❄️BAB 9❄️

2.5K 397 1K
                                    

Jangan lupa vote & komen disetiap paragraf, biar semangat('∩。• ᵕ •。∩')

Minta tandain kalo ada typo, ya!
❄️❄️❄️

Dengan perlahan, Theo membuka kelopak matanya. Saat mengangkat kepala, dia mengernyit bingung. Entah bagaimana bisa dirinya tertidur dengan menindihi tubuh Meta dan berbantalan dada gadis itu? Theo bertanya-tanya.

Theo menerjap untuk menghilangkan kantuknya. Kemudian menoleh pada jendela yang letaknya tidak jauh dari sofa, ternyata hari sudah gelap gulita.

"Mmh...,"

Theo menoleh, memusatkan perhatiannya pada Meta yang baru saja melenguh. "Bangun," ucapnya dengan suara pelan.

Tidak ada pergerakan berarti dari Meta. Membuat Theo memutuskan untuk bangkit dari tubuh gadis itu, lalu dia mengambil duduk disisinya yang tidak juga terusik dari tidur itu.

Theo menunduk, terus menatap Meta dengan tatapan yang sangat dalam. Beberapa saat kemudian, dia meletakkan sebelah tangan disamping kepala gadis itu. Lalu tubuhnya membungkuk dan dengan perlahan, wajahnya menelusup masuk kedalam leher Meta yang sedari tadi begitu ingin dia hirup dan cium.

Theo mendesah dengan mata terpejam, menikmati harum aroma vanilla yang menguar dari leher Meta, dengan segala emosional yang terpendam dalam dirinya. Kedua tangan Theo bergerak untuk memeluk pinggang Meta dengan erat. Tidak perduli bagaimana reaksi gadis itu bila terbangun nanti.

"Aduh... Iyo sayang. Aku suka banget dipeluk kamu, tapi jangan kekencengan ya? Soalnya susah napas ini." Meta tiba-tiba bersuara dengan suara serak khas bangun tidur.

Theo mengabaikan perkataannya, membuat Meta hanya bisa menghela napas pasrah. Tangannya terangkat untuk mengelus kepala Theo, masih dengan mata terpejam karena dirinya masih mengantuk.

Beberapa menit berlalu. "Kenapa gue nyaman dan tenang banget kalo sama lo?" Theo bergumam didalam leher Meta, tapi sayangnya gadis itu tidak mendengar karena sudah tertidur kembali.

Ceklek

"The---anjayyy!" Agler yang baru saja masuk, melotot kaget melihat Theo bersama seorang gadis dengan posisi yang menurutnya sangat intim.

Theo mendengus malas, dia memang memberi akses bebas para sahabatnya untuk keluar dan masuk kedalam apartemennya. "Jangan berisik," peringkatnya yang sudah menjauh dan beralih duduk di ujung sofa.

"Lo... Ngapain sama nih cewek?!" Heboh Agler dengan mulut terbuka.

"Kenapa kesini?" Bukannya menjawab, Theo malah balik bertanya.

Agler yang tadinya ingin menginterogasi Theo, mengurungkan niat. Dia menerjap pelan, lalu mengambil duduk disofa seberang, mengutarakan alasannya mengapa datang kemari. "Gue mau ajak lo buat main voli sama sekolah sebelah Yo, hari sabtu,"

Theo mengangguk. "Males," sahutnya kemudian singkat.

Agler berdecak. "Ayolah Yo... Lo 'kan yang paling jago main voli diantara kita. Si Reagan yang kaku gitu aja mau diajakin ikut main, tapi sayangnya dia jagonya dibasket sih, makanya kita bnyak berharap sama lo, biar sekolah sebelah gak pandang sebelah mata lagi."

Sambil mendengar celotehan Agler, tangan Theo sedari tadi tidak bisa diam. Dengan sadar, dia mengelus telapak kaki kecil Meta terus menerus entah apa tujuannya. Hanya Theo yang tahu.

"Sagara, jago juga."

Agler mendelik mendengarnya. "Tapi gak sejago lo. Ayolah...," mohonnya sambil memasang wajah memelas, membuat Theo mendengus.

METHEOWhere stories live. Discover now