40. Godaan Pepacor

8 1 0
                                    

Setelah Alvian dan Alysa menyelesaikan transaksi. Keduanya berjalan ke luar dan menyapa teman-teman yang sudah menunggu.

"Yuk! Guys!" pekik Alvian sambil menuntun motornya.

"Lama amat di dalem," ucap Ratna sambil lalu.

Begitu sampai di rumah, Bik Irah menyapa mereka. "Eh, ada tamu Mas Den. Ayo, masuk!"

Arman, diikuti Tio menghampiri wanita itu hendak menyalaminya, tetapi wanita tua itu menolak tegas, "Ah! Nggak usah!"

"Kita mau belajar kelompok, Bik. Bikinin minuman, ya!" ucap Alvian pada pembantunya.

Wanita itu mengacungkan jempolnya. "Beres, Den. Tamunya banyak sekali, ada berapa orang?" Tampak mata wanita itu memindai para tamu yang sedang melepas sepatu. Mulutnya komat-kamit menghitung, "... sepuluh, sebelas, dua belas. Dua belas anak."

Usai menghitung, wanita itu segera masuk ke dalam menyiapkan minuman. Sedangkan Alvian mempersilakan tamu-tamunya masuk ke dalam. Gorden yang menutupi pintu kaca ia geser, menampilkan pintu kaca di baliknya. Lantas ia geser pintu kaca itu hingga tak ada lagi pembatas antara ruang tamu dan kolam renang di luar.

"Nah, gini, dong! Ini baru enak. Sayang gerimis," keluh Tio.

Alysa melihat kolam renang itu dengan pandangan terheran-heran. "Aku baru tau Kakak punya kolam renang," ucap gadis itu.

Alvian mendekat dan merangkul bahu Alysa, membuat gadis itu sedikit tersentak. "Waktu itu kan nggak semua pintu dibuka, makanya pemandangan yang kamu lihat cuma taman doang," tunjuk Alvian pada taman bergaya Jepang yang mengelilingi kolam renang. Rumah Alvian memiliki lahan persegi, dengan rumah berbentuk letter 'L' menutupi kolam renang di halaman belakang.

Usai mendengarkan penuturan pacarnya, Alysa berkelit membebaskan diri dari tangan pacarnya. "Iya, Kak. Aku mau bantuin yang lain ambil kalender dulu," kilah gadis itu.

Alvian mengangkat sebelah alisnya, ia merasakan perubahan sikap Alysa yang menjaga jarak. Matanya mengekori gadis itu yang kini membantu Kinan dan Arman menggotong kalender.

"Aaa!!! Ada kalender oppa!" pekik Ika yang girang menemukan kalender lama bergambar idolanya. "Eman-eman mau dijadiin sampul," keluhnya.

"Mana? Mana? Aku mau lihat," ujar Ratna yang ikut-ikutan kepo.

"Ada lagi nggak yang kayak gitu? Aku juga mau," ucap Desi antusias.

Tio membongkar kalender yang ada, tetapi tidak menemukan kalender sejenis. "Nggak ada Des, adanya kalender gambar pemandangan ini," ucap Tio mengangsurkan kalender bank.

Desy menerima kalender itu dan memeriksanya. "Wah, tebel banget kalender ini, foto-foto yang ditampilin juga bagus," puji Desy menilai kalender itu.

"Kalau kalender kpop emang cuma ada satu itu aja. Itupun bekas kakakku," jelas Alvian.

"Des! Aku mau kawat spiral di kalendermu itu," pinta Ika menunjuk kalender di tangan Desi.

Gadis dengan rambut dijepit rapi itu mengernyitkan dahi. "Buat apa?" tanya Desy.

"Buat jilid kertas binder bagus tuh! Di toko Alvian dijual kertas binder isi 100 lembar, tinggal dikasih sampul sama spiral jilid, jadi deh, buku diary," jelas Ika.

Desy tampak terkesan dengan ide Ika. "Wah, kreatif juga idemu Ika. Aku juga mau." Lalu Desy beralih pada Alvian yang sedang memisahkan kalender. "Alvian, kita ambil kalender ini ya!" kata Desy meminta izin pada empunya.

"Ambil aja," jawab Alvian sambil tersenyum.

"Alvin, cariin kita kalender yang bagus, dong!" ujar Tiwi mendekati tuan rumah.

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang