38. Harga Kesombongan

12 1 0
                                    

Ketika Alysa sedang bertukar pesan dengan Alvian di sekolah. Om Fadil baru saja selesai menjemur cucian. Lelaki itu puas dengan hasil kerjanya. Meskipun dua topi rajut yang ia temukan membuatnya heran.

"Alysa punya dua topi rajut? Perasaan kemaren cuma satu. Apa dia beli sepasang?" batin om Fadil kebingungan.

Dikarenakan Alysa baru tinggal bersama mereka selama beberapa minggu, pria itu tidak begitu memperhatikan koleksi pakaian keponakannya. Sehingga, ia hanya menganggap hal ini angin lalu.

Setelah bersiap-siap, om Fadil berangkat menjemput istrinya ke rumah sakit. Dari rumah sakit, keduanya mampir ke pasar, berbelanja kebutuhan sebelum pulang.

"Beli juga roti tawar!" pinta tante Amanah mengingatkan.

"Buat apa? Kamu masih mual?" tanya om Fadil mengernyitkan alis menatap curiga, sebab sebelumnya roti tawar identik dengan nafsu makan istrinya yang menurun.

Tante Amanah mengulum senyum. "Ngidam," jawabnya singkat dengan tatapan penuh arti, membuat suaminya meluluskan permintaan itu dengan senang hati.

Sesampainya di rumah, tante Amanah terkesan dengan pekerjaan rumah yang sudah beres dikerjakan suaminya. "Aku kira Alysa Mas suruh nyuci baju sebelum ke sekolah," komentar tante usai mendengar kegiatan suaminya selama ia dirawat.

"Ya nggaklah! Tega banget aku nyuruh-nyuruh, dia kan, bukan pembantu," terang om Fadil sambil menyiapkan bahan makanan. Kemudian, pasangan itu masak, lalu makan siang bersama.

"Udah lama Mas nggak masak. Biasanya Mas tidur terus sesudah subuh sampe agak siangan. Bangun-bangun pekerjaan rumah udah beres aku kerjain," komentar wanita itu menikmati dimanja suaminya.

Om Fadil hanya nyengir mendengar perkataan istrinya. "Lho? Kan aku masak tiap hari," canda suaminya.

Tante Amanah cemberut mendengar hal itu. "Itu kan, masak buat orang. Maksudku masak buat aku," jelas istrinya. Om Fadil tergelak melihat reaksi istrinya.

"Nanti siang aku mau buka kedai, kamu di rumah aja ya, Dek!" perintah pria itu.

"Nggak, ah! Aku nggak mau di rumah sendirian!" tolak istrinya dengan wajah cemberut.

"Kan ada Alysa."

"Alysa katanya main ke rumah temannya," terang tante Amanah.

Om Fadil mengerutkan dahi, gerakkan tangannya mengumpulkan nasi terhenti. "Kapan dia ngomong gitu?"

"Tadi, pas Mas masak. Dia ngirim pesan," jelas tante.

"Berarti Adek mau ikut mas ke warung setelah mas Jum'atan?" tanya om Fadil menyelesaikan makan.

"Iya, daripada aku sendirian di rumah, bingung mau ngapain? Seenggaknya di sana adek bisa bantu-bantu, ngobrol, ngelayanin orang," jelas wanita itu seraya berdiri dan membereskan piring.

Ketika om Fadil mengeringkan tangan yang basah dengan serbet usai dibasuh di kobokan, pria itu memutuskan, "Baiklah, tapi minum dulu jamunya, biar aku yang nyuci piringnya," perintah om Fadil menuangkan segelas jamu botolan yang tadi ia beli di pasar.

***

Saat kesebelas motor mendekati Betamart, semua anak berhenti dan memarkirkan motor di sana. Beberapa anak bahkan masuk ke mini market itu.

"Mau beli pita dan kertas kado," ucap Ika memberi keterangan.

"Aku juga ikut, dong!" ucap Desy menyusul kawannya.

"Kertas kado? Bagus juga idemu," ucap Ratna ikut-ikutan.

"Aku yang ngide," kata Tio dengan pedenya.

"Ngarang! Kamu nyaraninnya stiker," tukas Diego.

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Where stories live. Discover now