Pertemuan tak terduga

1.6K 128 13
                                    

Satu bulan setelah kehilangan calon anaknya, kini Renata sudah jauh lebih baik, setidaknya dia sudah tak lagi menyalahkan dirinya atas keguguran yang dia alami, Renata sudah mencoba untuk mengikhlaskan dan menerima, untuk sekarang Renata hanya akan fokus pada dirinya sendiri, Renata ingin melakuka hal hal yang dulu belum sempat dia Explore karena harus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang pas Pasan.

"Ren bisa tolong antar pesanan ini ke meja nomor 8 di pojok sana."

Renata tersenyum lantas dia membawa nampan pesanan makanan itu, iya selama pemulihan Renata tak ingin berdiam diri dirumah, dia memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan yang tak terlalu berat, kebetulan Ria mengenalkan Renata pada temannya yang katanya di cafe tempatnya bekerja sedang ada lowongan, jadilah Renata mengambil job itu, pekerjaan sebagai barista juga tidak terlalu melelahkan, hanya perlu menerima, membuat dan memberikan pesanan kerjanya pun tak perlu seharian karea ada shifnya.

"Permisi, ini pesanannya."

"Terima kasih." Pengunjung cafe itu tersenyum kepada Renata, "Kaka cantik, keliatan kaya orang baik." Renata sedikit terkejut dengan pujian perempuan didepannya secara tiba-tiba, kedua bola matanya sampai membulat saking tak percayanya.

"Eh, terima kasih, kamu juga cantik."

"Tapi aku ga sempurna."

Renata baru sadar, perempuan ini duduk di kursi roda, kakinya ada tapi kakinya sudah tak lagi bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Renata tersenyum, lantas dia mengelus punggung perempuan itu, "Manusia tidak ada yang sempurna, semua punya sisi spesialnya sendiri, yang terpenting, bagaimana kita bisa mencintai hal yang tidak sempurna itu dengan cara yang sempurna."

"Semangat terus, kamu pasti punya hal-hal baik yang bisa kamu lakukan walaupun aktivitas kamu terbatas."

"Reina." Suara bariton itu membuyarkan fokus keduanya.

"Bang, baru sampe? Lama banget si."

Renata terkejut setengah mati, dia tak salah ingat, dia juga tidak lupa kalau pria didepannya ini pria yang dia kenal.

Dia Sean

Sean yang dulu selalu menemaninya disaat dia kesulitan menyusun laporan yang diminta Arjuna dengan cepat. Pria yang maju paling depan saat Renata bercerita tentang seberapa menyebalkan Arjuna dimana Renata. Pria yang mati-matian menahan perasaannya kepada Renata karena ingin Renata bahagia dengan pilihannya.

"Renata?"

Renata tertawa, rupanya pria itu masih mengenalinya, "Sean. Long time no see?."

"Abang kenal?" Sean mengangguk saat Perempuan yang duduk di kursi roda tadi bertanya.

Alis Renata bertaut, seolah bertanya lewat pandangan matanya yang bertanya siapa perempuan didepannya ini, "Ah, kenalin dia Reina, adik gue. Reina ini Renata, teman kantor Abang dulu."

Reina memincingkan matanya, Reina bukan anak kemarin sore yang tak mengerti situasinya, Reina tahu betul jika pertemuan ini bukan pertemuan yang biasa bagi abangnya itu, "Temen apa demen bang?," Godanya jahil. Sean cuma bisa cengengesan sambil menggaruk tengkuknya, SALTING sendiri. Sementara Renata hanya tersenyum saja.

"Gimana kabar Lo Ren? Masih sama pak bos kan?" Nyali Renata menciut. Mungkin tidak jika dia dulu memberikan sakti kesempatan Renata tak akan bertemu Kirana dan Megan? Ah tidak Renata tak boleh berpikiran seperti itu, setidaknya dia harus mensyukuri kehadiran El, berkat anak itulah yang mampu membuat Renata jadi ingin terus hidup.

"Masih kok, Lo apa kabarnya? Kenaoa tiba-tiba ngilang gitu deh."

Sean tertawa renyak sekali, membuat Renata sedikit mengingat masa lalu mereka yang sering bersama. Memang benar Renata tak menaruh perasaan apapun kepada teman ya ini tapi Sean pernah membuatnya nyaman layaknya memiliki rumah dan sandaran sebagai Abang.

My Little Happiness (SEQUEL OF KEKI) [JISUNG JOHNNY]Where stories live. Discover now