❄️BAB 14❄️

2.6K 339 1K
                                    

Jangan lupa vote & komen disetiap paragraf, biar semangat('∩。• ᵕ •。∩')

Minta tandain kalo ada typo, ya!
❄️❄️❄️

Vita berjalan disisi Theo, tangannya merangkul  pergelangan tangan cowok itu erat. "Mmm... Kak Theo." Vita memanggil.

"Ya?"

"Senang gak, aku balik lagi?" Tanyanya dengan nada manja.

Theo hanya bergumam pelan.

"Kak Theo sekarang tinggal dimana? Masalah-masalah kemarin udah selesai?" Tanya Vita.

"Belum."

"Oh... terus tinggalnya dimana?" Vita mengulang pertanyaannya sebelumnya.

"Apart."

Vita mengangguk-angguk mengerti. "Alamatnya? Aku juga pengen tinggal didekat Kakak!" Ucapnya antusias.

"Gak bisa."

"Lho? Kenapa?" Tanyanya murung.

"Pokoknya nggak, bahaya."

Vita berdecak. Ingin membantah, tapi tidak berani karena kalau Theo sudah marah, cowok itu tidak akan segan untuk membentak dirinya.

"Tapi, bantuin ya ngurus segala keperluan aku selama pindahan."

"Mm."

❄️❄️❄️

"Misi, gue mau duduk. Bisa turun dari meja gue gak ya?" Meta mencolek punggung seorang siswa yang sedang duduk diatas mejanya.

"Maaf, gue pikir ini meja punya sekolah. Bukan punya lo."

Siswa yang tidak dikenali Meta itu tertawa bersama teman-temannya yang lain, lalu tos ala-ala cowok seolah mengejek Meta yang kini mendengus karena jengkel.

Cowok itu kemudian berbalik, matanya langsung melotot ketika tahu orang itu adalah Meta.

"Eh... Silahkan duduk, tuan putri yang cantik jelitah." Arik Anggasta, seorang siswa kelas 7 yang dikenal suka bergaul dengan kakak kelas itu menunduk hormat.

Meta berdecih, menatap Arik tajam. "Miif, gii pikir ini miji pinyi sikilih. Bikin pinyi li. Siapa ya, yang bilang gitu tadi?" Katanya membuat Arik meringis sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya maaf---"

"Maaf? Oke, gue maafin meskipun lo tadi udah bikin gue jengkel. Tapi... ada syaratnya." Meta bersedekap dada dengan tampang angkuh.

Ini yang membuat Arik malas berurusan dengan dengan Meta. Kakak kelasnya ini terlalu banyak tingkah. Kalau saja dia menyadari yang tadi datang adalah Meta, Arik pasti akan langsung mengunci mulutnya yang selalu asal ceplos itu agar diam.

"Apalagi sekarang kak? Kemarin disuruh cosplay jadi mermaid, disuruh pura-pura hamil, disuruh pura-pura jadi orang gila. Ter---"

"Ssttt, bukan itu kok. Ini tuh menurut gue syarat yang paling gampang," kata Meta memotong gerutuan Arik.

Arik mendengus malas. "Apaan emang?"

Meta meletakkan tas sekolahnya dibangku. "Ikutin gue," katanya kemudian sambil berlalu.

METHEOWhere stories live. Discover now