6. Resmi Tinggal

36 14 25
                                    

Dari parkiran Betamart, Alysa dan Arman melaju di atas jalan raya menaiki motor. Sesekali Arman menanyakan arah kepada Alysa, kemudian Alysa memberikan petunjuk, hingga sampailah mereka di tempat tinggal Alysa.

"Jadi kamu tinggal di sini?"

"Iya, Ar. Yuk, masuk!" ajak Alysa setelah membuka gerbang.

Kemudian Arman duduk di kursi teras, sementara Alysa masuk ke dalam rumah dan memanggil-manggil tante Amanah dan ayahnya, tetapi keduanya tak ada di rumah.

Ketika Alysa mengintip kamarnya, ada beberapa tas di letakkan pada samping kasur. Alysa menduga itu adalah barang-barang yang ayahnya bawa dari kampung.

Setelah memastikan tak ada orang di rumah, barulah setelah itu ia pergi ke luar. Rupanya Arman masih duduk di sana.

"Ada orang nggak di rumah?" tanya Arman yang mulai bosan menunggu. "Aku mau balik ke tempatnya Alvian nih."

"Nggak ada orang, Ar."

"La, kalau gitu ke mana mereka? Biar aku anterin."

"Kayaknya ke tempat omku, deh," terka Alysa.

Akhirnya Alysa dan Arman pergi ke tempat om Fadil. Dan benar saja, ayahnya berada di sana.

"Ayahh!" sapa Alysa, kemudian gadis itu memeluk ayahnya melepas kerinduan. Untunglah warung belum buka, sehingga hanya seorang pegawai bernama Nanang dan Arman yang melihat.

"Eh, anak ayah udah pulang. Habis dari rumah temen ya?"

"Kok, Ayah tahu?"

"Tantemu yang bilang."

"Tante ke mana?" Alysa menoleh ke sekitar mencari tantenya.

"Sehabis nelpon kamu, tantemu tiba-tiba nge-drop, sehingga om sama tante kamu pergi ke klinik, terus dari pada ayah sendirian di sana, akhirnya ayah pergi ke warung sekalian makan siang."

"Pantesan rumah kosong."

"Kamu tadi ke rumah dulu? Nggak ngasih tahu tantemu?"

Alysa menggeleng, "Nggak, Yah."

Arman yang sedari tadi hanya diam, kini membuka suara, "Pak, apa kabar?" sapanya. "Kapan sampainya?" sapa pemuda itu sambil mengulurkan tangannya.

Ayah Alysa menyalami pemuda itu dengan ekspresi bingung, "Temen Alysa ya? Makasih ya sudah nganterin."

Alysa terkikik kecil melihat reaksi ayahnya, "Dia Arman, Yah, anaknya pak Bayu," jelas Alysa.

Seketika ayah Alysa langsung mengenali anak muda dihadapannya, "Oh, kamu toh, Le? Sudah besar ya kamu," ucap ayahnya Alysa sambil menepuk-nepuk bahu pemuda itu.

"Hehe, iya Pak." Arman tersenyum berjumpa dengan tetangganya itu. Ketika Arman masih kecil, ia sering singgah ke rumah Alysa.

Ayahnya yang merupakan seorang perantau, dan ibunya yang bekerja sebagai bidan desa, sibuk bekerja, sehingga Arman kerap dititipkan ke rumah Alysa. Lebih-lebih setelah kematian neneknya.

"Udah bertahun-tahun kita nggak berjumpa, sampai-sampai bapak nggak mengenali kamu."

"Bapak bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik Le, Arman sendiri bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik Pak, saya pamit dulu ya!"

"Lho, mau ke mana? Kok, buru-buru?"

"Mau balik ke tempat temen, Pak, ada barang yang perlu diambil."

"Nak Arman, belum makan 'kan? Makan dulu di sini," ajak Bapak.

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Where stories live. Discover now