❄️BAB 11❄️

2.6K 404 1K
                                    

Jangan lupa vote & komen disetiap paragraf, biar semangat('∩。• ᵕ •。∩')

Minta tandain kalo ada typo, ya!
❄️❄️❄️

"Dede, bangun yuk?" Max duduk disisi kasur, mengusap rambut sang adik dengan lembut.

"Masing ngantuk, Abang...," rengek Meta dengan suara serak.

"Emang Dede gak mau sekolah? Udah jam 7 pagi lho."

Meta melenguh. "Males banget... Tapi mau ketemu Iyo disekolah," lirihnya sambil beringsut duduk dengan malas.

Max mengernyit. "Iyo siapa?"

"Gebetan Meta," sahutnya sambil menyengir.

Max berdecak. "Fokus sekolah dulu, De. Kamu masih kecil," peringatnya membuat Meta mencebik.

"Abang aja udah punya pacar, kok."

"Ya iya, wajar 'kan? Abang udah dewasa," sahutnya sambil terkekeh.

Meta berdecih. "Fokus kuliah, Abang. Pacaran tuh bikin gak fokus belajar, tau!"

"Dih? Kamu kali yang kaya gitu?"

"Aah, Abang nyebelin! Meta ngambek nih?" Ancamnya membuat Max mengacak rambut sang adik gemas.

"Udah, mandi sana. Setelah itu turun buat sarapan, sekolahnya Abang yang anter," kata Max sebelum berlalu pergi.

Sekitar setengah jam berlalu untuk bersiap, baru Meta turun menyusul Papa, Mama, Max, dan Melvin yang sudah berkumpul dimeja makan.

"Kebiasaan nih kamu, lama banget turunnya. Keburu perut Mama sama yang lain demo," dumel Mama sambil memukul tangan Meta.

"Mama, jangan dipukul. Kak Met tangannya gampang merah tuh." Melvin menatap Mamanya dengan melas.

Mama berdecak. "Gak sakit juga, gak usah lebai kamu."

"Udah, udah. Waktunya makan," lerai Papa Arga. Membuat semuanya diam dan mulai makan dengan khidmat, sesekali diselipi obrolan ringan dan tertawa, membuat suasana hangat.

Berbeda dengan Meta, suasana dirumah Theo sangatlah sepi karena dia tinggal hanya seorang diri. Cowok itu menunduk, terus memakan makanannya dengan hampa.

❄️❄️❄️

"AW!" Pekik Meta saat tiba-tiba sebuah bola menghantam kepalanya hingga dirinya terjerembap dipinggir lapangan.

"Maaf, gue gak sengaja. Lagian salah sendiri sih, udah tau lagi rame orang main bola malah lewat sini!" Seorang cowok yang tidak Meta kenali, berdiri dihadapannya dengan malas. Bukannya membantu, dia malah mengomel.

Meta mendongak, memelototi cowok itu. "Salah ya salah aja kali, gak usah nyari kesalahan orang lain. Ini 'kan bukan lapangan nenek moyang lo, jadi terserah gue lah mau lewat mana! Apa susahnya minta maaf doang, pala gue sakit nih!" Seru Meta dengan jengkel.

Cowok itu memutar bola mata malas. "Gue udah minta maaf 'kan tadi?"

"TAPI ITU KELIATAN GAK IKHLAS BA---"

METHEOWhere stories live. Discover now