My Little Happiness (SEQUEL OF KEKI) [JISUNG JOHNNY]

PENGERTIAN

VOTE JUSEYOOOOWWWWW

KALO GA BISA KOMEN SEENGGAKNYA VOTEE YAA

VOTE DULU BARU BACA

Kalian dari daerah mana nih?

*
*
*

ENJOY

****

Sometimes the happiness we feel can make someone hurt

-My little happiness-

****

Langit malam begitu menenangkan, semilir angin yang menyejukkan mampu membuat pikiran sedikit tenang, kadang Megan tak tahu bagaimana caranya dia bisa memahami keluarganya.

Tentang apa hubungan sang mama dengan papanya, tentang bagaimana bisa papanya menikah lagi padahal yang dia tahu papanya bisa kembali dengan sang mama. Tentang apa yang selama ini sang mama katakan bahwa dia tak selamanya bisa mengganggu hidup sang papa.

Mengapa?

Mengapa kehadirannya dianggap mengganggu hidup sang papa?
Bukannya anak adalah kebahagiaan?
Setidaknya itu yang dia lihat dari teman-temannya yang selalu membanggakan kedua orang tuanya.
Mengapa itu tidak berlaku untuk hidupnya.

Sebenarnya hidup seperti apa yang dia jalani sekarang. Mengapa dia terlalu sulit untuk mengerti.

"Jangan bengong, nanti kesambet."

Andreas datang dengan segelas susu untuk adiknya itu, apapun kejadiannya Andreas akan tetap menganggap Megan sebagai adiknya.

Keduanya duduk di balkon sambil menikmati suara petikan gitar yang Andreas ciptakan. Mereka larut dalam keheningan.

"Megan bingung."

Hal itu membuat Andreas tertarik, Megan bukan tipikal orang yang mudah mengungkapkan apa yang sedang dia rasakan. Melihatnya bisa menceritakan segala keluh kesalnya adalah hal yang langka bagi Andreas.

"Pegangan kalo bingung."

Jreng

Megan metanap Andreas dalam-dalam, "Abang pernah tanya sama Tante Rindu, kenapa dia ninggalin Abang sama papa."

"Ga tuh kenapa emangnya?"

Megan menghempaskan napasnya, tatapannya lurus kedepan, menatap langit malam yang nampak begitu indah dengan taburan bintang.

"Kenapa Abang ga pernah marah ditiggal sama Tante Rindu?"

"Kenapa papa harus nikah sama Tante Renata padahal papa harusnya nikah sama mama kan?"

Andreas menatap adiknya itu dengan tatapan sendu, "Harusnya kita bisa bareng-bareng kan?"

Andreas terdiam, mungkin benar dulu dia begitu marah kepada mommya itu, dulu Rindu bahkan enggan memeluknya, bahkan disaat Andreas ikut untuk pergi menghabiskan waktu bersama keluarga sang Mommy, Andreas merasa asing, dan tak dianggap, seiring berjalannya waktu dia mulai mengerti, tentang mengapa sang mama begitu benci padanya, tentang mengapa sang Mommy tidak pernah mau bertemu dengannya. Namun mau bagaimana pun itu bukan salahnya kan?