❄️BAB 15❄️

3K 412 1K
                                    

Jangan lupa vote & komen disetiap paragraf, biar semangat('∩。• ᵕ •。∩')

Minta tandain kalo ada typo, ya!

❄️❄️❄️

"Lo kenapa sih bang, selalu buat Kak Met kesel dan sedih?" Tanya Melvin yang sedang duduk berhadapan bersama Abangnya, Max. Dia baru saja mengetahui masalah yang terjadi antara kedua saudaranya itu ketika melihat Meta cemberut waktu sarapan pagi tadi, dan pada akhirnya dia bertanya langsung pada Max. Dan Max menceritakan apa yang terjadi dengan sebenar-benarnya.

"Gue gak bermaksud, Vin. Cuma mau dia ngertiin perasaan gue yang sayang sama Vanya. Gak ada maksud buat bentak, abain, apalagi bikin dia sedih gini. Gue juga gak bakalan lupain dia cuma karena punya pacar."

Melvin berdecak. "Bang, lo 'kan udah dewasa. Harusnya bisa dong tenangin Kak Met. Lo juga harusnya hafal sama karakter dia yang masih kekanakan. Buat pengertian dong!"

"Gue gak bisa mikir kemarin, soalnya Vanya ngerengek mulu."

"Lo tuh lebih tua daripada gue, tapi gue ngerasa pikiran gue yang lebih dewasa." Malvin mendengus. "Menurut gue, lo tuh salah pilih cewek, bang."

Max mengernyit. "Maksudnya?"

"Ya... Gue rasa Kak Vanya tuh gak baik buat lo. Kaya nampak banget capernya, nyusahinnya, gatel---"

"Vin!" Sentak Max tidak suka.

Malvin mendengus. "Gue serius, Bang!"

"Gue tuh milih Vanya karena dia mirip Mama. Karakter dia, sikap dia, gue suka."

Melvin menganga. "Mirip dari mananya, anjir?! Jauh banget, bagaikan langit dan bumi. Ibaratnya tuh Mama tuan putri, kalo kak Vanya penyihir jahat."

"Vin!"

"Lagian ngawur, mabok lo bang?"

Max berdecak, memilih untuk pergi saja meninggalkan adiknya yang menyebalkan.

❄️❄️❄️

Hari ini, Meta dan Arik akan menjalankan misi mereka yaitu mencoba untuk membuat Theo cemburu.

Keduanya kini sedang berada dipinggir lapangan untuk menonton Theo bersama teman-temannya yang sedang latihan bermain Voli.

"Rik, mulai," bisik Meta membuat Arik yang dari tadi diam, mulai menjalankan aksinya.

"Gue pegang-pegang gak papa?" Tanyanya sambil menyengir.

"Ya, gak papa lah."

"Gue grepe-gre---"

"Nggak usah ngelunjak, mau gue tendang titit lo itu?" Meta menatap Arik tajam membuat cowok itu langsung ciut.

"Yaelah, galak amat neng...,"

Tangan Arik merangkul bahu Meta dengan kedekatan yang intim. "Gue keliatan keren banget gak sih kak? Kaya cowok-cowok cool gitu," katanya sambil menyeringai.

Meta memegang pinggang Arik. "Prettt," sahutnya malas.

Arik terkekeh, lalu mengecup rambut Meta.

"Brengsek lo!" Umpat Meta sambil melotot pada Arik yang terus menatap kedepan. Meta mengusap-usap rambutnya dengan kesal. "Bau jigong nih rambut gue, kurang ajar banget lo Rik."

METHEOKde žijí příběhy. Začni objevovat