4. Belanja Bareng

29 13 18
                                    

Awalnya niat Alysa hanya ingin menyapa Arman, sahabat lamanya. Namun, tak disangka rupanya Arman satu SMP dengan Alvian, cowok yang ditaksir oleh Alysa dari awal lolos seleksi. Membuat gadis itu merasa canggung tatkala Alvian menyapanya.

"Ini siapa, Man?" tunjuk Alvian pada dirinya.

"Ohh, ini Alysa, temen sekelas aku sama Tio," jawab Arman.

"Kamu mau ikut nyari barang yang disuruh kakak kelas juga?"

"Eh, itu...."

"Udah ajak aja, paling dia juga nyari. Semua barangnya ada kan di tempatmu?" potong Tio.

"Kita lihat dulu, ada nggak barangnya," sahut Alvian.

"Alvin! Kamu mau pulang kan? Aku ikut!" Teriak seorang gadis memanggil Alvian.

"Skuy, gabung, Put!" sambut Tio pada gadis itu.

Alysa menoleh pada gadis yang baru bergabung bersama mereka. Seorang gadis berparas cantik dari kelas 10C, dia memiliki tubuh tinggi langsing, berkulit putih dan berhidung mancung. Bertolak belakang dengan Alysa yang bertubuh pendek chubby. Meski tidak gemuk, tetapi Alysa sukses merasa insecure bertemu dengan primadona di SMP Arman itu.

Saat mereka berjalan ke parkiran motor, Putri menoleh pada Alysa, "Lho, kamu ikut?"

Alysa yang mengekor di belakang menjadi tergagap.

"Iya, dia kita ajak, kamu yang nggak diajak," canda Alvian pada Putri.

"Ih, kamu kok gitu sih Beib?" ujar Putri merajuk manja.

"Idih, sape lo? Pacar bukan, manggil-manggil Beb?"

"Ihh, jangan gitu lah, Alvi."

"Udah-udah, kita semua barengan ke tokonya Alvian," ujar Arman menengahi.

"Aku bonceng kamu ya, Vin?"

"Ya, udah," ujar Alvian pasrah dan mengalah. Lalu pemuda itu menyodorkan helm pada Putri.

Perkataan Putri tadi sedikit-banyak menghancurkan mental Alysa yang rapuh, ia merasa tersisih dan tak diundang dalam hal ini.

"Nih, pake helmnya Lis."

Ucapan Arman seketika mengangkat sebagian rasa ragu dan minder dari pikiran Alysa, ia menerima helm dari Arman dan duduk di atas motornya.

"Nasib-nasib, yang lain berdua, gue sendirian," keluh Tio yang disambut ledekan dari teman-temannya.

Ketiga motor itu pun melaju di atas jalan raya, dan berhenti di sebuah mini market.

Alysa turun dari motor dan menatap bangunan Betamart di depannya. "Ini toko yang dimaksud?" pikir Alysa.

"Apa aja yang disuruh kakak kelas cari?" tanya Alvian.

Sambil berjalan masuk, Tio menyebutkan sejumlah benda yang mereka perlukan. "Tiga buah permen stik beda rasa, beda merek, beda harga. Permen mint dengan kalimat I Love You-"

"I love you too, Aditio," goda Alvian.

"Edan tenan kowe (gila banget kamu)!"

"Permen I Love You, terus apa lagi, Tio? Permen Selamat Pagi, Semangat, I miss you. Terus apalagi?" sambung Putri sambil memeriksa rak permen.

"Kalau Putri yang nembak, aku sih yes," canda Tio.

"Serius napa!" sergah Putri.

Alysa menelusuri rak snack dan mencoba mengingat-ingat daftar benda yang diperintahkan kakak kelas untuk dibawa saat ospek besok. "Temen-temen, kita juga perlu kertas koran kan?"

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Where stories live. Discover now