5. You in my mind

471 80 97
                                    

Selasa sore yang begitu santai menurut Jiya karena ia hanya memiliki satu kelas saja hari ini, setelahnya tidak ada kegiatan apa pun untuk di ikuti lagi. Pulang dari kampus tadi Jiya juga menyempatkan diri untuk mampir ke kafe untuk sekedar menikmati kopi dan memesan kue kesukaan nya. Tidak lupa dengan tujuan utama nya, ia duduk di pojok ruangan kafe sembari mengeluarkan beberapa alat lukis berukuran kecil.

Ia memang mulai sering berlatih sedikit-sedikit tanpa bantuan Yoongi untuk melihat perkembangan kemampuan diri sendiri. Meskipun Yoongi masih mengajari nya teknik dasar melukis yakni Lining dan Filling, pria itu mengakui kalau Jiya sangat mudah menangkap apa yang di ajarkan. Teknik dasar itu juga baru di ajarkan Yoongi dua kali dalam minggu lalu.

Jiya merasa bangga kendati baru bisa belajar melukis dengan teknik yang saat ini di pakai nya, teknik Filling. Jujur, Jiya sangat susah menangkap ketika Yoongi pertama kali mengajarkan ia teknik Lining. Padahal Lining itu hanya lah sebuah garis panjang yang kita torehkan di buku gambar melalui kuas liner, Yoongi mempraktek kan nya juga terlihat sangat gampang. Tapi untuk pemula seperti Jiya memang lah tidak semudah ekspektasi, sama sekali tidak semudah yang di lihatnya.

Jika di ibaratkan, ada seribu kali Yoongi menyuruh Jiya mengulangi hasil Lining nya.

Kemarin itu, Jiya merasa jemari cantik nya sampai mau patah, dia juga sudah hampir mau menangis melihat Yoongi dengan kejam nya terus meminta Jiya mengulangi. Sampai pada akhirnya pria Min itu berkata, 'kau tidak bisa masuk ke tahap selanjut nya kalau teknik Lining ini belum lulus.'

Bayangkan, pukul tujuh malam Yoongi baru menunjukkan senyum haru setelah Jiya benar-benar bisa mempraktekkan apa yang di ajarkan nya. Jiya juga ingat pria itu mengatakan apa sebelum ia pulang dari rumah Jiya. 'banyak berlatih ya, pertemuan selanjutnya aku ajarkan teknik Filling, aduh putri nya Pilnam pintar sekali.' Setelah mengatakan itu ia menepuk bahu Jiya layak nya teman lama yang sudah lama tidak berjumpa. Yang tadi nya Jiya mau menangis, tidak jadi karena sudah melihat senyum manis guru privat nya.

Uh Jiya jadi ingin cium, tapi tidak boleh. Yoongi itu sangat galak sekali, nanti Jiya di katai jelek kembali oleh si galak Min Yoongi.

Jiya mencibir lalu tersenyum malu-malu mengingat hal itu. Aah, dia jadi rindu dengan kakak guru nya. Iya, kakak guru, Yoongi tidak mungkin disebut bapak guru oleh Jiya kan?

Ya sudah, kalau begitu Jiya pulang saja karena hari sudah terlalu sore. Papa juga sepertinya pulang cepat, takut nanti khawatir ketika menemukan Jiya tidak ada di rumah, juga tidak ada nanti yang membuatkan teh untuk Papa.

****


"Papa! Jiya sudah pulang lhoo, rindu tidak!?"

Jiya membuka sepatu, masih belum menyadari ada beberapa orang duduk di sofa ruang tamu yang tengah memandang nya penuh tanya.

"Halo.."

Terkejut. Tentu saja Jiya terkejut karena ternyata ada tamu yang sedang berkunjung di rumah nya. Bisa dipastikan kalau tamu-tamu ini adalah rekan kerja sang Papa. Awalnya Jiya masih mau melanjutkan panggilan nya kepada Papa, tapi tidak jadi karena melihat ada tamu dan Jiya langsung memberi salam dengan membungkukkan tubuhnya beberapa kali, agar terlihat sopan dan santun.

Ia berlari ke arah dapur untuk membantu Papa di sana yang sedang membuat teh dan menyediakan cemilan untuk tamu. Jiya tidak tau saja, ada sepasang mata tajam yang masih memperhatikan gerak geriknya dari awal ia menginjak kediamannya sampai ia menuju dapur.

Samar-samar Jiya mendengar percakapan mereka, ada yang bertanya tentang diri nya, 'Putri nya Pilnam Hyung?'

Ya kalian pikir saja ya paman-paman yang ada disana, tidak mungkin aku ini cucu nya Pilnam, batin Jiya.

PAINTERWhere stories live. Discover now