❄️BAB 10❄️

2.9K 402 2K
                                    

Jangan lupa vote & komen disetiap paragraf, biar semangat('∩。• ᵕ •。∩')

Minta tandain kalo ada typo, ya!
❄️❄️❄️

Meta nyelonong masuk kedalam kelas Theo dan langsung duduk disamping kursinya yang selalu kosong itu.

"Aku sayang kamu, Iyo." Meta berkata tiba-tiba. Theo hanya bergumam menanggapinya.

Meta meletakkan dua bungkus roti dan dua buah susu kotak diatas meja. Dia duduk menyerong menghadap Theo yang dari tadi sibuk menulis.

"Sarapan dulu, yuk?" Ajak Meta sambil tersenyum manis.

"Nanti," sahut Theo cuek.

Mete mencebik. "Kalo telat makan entar sakit, Iyo. Nanti bisa mati. Hm... Menakutkan sekali." Meta mengusap kantung matanya seperti orang habis menangis dengan dramatis. "Dan ya... Aku yang gemoy dan syantik ini, mau gak mau deh, harus mencari gebetan yang baru. Kamu mau aku jatuh kepelukan orang laiiin?" Lanjutnya dengan ekspresi dibuat sedih.

"Gue bukan anak-anak."

"Ish... Yaudah. Kalo kamu gak mau makan, aku juga gak mau makan pokoknya! Biarin aja maag aku kambuh karena belum makan apa-apa dari tadi pagi," rengut Meta kesal.

Theo berdecak, melirik gadis disampingnya dengan malas. "Childish."

"Iya! Aku emang childish. Aku kayak anak kecil yang sering curigaan, gampang marah, mudah cemburu, haus kasih sayang, minta diperhatiin mulu. Tapi perlu kamu inget, anak kecil itu gak pernah bohong soal perasaannya, Iyo."

Theo mengalihkan perhatiannya yang tadi pada buku, kepada Meta. "Kenapa ngomongnya jadi kesana," komentarnya makin malas, membuat Meta tersenyum getir.

"Aku minta maaf kalo terlalu berlebihan dan buat kamu risih. Aku gak pernah cintai seseorang seperti aku cinta kamu sebelumnya. Makanya, aku takut banget kehilangan kamu."

"Alay." Agler yang entah muncul dari mana, menyeletuk. Membuat mood Meta langsung hancur.

"Kalo gak salah nama lo Agler 'kan ya? Bisa diem tidak?" Meta memaksakan senyum sabar.

"Gak bisa neng, soalnya babang punya mulut." Sagara yang berada dibelakang Agler, terkekeh mendengarnya.

Meta mengepalkan tangan. "Dasar gak ada kerjaan, sukanya gangguin gue mulu. Jangan-jangan lo suka sama gue? Ngaku!" Serunya sambil melotot.

"Enggak lah anjir!"

"Ya terus kenapa lo gangguin gue mulu, gue ada salah?!"

"Lo gak ada salah kok, Jamet. Gue cuma gak mau Theo kepincut sama lo. Soalnya 'kan gue yang cinta duluan sama Theo," kata Agler membuat teman-temannya dibelakang bergidik ngeri.

"LO CINTA THEO JUGA? BERSAING SECARA SEHAT KITA!" Teriak Meta membuat Theo yang dari tadi diam, bangkit dari kursi.

Theo mulai berjalan menjauh. "Kantin," katanya singkat. Membuat teman-temannya mengikuti cowok itu termasuk Agler yang sempat goyang-goyang pantat diambang pintu.

Meta mengumpat, sedangkan beberapa murid tergeletak.

Rain yang sedari tadi memperhatikan Meta, mendekat dan berdiri disamping gadis itu. "Aku saranin jangan gangguin Theo lagi deh, Meta. Soalnya ternyata Theo udah punya pacar, kemarin aku chat dia. Terus dibales tuh, katanya jangan deketin gue lagi, nanti pacarnya dia cemburu." Rain berdehem canggung. "Theo kayanya orangnya pekaan deh, tau aja niat gue tuh deketin dia. Padahal 'kan udah berusaha biar gak keliatan gitu. Makanya turutin kata gue deh, dia risih sama lo yang terlalu agresif gini. Jangan sampai Theo ilfill sama lo, Met," lanjutnya sambil mengusap pundak Meta.

METHEOWhere stories live. Discover now