8. I like you

466 72 101
                                    

Sudah ada satu setengah jam Jiya menunggu guru privat melukisnya yang tidak kunjung datang. Notifikasi dari ponsel juga tidak ada tanda-tanda bahwa Yoongi membalas pesan singkat dari Jiya. Kalau memang tidak bisa hari ini, Yoongi harusnya memberi kabar. Jangan membuat Jiya menunggu ketidakpastian yang berlangsung lama seperti ini. Dasar Yoongi pemberi harapan palsu. Jiya sangat tidak suka itu.

Mereka sudah membuat janji untuk belajar pukul tujuh malam, namun sekarang lihat, jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh menit. Masih juga tidak ada tanda telah datang nya pria Min itu, rumah masih sepi karena sang Papa belum pulang bekerja. Pilnam memang sudah ada jadwal lembur malam ini.

Ya sudah, mungkin kepala Yoongi disana sedang terbentur tembok maka dengan mudah melupakan janji yang sudah mereka buat. Setengah hati Jiya ikhlas, gadis itu beranjak ke kamar niat hati ingin mengganti baju dan membasuh wajah. Jiya ingin tidur saja, sedang tidak minat untuk melakukan apa-apa. Hati nya gampang sakit kalau Yoongi berbuat salah sedikit saja, dia juga heran mengapa. Padahal Jiya itu termasuk golongan manusia yang tidak gampang tersinggung dengan perilaku orang-orang terhadapnya.

Mencoba menutup mata agar tertidur, hasil nya nihil, Jiya tetap belum bisa melelapkan diri. Tangan kanan Jiya meraih benda persegi yang terletak di atas nakas, setelah benda itu menyala baru lah ia menyadari kalau Yoongi tidak akan pernah membalas pesan nya malam ini.

Mata Jiya memanas, ingin menangis namun merasa tidak pantas.

Mendengar suara mobil memasuki kawasan rumah, tungkai Jiya berlari kecil untuk menemui. Malam ini Jiya ingin peluk Papa, ingin mengadu yang tidak-tidak kalau Yoongi sudah jahat pada nya. Eh tidak jadi, Jiya tidak mungkin setega itu.

Waktu nya bertepatan ketika suara bel rumah berbunyi dan tangan Jiya membuka knop pintu, akan tetapi tidak ada Papa. Yang di hadapan nya kini adalah Yoongi, manusia yang paling sangat Jiya sebalkan di muka bumi ini, untungnya Jiya sayang.

Yoongi diam, Jiya pun juga ikut diam. Rasa nya Jiya ingin menarik rambut pria itu sampai lepas dari kepala nya. Lihat ini sudah pukul sembilan, bukan nya minta maaf malah diam seperti patung.

Karena tidak mengatakan apapun, lengan Jiya hendak meraih pintu. Biarkan saja pintu ini tertutup, meninggalkan Yoongi seorang diri dan mati di makan hantu. Sudah lah, kalian tidak tau apa isi hati Jiya saat ini. Dia sangat marah nan kesal melihat Yoongi yang datang tidak tepat waktu, di tambah tidak mengatakan apapun saat sudah bertemu. Coba saja kalian ada di posisi Jiya. Pasti sudah akan merobek-robek pakaian Yoongi.

Namun, ketika tangan Jiya baru menyentuh knop, Yoongi panik, spontan tangan nya menarik ujung piyama yang di kenakan Jiya.

"Maaf." Ucap Yoongi, ia menundukkan kepala karena merasa bersalah. Tidak mampu untuk melihat Jiya.

Jiya juga diam sebentar sebelum ia juga mengatakan sesuatu pada kesayangannya ini. "Kak Yoongi jahat sekali."

Jiya tersenyum, bukan senyum bahagia. Ada sirat kecewa yang tergurat dari senyum manisnya.
Melihat itu Yoongi seakan di paksa ikut merasakan sakit yang Jiya alami.

Gadis Shin sebenarnya bukan berlebihan merasakan kecewa, hanya saja ia mengingat Yoongi yang pernah meninggalkan nya sendiri di rumah hanya karena wanita lain. Padahal saat itu hujan sangat deras, Jiya mengkhawatirkan diri nya, pun Papa juga sudah memberi amanah agar Yoongi tidak meninggalkan nya. Yang paling di sakitkan oleh Jiya adalah, saat ia melihat Yoongi kecewa karena melihat Sora sedang berpelukan dengan pria lain.

Sekarang Jiya jadi berpikir, apa Yoongi melupakan janji mereka hanya karena untuk bertemu dengan Sora?

"Aku ingin masuk dulu sebelum menjelaskan mengapa aku bisa datang terlambat, apa di izinkan?"

PAINTERWhere stories live. Discover now