❄️BAB 20❄️

2.4K 325 578
                                    

Jangan lupa vote & komen disetiap paragraf, biar semangat('∩。• ᵕ •。∩')

Minta tandain kalo ada typo, ya!
❄️❄️❄️

Berhubung ini hari Minggu, Meta memutuskan untuk berkunjung ke rumah Theo dengan maksud memadamkan amarah cowoknya yang masih ngambek itu.

Sambil menjinjing kresek berisi makanan yang tadi ia beli diwarung langganannya, Meta naik ke boncengan mas-mas gojek yang dipesan sebelumnya.

Meta menyebut alamat rumah yang dituju, membuat orang didepannya mengangguk dan segera melaju ketempat tujuan.

Sesampainya, Meta merogoh tasnya dan menyerahkan sejumlah uang sebelum mas gojek tadi pergi.

"Iyo sayaaang!" Panggil Meta yang kini sudah berdiri didepan pintu rumah Theo.

"Iyooo, aku---"

Pintu dihadapannya langsung terbuka sebelum Meta menyelesaikan kalimatnya.

"Aaaa... Kangen," rengek Meta sambil menubruk tubuh Theo dan memeluknya erat.

Theo yang kebetulan baru saja bangun tidur, menerjap-nerja pelan. Lalu sesaat kemudian, ia membalas pelukan Meta sambil membenamkan hidungnya pada rambut pacarnya yang menguarkan wangi vanilla.

"Mmm." Meta menarik kepala Theo yang entah sejak kapan mencium-cium lehernya menjauh, membuat cowok itu memasang ekspresi kesal.

"Kalo mau manja-manja masuk dulu, sayangku. Nanti diliatin orang." Meta dengan santai berjalan masuk dan menutup pintu rumah, membuat Theo yang belum mengeluarkan suara itu mengikutinya dibelakang.

Ditengah ruangan, Meta tiba-tiba berbalik lalu berjinjit untuk mengusap-usap wajah bantal Theo dengan tangan, lalu melanjutkan. "Sini nunduk dulu, nanti bayi titan ku marah lagi kaya kemarin gara-gara lupa cium jidatnya," katanya membuat Theo mendengus.

"Bayi titan? Yang bener aja, Meta." Theo protes tidak suka.

Meta tergelak pelan. "Becanda, Iyo. Hidup tuh jangan terlalu serius kalo nggak mau cepet tua."

"Kamu bawel."

"Ya waj---eh? Kalo gak salah dengar tadi ngomong pake aku-kamu ya?" Meta menatap Theo dengan mata berbinar-binar.

Theo mengangguk santai, dia memegang pundak Meta dan membawa pacarnya untuk duduk di sofa yang berada didepan televisi.

"Kamu bujuk-bujuk terus, ini aku coba biasain meskipun rasanya aneh," kata Theo kalem.

"Aah! Jadi makin sayang deh!" Meta mengambil sebelah tangan Theo lalu mengecup punggung tangannya seperti anak yang salim pada orang tua membuat Theo geleng-geleng kepala.

"Itu apa?" Theo melirik keresek yang baru saja diletakkan meta diatas meja.

"Nasi goreng. Ini enak banget lho, aku belinya diwarung langganan yang ada didekat rumah khusus buat kamu," kata Meta sambil mengeluarkan nasi goreng tadi dan membuka bungkusnya.

Theo ber oh pelan.

"Aku cuci tangan dulu ya, tunggu bentar." Meta bangkit lalu kembali duduk beberapa saat kemudian dengan tangan yang sudah bersih.

"Aaa?" Meta menyodorkan tangannya yang berisi sesuap nasi goreng dihadapan mulut Theo.

Theo membuka mulutnya, lalu melahapnya dengan santai.

Meta tersenyum manis. "Enak, gak?" Tanyanya dengan mata yang berbinar.

"Enak."

Meta mengangguk puas. "Bagus, biar nanti aku belajar sama yang tukang jual nasi goreng buat masakin kamu dimasa depan," ucapnya semangat.

Theo mengangkat sebelah alis. "Cowok atau cewek?"

Meta mengedip pelan, lalu menjawab. "Mmh... Cowok. Tapi---"

"Gak boleh." Theo menggeleng tegas sambil menatap Meta tajam.

"Lho, kenapa? Kan cuma mau belajar," kata Meta bingung.

Theo menggersah pelan, dengan cekatan dia menarik tangan Meta dan membersihkan telapak tangannya yang kotor dengan tissue.

"Ini makannya baru satu suap lho, kenapa sih?" Gumam Meta kebingungan.

Theo tidak menyahut, dengan entengnya dia mengangkat tubuh kecil pacarnya kepangkuan sambil memeluk tubuh itu erat.

"Iyooo?" Meta bergumam lagi, dia mengusap-usap rambut Theo lembut meskipun masih dalam keadaan kebingungan.

"Jangan berhubungan sama cowok selain aku dan papamu, Meta. Aku gak suka." Theo berucap dengan suara teredam karena wajahnya teredam didada sang pacar.

Meta menipiskan bibir. Yaampun... Jadi cuma karena ini? Dia kira apa tadi.

"Ngg---"

"Belajar masaknya harus sesama cewek." Theo mengusap-usap pinggang Meta. "Denger 'kan Meta? please don't argue, I don't want to lose you," lanjutnya sambil menjauhkan wajah dari dada guna mengecup pipi Meta lama.

"Kamu gak akan kehilangan aku." Meta mengusap rahang Theo. "Iya, aku dengerin apapun yang kamu bilang, aku gak jadi belajar. Nanti belajar sama temenku aja yang cewek."

"Makasih udah jadi pacar penurut," kata Theo sambil memberi kecupan pada pundak Meta.

❄️❄️❄️

"Menurut lo, gue masih bisa rebut ka Theo dari Meta?" Vita menatap sahabatnya yang bernama Salsa dengan dahi mengerut.

Salsa mendecih. "Kenapa sekarang lo jadi pesimis sih akhir-akhir ini? Mana Vita yang selalu percaya diri dan bisa dapat apapun yang dia mau? Kemana hilangnya?"

Vita berdecak gelisah. "Gue ngerasa Ka Theo cinta mati banget sama Meta itu, dia menatap seakan akan seluruh dunianya ada dimata tuh cewek. Gue bener bener down dan amat sangat menyesal untuk pertama kalinya dalam hidup karena terlalu memahami gerak gerik Ka Theo."

"Ah, ngaco! Dicoba rebut dulu sih, kalo gak bisa pake cara sehat, ya kotor." Salsa tersenyum penuh arti. "Gue tahu lo terobsesi banget sama si Theo Theo itu, sebagai sahabat yang baik, gue punya sebuah rencana buat lo," lanjutnya kemudian.

Vita menyipitkan mata. "Maksud lo... Gimana?"

"Sini deh." Salsa membisikkan sesuatu saat Vita mendekat, beberapa saat kemudian kedua gadis itu bertatapan sambil tersenyum penuh arti.

"Boleh juga, gak sia-sia gue selalu curhat sama lo selama ini."

Begitu katanya.

-
-
-
TBC

Hei, makasih banyak buat yang selalu ingatin buat up dipart 19♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡

Untuk kesekian kalinya aku minta maaf karena up setengah tahun sekali. Btw, kalian suka konflik berat apa ringan nih?

300 vote + 500 komen buat next yaaaw🧸

METHEOWhere stories live. Discover now