27. Nge-date

9 1 0
                                    

Delapan belas menit sudah berlalu. Alysa sudah menunggu dengan gelisah. Nomor Alvian tak bisa dihubungi, membuat gadis itu nyaris menyerah menunggu.

"Kalau batal bilang aja batal, jangan digantung gini," keluh gadis itu ingin menangis.

"Bukannya bagus batal aja, ya? 'Kan memang kamu yang pingin jaga jarak," celetuk si otak logis.

"Tapi dia udah janji," sangkal si otak bucin dengan sedih.

"Udah hampir telat 10 menit, besar kemungkinan nggak jadi. Mending kita kerjain aja hal lain," saran si otak logis.

Baru saja Alysa hendak menyerah, terdengar suara motor mendekati rumah. Dengan antusias, Alysa berjalan ke pintu. Jantungnya berdebar-debar, khawatir jika orang lain yang tiba. Rupanya memang Alvian yang datang.

"Hai cantik, lihat Alysa nggak?" sapa Alvian sambil membuka helm.

"Ihh, Kakak, mah, ada-ada aja!" balas Alysa manja.

"Ohh, kamu, Lis? Kirain siapa?" jawab Alvian mendekati Alysa dan mendaratkan sebuah kecupan di pipi gadis itu. "Cantik banget kamu, Sayang."

Pujian Alvian membuat wajah Alysa panas, menjadikan gadis itu mabuk kepayang.

Untuk sesaat dia terdiam sesaat hingga tak sadar bahwa Alvian menghilang, "Lho, Kak Vian mana?"

Lantas Alysa masuk ke dalam rumah dan mendapati Alvian sedang ganti baju di ruang tamu.

"Kyaaaa!!!" jerit Alysa.

"Jangan teriak-teriak," tegur Alvian, "tutup pintunya, Lis!" tambahnya.

Sambil menutup pintu, Alysa protes, "Kenapa Kakak ganti baju di sini? Kenapa nggak ganti di rumah?" tanya gadis itu sambil berdiri menghadap pintu membelakangi Alvian.

"Tadi kamu iya-iyain aja, ya udah aku salin di sini. Lagi pula biar nggak dicurigain mama, aku tetep pake seragam pas ninggalin rumah dan ganti di sini. Biar disangka balik ke sekolah," tutur pemuda itu.

"Tapi itu kan bohong, Kak!" protes Alysa.

"Kan mamaku nggak nanya, wlee!"

"Masa' sih, nggak ditanyain?" protes Alysa tak percaya.

"Soalnya mama tadi kedatangan tamu," terang Alvian.

Alysa kehabisan kata-kata menanggapinya. "Mm... udah belum ganti bajunya, Kak?"

Sebuah tangan dengan jemari kurus-panjang menyentuh pintu di depan Alysa dari sebelah kanannya. Terasa oleh gadis itu embusan napas dari pemuda di belakangnya, menghirup aroma rambutnya sambil membelai bahu kiri Alysa dengan tangan satunya.

"Udah dari tadi, Sayang. Mmh... kamu wangi banget."

Suara bisikan di telinga kanannya membuat darah Alysa berdesir. Kembali Alysa merasakan sensasi menggelitik di perutnya seolah-olah ada kupu-kupu terbang di sana.

Usai berbisik, Alvian mencium pipi kanan Alysa dan merangkul tubuhnya dari belakang. Posisi mereka yang sangat dekat, membuat Alysa merasa risi.

"Kak—"

Cup!

Plak!

"Aduuhh...," keluh Alvian sambil mengusap sebelah pipinya yang merah.

"Kak, aku nggak suka ya digituin!" tegas Alysa mengambil tindakan.

"Ya maaf, Sayang. Soalnya kamu cantik banget," ujar Alvian.

Alysa tak memedulikan alasan pemuda itu. Dengan muka ditekuk, gadis itu menyuruh pacarnya keluar guna mengunci pintu.

"Aku harus hati-hati, nih! Berduaan di tempat sepi bisa gawat!" batin Alysa yang lanjut mengunci pintu pagar.

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ