10. My Girl is you

496 70 89
                                    

VOTE VOTE VOTE

KOMEN KOMEN KOMEN



Siang ini pekerjaan Pilnam dan Yoongi tidak se-riweh seperti biasa. Sibuk ya tetap sibuk, tapi kadar kesibukan mereka sudah agak berkurang. Tidak seperti kemarin-kemarin yang butuh mengerahkan seluruh ide, gagasan, dan dibumbui dengan sedikit tenaga. Ya harus pakai tenaga kan? Kalau tidak ada tenaga mana bisa bekerja dengan baik dan benar.

Yoongi yang duduk tidak jauh dari Pilnam sebenarnya sedang menguping pembicaraan antara Ayah dan anak itu melalui sambungan telepon. Oh iya, dia jadi teringat pada Jiya. Sampai saat ini Yoongi belum ada menyinggung soal percakapan kemarin pada Pilnam. Percakapan Yoongi dan Jiya dua hari lalu yang membahas 'menjadikan Jiya miliknya utuh'

Masih memikirkan waktu yang tepat. Dia tak bisa asal beritau Pilnam begitu saja, Yoongi juga ingin beri effort yang baik pada calon mertua. Aduh, perut Yoongi jadi mulas begitu mengingat hal ini.

Oh, saat tersadar dari lamunan, ternyata Pilnam dan putrinya sudah melakukan panggilan video. Ingin sekali melihat, tapi Yoongi gengsi. Apa melirik saja sedikit? Bagaimana nanti kalau ketahuan?

"Tidak mau berbicara pada kakakmu? Dia ada disini."

Ucapan Pilnam ingin membuat senyum Yoongi mengembang kalau saja ia tidak menahan mati-matian agar senyum itu tidak terukir.

"Tidak, Pa.."

'Hei, apa-apaan gadis itu tidak mau berbicara padaku' batin Yoongi. Hati Yoongi berdenyut kesal, kemarin Jiya bilang suka padanya. Lihat sekarang, berbicara padanya saja tidak mau. Apa tidak rindu?

"Jiya akan kesana sore nanti kan? Bisa bertemu langsung dengan kak Yoongi." Sambung Jiya di panggilan tersebut.

Jadi karena itu Jiya tidak mau berbicara dengan Yoongi. Tadi saat sengaja menguping pembicaraan Ayah dan anak tersebut, Yoongi mendengar kalau Pilnam menyuruh Jiya membawakan flashdisk berisi file penting yang tertinggal di ruang kerja. Yoongi jadi menatap kasihan pada hyung kesayangannya ini, kasihan sudah semakin tua, jadi semakin pikun begitu. Mungkin ingatan Pilnam sudah semakin berkurang.

"Apa lihat-lihat?" Pilnam agak salah tingkah dilihat se-serius itu oleh Yoongi saat ia sudah memutuskan panggilan pada anak semata wayangnya.

"Hyung harus tetap kuat dan sabar ya, ada aku disini yang menjagamu." Yoongi mengusap bahu Pilnam.

"Apa sih bedebah ini, sudah gila apa bagaimana kau Yoon?"

"Sabar hyung, sabar.." sekarang Yoongi bukan hanya mengusap bahu Pilnam, tapi sudah kian memeluk Pilnam dari samping.

"Ya Tuhan, kenapa aku bisa satu ruangan dengan bedebah gila ini?" Ucap Pilnam pasrah.

****

Dari kampus Jiya langsung tembak menuju agensi tempat Papa bekerja. Mengantar suatu benda yang sangat penting bagi sang Papa. Heran, mengapa benda sepenting ini bisa dilupakan oleh Papanya?

Karena malam ini Pilnam lembur, jadi flashdisk itu harus segera ada di tangannya. Ya Pilnam lembur lagi, soalnya besok ia ingin libur, jadi pekerjaan harus ia selesaikan hari ini juga.

Sesampainya Jiya di agensi, salah satu staff disana memberi arahan agar bisa sampai ke ruang kerja Pilnam. Staff tersebut juga sudah di beritau terlebih dahulu oleh Pilnam.

Jiya tidak perlu menekan bel pintu studio lagi, karena sudah dibuka kian oleh Papa. Saat berdiri di ambang pintu, ia menemukan dua orang pria kecintaannya. Yoongi dan Pilnam.

PAINTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang