❄️BAB 16❄️

3.3K 398 636
                                    

Jangan lupa vote & komen disetiap paragraf, biar semangat('∩。• ᵕ •。∩')

Minta tandain kalo ada typo, ya!
❄️❄️❄️

"Tadi kenapa?" Tanya Meta sambil terus mengusap-usap rambut Theo dengan lembut.

Theo tidak menjawab.

"Dari pengamatan aku, ya. Dilapangan tadi kamu merhatiin aku lekaaat banget waktu lagi sama Arik, mukanya serem kaya lagi nahan emosi, marah, dan... Sedih? Terus setelah itu pergi gitu aja, dan ternyata kamu ke belakang sekolah mukul-mukulin tembok yang nggak bersalah. Apa itu maksudnya?"

"Nothing."

"Apanya yang gak ada apa apa? Orang kaya kalap gitu kamu." Meta mencibir melihat sikap acuh Theo.

Theo menggeleng. Tidak ingin membahas lebih lanjut.

"Karena aku orangnya pekaan, aku bakal jelasin sebab kedekatan aku sama Arik." Meta menghembuskan napas.

"Iyo, kamu tau 'kan? Aku tuh sayaaaang banget sama kamu. Aku sengaja nyuruh Arik buat dekatin aku cuma buat ngelihat reaksi kamu gimana, cemburu atau enggak." Meta menjentikkan jari lentiknya. "Nah, yang tadi aku liat sih udah lebih dari cukup jawabannya. Soalnya, aku tuh tahu gimana ekspresi kamu kalo lagi marah, sedih, senang, atau cemburu," lanjutnya menyerocos.

Theo mengerutkan dahi. "Gue gak cemburu."

Meta mendelik. "Aku tuh selalu merhatiin kamu waktu SMP. Jadi, gak usah ngeles deh!"

"Lo gak tau apa-apa soal gue." Theo menyahut lagi.

Meta menggertakkan gigi. "Nyebelin banget sih? Aku tahu kamu gengsi, coba deh dikurang-kurangin. Nanti aku kabur lho, cari gebetan lain yang bisa lebih menghargai aku," katanya geregetan.

"Gue gak gengsi," kata Theo cuek, berbanding terbalik dengan tangannya yang semakin erat melilit tubuh Meta membuat gadis itu susah bernapas.

"Ngeles aja terus! Udah, ah. Lepas. Kamu meluknya gak kira-kira." Meta berkata kesal.

Theo menggeleng.

"Lepasin. Aku mau cari Arik aja!"

Theo memejamkan mata, lalu menggeleng. "Gak boleh."

"Lho, kenapa? Tadi bilangnya gak cemburu," kata Meta sambil tersenyum jahil.

Theo menutup mulutnya rapat.

Meta menghela napas. Pelan-pelan, dia melepaskan pelukan erat Theo dan lalu melangkah mundur. Membuat Theo merasa kehilangan.

"Kalo kamu belum bisa ngenalin perasaan kamu ke aku, mending kita jaga jarak dulu ya, Iyo." Setelah berkata seperti itu, Meta berlalu pergi. Meninggalkan Theo yang kini sedang terkekeh miris.

"Pada akhirnya, gue emang selalu ditinggalin," gumamnya sambil meraup wajah kasar.

❄️❄️❄️

"Tumben jam istirahat gini gak nyamperin Theo?" Tanya Ara pada Meta yang lagi santai memakan baksonya.

"Kepo," sahut Meta cuek, membuat Ara manyun.

METHEOحيث تعيش القصص. اكتشف الآن