31. Pantai Serasa Milik Berdua

14 2 1
                                    

Letak pantai rupanya tak jauh dari masjid tadi. Hanya perlu berkendara beberapa menit, pasangan itu sudah tiba di tempat berpasir.

Tampak berbagai pedagang menjajakan makanan. Mulai dari jagung bakar, ikan bakar, sate, dan lainnya. Aromanya memanjakan hidung siapapun yang berkunjung ke pantai sore itu.

Usai memarkirkan motor, kedua anak SMA itu menempati salah satu tikar yang dibentangkan di pasir dan memesan makanan sambil menikmati perubahan hari.

"Sayang pantai ini menghadap ke utara. Jadi nggak bisa lihat sunset," keluh Alysa sambil menendang-nendang ombak yang datang.

"Sunset apa sunrise?" pancing Alvian yang berjalan di samping Alysa.

"Sunset, Kak, matahari terbenam. Kalau sunrise matahari terbit," terang Alysa.

"Seenggaknya kamu bisa melihat laut, bisa main air," ucap Alvian sambil menendang air ke arah Alysa, "bisa melihat pulau-pulau kecil di sana," tunjuk Alvian pada pulau-pulau yang tampak kecil di kejauhan sana, "terus kita bisa berduaan menikmati senja," katanya seraya mendekati dan merangkul pacarnya yang sempat menjauh.

Sambil memegang lengan Alvian di bahunya, Alysa berkata, "Tahu nggak, Kak? Lautan di depan kita ini bisa dibilang 'selat'," jelas Alysa.

Alvian menoleh padanya. "Apa iya?"

"Iya, selat itukan laut yang diapit pulau. Kayak pemandangan di depan kita ini," terang Alysa.

"Tau nggak, Lis? Kalau pas musim kemarau, kita bisa naik kapal ke sana. Main kita ke pulau itu. Sayang, udah mulai masuk musim 'ujan," tutur Alvian sambil berpindah ke belakang Alysa dan menumpukan dagu ke kepala pacarnya.

Kini gantian Alysa tak percaya. "Itukan jauh banget, Kak?"

"Nggak, nggak jauh. Lebih jauh selat Jawa-Sumatra. Selat yang kamu bilang ini beberapa menit naik kapal motor sampai."

"Ah, masa' sih? Kayaknya asyik," ucap Alysa membayangkan.

"Nggak asyik, pulau itu biasa aja, tapi kalau kamu tinggal di sana, aku rela bolak-balik buat melihat kamu."

"Ih, gombal!" ejek Alysa sambil membebaskan kepalanya dari dagu pacarnya.

"Eit! Mau ke mana? Sini aja! Kalo nggak aku cium!" ucap Alvian menahan pacarnya, kini ia memeluk gadis itu dan menempatkan dagunya di bahu Alysa.

"Geli, Kak. Malu," protes Alysa merasa jengah, takut diperhatikan orang.

"Aku mau kita sedekat ini, dengan bahu menempel."

"I-iya, tapi aku mau foto-foto," protes Alysa berusaha membebaskan diri.

"Foto aja kayak gini." Alvian justru mengeratkan pelukannya. Ia mulai menyukai gadis itu, gadis yang iseng dia tembak demi dia manfaatkan. Rupanya lama kelamaan Alysa mulai menarik hatinya.

"Aku juga mau foto yang lain. Udah lepasin, Kak! Keburu gelap," desak gadis itu. Lalu sejoli itu berfoto bersama mengabadikan senja yang indah ini.

Sambil menunggu roti bakar dan jagung bakar tiba. Alvian dan Alysa duduk berdampingan melihat langit yang berubah dari oranye, jingga, pink, keunguan, dan makin menggelap.

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang