21. Extra part

533 59 51
                                    

Sehari pernikahan Yoongi Jiya terlewati. Mereka menikmati petang indah nan cerah di dalam kamar dengan tirai gorden yang terbuka lebar. Kamar yang dulu hanya Jiya tempati seorang, kini penghuni kamar tersebut bertambah satu. Ya siapa lagi kalau bukan Min Yoongi, pria yang kini menyandang status sebagai suami dari Min Jiya.

Tetap memilih rumah Jiya untuk mereka tempati.
Ada banyak kenangan di rumah ini, Jiya tidak mau meninggalkannya. Lagipula untuk apa membuang-buang uang untuk membeli rumah baru, disini rumahnya besar dan bagus. Meski Yoongi mampu membeli dan sempat mengajak, namun hal itu di tolak mentah-mentah oleh Jiya. Akan sangat di sayangkan jika rumah ini tidak di tempati. Apalagi harus terbengkalai begitu saja. Tidak, tidak mau. Jiya dan Yoongi sudah berjanji akan merawat rumah ini dengan baik sepenuh hati bagaikan anak sendiri.

Rumah tetap sama, ada beberapa yang membuat beda di dalamnya karena ada sedikit perubahan dekorasi, foto pernikahan yang berbingkai besar di pajang di ruang tamu, dan sedikit tambahan perabotan. Sudah, selebihnya tidak di biarkan berubah atas keputusan bersama.

Dan kini, sepasang itu tengah bermain tebak-tebak buah apel. Yoongi melukis sesuatu di udara menggunakan telunjuknya, dan Jiya menebak apa yang sudah Yoongi gambar.

"Kalau ini gambar apa Jiya?"

Kedua mata Jiya menelisik setiap gerakan telunjuk Yoongi yang bergerak-gerak di udara.
"Rumah?"

"Bukan.

"Bintang?"

"Bukan."

Jiya menghela nafas, "Oke, menyerah."

"Ck, cepat sekali menyerah."

"Aku berjuang untuk mendapat cinta Kak Yoongi saja."

Apa-apaan si Jiya ini, kenapa semakin ahli dalam hal merayu Yoongi. Kan Yoongi jadi terdiam tidak bisa berkata-kata lagi. Beberapa detik di telan kecanggungan, akhirnya Yoongi memilih untuk berbaring ke samping untuk menghadap Jiya penuh. Yang mana hal itu juga di ikuti oleh Jiya.

Yoongi pandang lekat wajah ayu itu, ia usap penuh sayang pipi pualam orang yang kini menjadi wanitanya.

"Jiya.."

"Heum?"

"Kau tahu? Bagiku pernikahan itu adalah kerja sama." Tutur Yoongi dengan lembut sekali.

"Kerja sama?"

"Iya, kerja sama. Dua orang dengan sifat berbeda akan tinggal bersama, menempuh hidup bersama, melakukan hal apapun bersama, bukan hanya untuk dua atau tiga tahun kedepan saja. Tapi sampai kita menjadi debu. Dua orang dengan sifat berbeda tentu tidak mudah untuk dijalani bukan? Jadi, akan sangat memerlukan kerja sama di dalamnya. Jika suatu saat kau kesusahan katakan padaku, aku akan siap membantumu dan kita akan bekerja sama. Begitupun sebaliknya. Maka dari itu, mohon kerja samanya ya Jiya, mulai hari ini sampai seterusnya. Oke?"

Jiya mengukir senyum termanis untuk Yoongi. Ia mengulurkan jari kelingking agar Yoongi menerima dan mengaitkan jari kelingking mereka berdua. "Aku janji akan terus bekerja sama dengan Min Yoongi."

Mendengar hal itu tentu saja membuat Yoongi tertawa, gemas melihat tingkah lucu Jiya yang tidak pernah berubah.

"Janji kelingking, heum?" Gumam Yoongi, jarinya sudah sibuk menggelitiki perut Jiya. Sampai-sampai tawa nyaring memenuhi sudut ruangan. Jiya sudah minta ampun, dia merasa geli sampai sudut mata mengeluarkan setitik air.

"Janji kak, janji. Sudah kak, ampun.. Kenapa di gelitiki terus sih? Perutku geli.."

"Aku menggelitiki pinggang mu lho Jiya, kenapa jadi perut yang geli?"

PAINTERWhere stories live. Discover now