaman rumah.

Saat ketiga nya sudah berdekatan, Pilnam bertanya pada putri nya.

"Kalian mau pergi sekarang?" Tanya Pilnam, ia tau kalau putri nya dan Yoongi akan pergi membeli alat melukis sore ini.

Yoongi dan Jiya berdehem mengangguk bersamaan. Setelah pamit pada sang Papa, lalu kedua nya langsung bergegas menuju dimana mobil terparkir. Pria Min itu melangkah kan tungkai lebar-lebar dan cepat sampai Jiya agak kewalahan mengejar langkah pria itu. Karena takut di tinggalkan, tangan Jiya berusaha menggapai tangan Yoongi namun sayang nya ia hanya mendapatkan ujung jaket yang dikenakan pria itu.

"Apa?" Ketus Yoongi.

Jiya terdiam mendengar ketus nya pria ini. Ia jadi takut untuk membuka suara lagi. Tapi mana bisa, sungguh Jiya bukan lah anak yang bisa diam tanpa mengatakan apa pun. "T-tunggu kak, kak Yoongi berjalan cepat sekali."

Yoongi seakan tuli, ia merasa tidak peduli dan lanjut melangkah sampai memasuki mobil yang terparkir di depan pagar luar rumah. Jiya hanya bisa berdecih sambil mengumpat kecil. Tidak seperti di film romansa yang beredar, gadis manis itu masuk ke dalam mobil tanpa di tunggu atau di bukakan pintu oleh sang pemilik mobil.

"Kan sudah ku bilang, jangan gunakan pakaian minim saat bersama seorang pria." Ucap Yoongi langsung ke poinnya, tanpa embel-embel membuka percakapan terlebih dahulu.

Mata Jiya menilisik ulang penampilan diri nya sendiri. Menurutnya pakaian yang di kenakan nya kali ini masih tergolong sopan kok. Baju nya juga berlengan panjang dengan model kerah V neck, potongan bagian dada nya memang rendah namun tidak sampai menunjukkan belahan dada nya. Memang Jiya sedang memakai hot pant sih, tapi sumpah lhoo ini masih wajar sekali. Ada banyak manusia lain yang memakai celana seperti ini. Jiya masih terlihat sopan, sungguh.

"Tapi kak, ini bukan pakaian yang terlalu minim, ini masih cukup tertutup kok." Jiya berusaha membela diri.

Tanpa menoleh ke arah sang lawan bicara, Yoongi menghembus nafas kasar, Ia tampak sangat kesal sekali. Ia melajukan mobil nya untuk membelah jalan dengan kecepatan normal.

Melihat Yoongi yang begitu galak dan acuh begini membuat Jiya ingin menangis dan mundur saja, tapi bahkan ia belum memulai apa pun. Dia tidak bisa seenaknya mundur begitu saja, sekali lagi Jiya berusaha untuk meyakinkan diri. Meyakinkan pilihan Papa nya adalah pilihan yang terbaik.

"Kau sama sekali tidak takut denganku?" Tanya Yoongi sekali lagi tanpa menoleh.

"Kak Yoongi orang yang baik."

"Tidak. Aku tidak baik."

"Kakak teman nya Papa, sudah pasti kakak orang baik. Papa tidak mungkin membiarkanku bersama orang yang jahat."

Kali ini Yoongi yang di buat diam oleh Jiya. Memang ada benar nya apa kata gadis itu. Seorang Papa tidak mungkin membiarkan anak gadis nya bersama orang jahat. Tapi tidak begitu konsep nya, Yoongi itu hanya lah seorang pria biasa normal yang pikiran nya entah kemana-mana jika melihat wanita dengan pakaian terbuka. Ia hanya mau menghindari itu, toh mereka akan menjadi lebih dekat kedepannya. Yoongi tidak mau ada percikan-percikan cinta muncul di antara kedua nya. Apa lagi mengingat Jiya adalah anak dari teman satu kantor nya. Bahkan sudah bisa di bilang mereka bersahabat.

Maka dari itu, saat mereka bertemu tadi sampai saat ini Yoongi sama sekali tidak mau menatap kedua mata Jiya. Beda dengan Jiya, ia selalu ingin nyaman ketika berbicara dengan pria pucat itu. Jika sedang berbicara, Jiya selalu melihat ke arah Yoongi karena ingin menatap tepat di kedua mata  Yoongi, namun Yoongi seakan tidak mengizinkan.


PAINTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang