3. Ice cream meokgo gallae?

742 88 102
                                    

Follow vote yuk, ntar dapat hadiah.







Setelah kejadian membeli peralatan untuk melukis, Yoongi dan Jiya belum pernah bertemu lagi. Pilnam bilang mereka sangat di sibukkan oleh pekerjaan belakangan ini.

Bahkan Yoongi pernah sampai tidak pulang dua hari demi menyiapkan pekerjaan nya agar tidak menjadi deadline. Yoongi harus bisa membagi waktu karena tanggung jawab pekerjaan nya sudah bertambah satu. Dia sudah berjanji akan memberikan ajaran secara privat untuk putri nya Pilnam.
Bagi seorang Yoongi, janji adalah suatu hal yang harus di bayar lunas. Dia tidak bisa mengingkari atau lepas begitu saja setelah berjanji dengan seseorang, kecuali orang itu sendiri yang mencabut janji tersebut.

Berhari-hari Pilnam dan Yoongi kebut-kebutan mengerjakan lagu untuk artis di agensi mereka, ini lah saat nya mereka berdua bisa agak bersantai dan seperti nya nanti sudah bisa pulang tepat waktu. Yoongi menghembus nafas lelah sembari menyandarkan punggung nya ke sandaran kursi yang ia duduki.

" Hyung, aku mau minta kontaknya Jiya."

Pilnam yang tengah duduk tak jauh dari nya pun menoleh, "Untuk apa kau minta kontak putriku?"

Wajah pria Min itu menunjukkan raut datar pada rekan kerja nya. Malas sekali dia mau menjelaskan untuk apa nomor putri nya. Pikir kan saja sendiri, apa guna kontak putri nya di hidup Min Yoongi. Dasar pria tua, batin Yoongi.

"Agar bisa dijadikan istri." Ucap Yoongi.

Kedua nya tatap-menatap. Kalau netra Yoongi menatap Pilnam dengan rasa malas, beda dengan tatapan Pilnam yang masih loading dan bertanya-tanya.

"Cepat sini hyung, putri mu mau di ajari melukis tidak sih?"

"O-ooh ini aku berikan, jangan marah-marah dong Yoon. Nanti cepat tua." Pilnam baru tersadar, sebelumnya ia sama sekali tidak mengingat hal itu. Dengan terburu ia memberi kontak Jiya pada Yoongi. Pilnam juga mengerti kalau besok giliran mereka libur kerja. Mungkin saat libur begitu Yoongi akan mulai mengajar Jiya.


****


Gadis bermarga Shin itu terlihat sangat lelah dan banyak pikiran setelah selesai mengerjakan tugas kelompok di rumah teman nya. Ia menyusuri halaman, ruang tamu, terakhir kamar nya dengan langkah gontai. Ia merebahkan kasar tubuh nya ke ranjang, lalu dering ponsel tanda pesan masuk memaksa Jiya untuk segera sadar dari lamunan nya. Ada pesan singkat masuk dari nomor tidak di kenal.

-Bersiaplah besok, aku akan menjemputmu jam sepuluh pagi. Jangan banyak bertanya, ini aku Yoongi-


Garis bibir Jiya membentuk senyuman setelah membaca isi pesan di ponselnya, akhir nya Yoongi memberi Jiya kabar. Tunggu, kenapa Jiya seperti tengah menunggu kabar dari seorang pacar? Tapi memang Jiya sedang menunggu kejelasan dari Yoongi kan, untuk kursus melukis nya. Tidak tau deh, yang Jiya rasa kan saat ini ia senang bukan main, hati nya berbunga, kaki nya menendang ke udara dengan wajah yang di tutupi selimut.

Hari dengan cepat nya berganti pagi. Hari Minggu Jiya tidak ada kelas di kampus, namun sang Papa tetap membangunkan putri nya agar bersiap, ia tau Yoongi akan mengajak nya keluar sebentar lagi. Di tambah Pilnam takut putri nya akan tertidur sampai siang karena pagi ini Pilnam dan teman-teman sebaya nya ada janji untuk pergi memancing.

Jiya akhirnya bangun setelah bergelung ria selama sepuluh menit, ia menyuapkan sarapan yang sudah di siapkan Papa ke dalam mulut nya. Kemudian membersihkan rumah seadanya, lalu mandi dan siap untuk bertemu Yoongi.

Jemari Jiya mengetik kan sesuatu di ponsel nya, ia mengirim pesan ke Yoongi, memberitau pria itu agar menjemput di kafe sebelah rumah nya saja. Kebetulan Jiya ingin membeli kopi di kafe sebelah rumah untuk Yoongi dan diri nya, sebagai tanda terimakasih pada pria Min itu karena sudah mau meluangkan waktu.
Saat memasuki kafe, netra nya langsung menangkap perawakan gadis yang juga merupakan teman satu kampus nya, tidak terlalu dekat tapi lumayan kenal karena sudah beberapa kali bertemu.


PAINTERWhere stories live. Discover now