32. Menjenguk Tante Amanah

10 1 0
                                    

Sepeninggal pemuda itu, otak bucin Alysa tak henti-hentinya memuji Alvian. Sedangkan otak logis Alysa menyuruhnya untuk memberi tahu paman bahwa Alysa sudah sampai di rumah sakit.

"Inget nggak kata Arman? Dia udah wanti-wanti kita. Bahkan kamu sendiri bilang pingin jaga jarak," nasehat si otak logis saat Alysa menunggu ponselnya terhubung.

"Berisik!" ucap Alysa menyuruh si otak logis diam.

"Kak Vian udah berkorban banyak buat kita! Begitu caramu menghargai orang yang udah membantu kita tanpa pamrih!" sergah si otak bucin tegas. Kali ini Alysa cenderung memihak otak bucinnya, membuat si otak logis merasa tersisih.

"Halo?" Akhirnya om Fadil mengangkat telepon.

"Om, aku udah di rumah sakit. Om sama tante di mana?" tanya Alysa. Setelah mendapatkan petunjuk, akhirnya Alysa sampai ke kamar tempat tante Amanah di rawat.

"Om, tante gimana keadaannya?" tanya Alysa menghampiri ranjang tempat tante Amanah dirawat.

"Tantemu masuk angin karena kurang makan," jawab om Fadil dengan nada menyalahkan.

"Gimana nggak kurang makan? Tiap makan muntah, tiap makan muntah," balas tante Amanah dengan sengit.

"Syukurlah, kirain tante kenapa-napa," ucap Alysa lega melihat istri pamannya tampak baik-baik saja. Lalu ia duduk di sebuah kursi yang pamannya sediakan.

"Iya, tapi tante harus diinfus," keluh wanita yang berwajah sedikit pucat itu. "Aly tadi ke sini sama siapa?" tanya tante Amanah.

"Dianter temen tadi," jawab Alysa singkat.

"Kamu kehujanan nggak?" Kali ini om fadil yang bertanya.

"Nggak, soalnya temenku bawa jas hujan."

"Jas hujan? Kalian naik motor?" Alysa merespons pertanyaan om Fadil dengan  anggukan. "Om kira kalian naik taksi online," jawab om Fadil heran.

"Kamu naik motor sama pacarmu ya?" Pertanyaan tante Amanah membuat Alysa tak berkutik. Ia memandang wajah pamannya, melihat reaksi om Fadil yang sedikit terkejut. "Kamu punya pacar?"

Alysa mengangguk mengiakan. "Sepertinya sudah saatnya ngasih tau om, toh, tante udah tau. Mending kukasih tau sekarang," batin Alysa.

"Jadi kamu ke mal tadi berdua sama pacarmu? Siapa anak itu? Arman?" cerocos om fadil.

Alysa langsung menggeleng menepis dugaan pamannya. "Bukan, Om, tapi anak lain. Om sama tante belum pernah ketemu," jawab gadis itu sambil tersenyum geli dengan sangkaan pamannya.

"Mas—" Tangan berinfus tante Amanah menyentuh tangan suaminya.

"Terserahlah dia siapa? Kalian jalan berdua?" tanya om Fadil dengan serius.

Alysa merasa tak nyaman dengan reaksi pamannya. Terlihat tante Amanah mencoba menahan suaminya supaya tak menanggapi berlebihan.

"E-enggak, kok! Kita jalan-jalan rame-rame ke mal. Ini buktinya," dusta Alysa sambil menunjukkan tiket nonton yang ia simpan. Om Fadil melihat tiket itu, lalu mengangsurkan pada istrinya yang penasaran.

"Kita nonton film alien tadi," tambah Alysa.

"Iya, tadi aku lihat status wassap Alysa upload foto bioskop, mie daging, sama pantai," ujar tante Amanah pada suaminya.

Om Fadil masih menatap Alysa dengan curiga. Sambil melihat postingan Alysa di hape istrinya, om Fadil bertanya, "Mana fotomu sama kawan-kawanmu? Biasanya anak kayak kalian kalo kumpul suka selfie-selfie."

Ucapan Om Fadil membuat Alysa ketar-ketir. Kembali gadis itu berbohong. "Kalo itu ada di hape temenku. Kualitas hapenya bagus. Jadi kita selfie pake hape dia."

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Where stories live. Discover now