11. Duduk Sendirian

41 19 52
                                    

Pagi ini Alysa bangun dengan badan yang segar. Acara persami kemarin, meninggalkan kenangan manis dalam benak Alysa.

"Ada apa, nih? Keponakan tante, kok, senyum-senyum?" sapa tante Amanah.

"Nggak apa-apa, Tante. Lagi seneng aja," jawab Alysa.

"Seragam yang udah tante bikinin ke penjahit, muat sama kamu?"

"Alhamdulillah muat kok, Tante," sahut Alysa.

Hari ini merupakan hari Senin. Dengan bangga, Alysa mengenakan seragam putih abu-abu yang kemarin baru saja di-laundry oleh tante Amanah.

Kondisi tante yang sedang hamil muda, dan kesibukan Alysa menjalani kegiatan pengenalan sekolah, membuat tante memutuskan untuk memberikan tugas mencuci dan menyetrika kali ini pada jasa laundry.

"Tante! Ini gimana makenya?" keluh Alysa yang kesulitan mengenakan dasi.

"Jangan keras-keras, Sayang. Om kamu tidur," ucap tante.

Setelah berpakaian dengan rapi, Alysa mengambil foto dirinya di depan kaca lemari, dan mengirimkan fotonya pada ayah dan ibu di kampung.

Sesampainya di sekolah, Alysa duduk di bangku yang sudah ia tempati selama seminggu ini, yakni baris tengah kanan kedua dari depan. Tak sabar Alysa menanti kedatangan Dani, sahabatnya.

Di meja depan meja guru, terlihat seorang gadis berkerudung bertubuh kecil yang asing bagi Alysa. Rasa penasaran membuat Alysa mencolek teman di depannya.

"Des, Desi, itu siapa?" tanya Alysa.

"Itu Ayu, anak peringkat satu waktu lolos seleksi."

"Kok, aku baru lihat?" ujar Alysa bingung.

"Iya, dia sehabis seleksi nggak masuk karena sakit, makanya kita baru lihat dia sekarang," terang Desi.

"Ohh, gitu ya? Jadi jumlah murid di kelas kita memang ganjil ya?"

"Iya, kelas yang lain juga begitu," jawab Desi.

Usai menanyakan hal itu, tampak Dani masuk ke dalam kelas, membuat wajah Alysa menjadi cerah. Namun, senyum di wajahnya langsung sirna tatkala ia melihat Dani menghampiri Ayu dan duduk di sebelahnya.

"Kok, Dani duduk di sana?" batin Alysa. Tanda tanya yang tak terjawab, membuat Alysa tak tahan untuk menghampiri kawannya itu.

"Hai Dani, kok kamu duduk di sini? Nggak bareng aku?" sapa Alysa sambil bertanya dengan hati-hati.

"Eh, ini Lis, aku ini kan satu SMP sama Ayu, makanya aku duduk sama dia," kilah Dani.

"Dia siapa, Dan?" tanya Ayu.

"Ini Alysa, Yu. Anak yang aku ceritain sama kamu."

"Hai, Alysa. Kenalin aku Ayu," ucap gadis berkacamata tebal itu mengulurkan tangan pada Alysa.

Alysa menyalami gadis itu dan balas memperkenalkan diri. Lantas, ia bertanya lagi pada Dani.

"Padahal selama beberapa hari terakhir kita duduk bareng, kukira kamu mau duduk sama aku," sindir Alysa secara tersirat.

Dani menggeleng. "Nggak, sejak awal aku memang mau duduk sama Ayu. Cuma, karena dia belum masuk, dari pada sendirian, aku duduk sama kamu. Maaf ya!" ucap gadis itu menangkupkan kedua tangannya meminta maaf.

"Eh, kok kamu minta maaf? Kan ini bukan salahmu," ucap Alysa. Kata maaf yang Dani luncurkan justru membuat dia merasa tidak enak.

"Ya, siapa tahu kamu marah sama aku karena merasa dibohongi." Dani mulai meluncurkan kemampuan manipulasinya.

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Where stories live. Discover now