Rasa tanpa suara

1K 131 35
                                    

Gapapa permulaan makasih udah naikin votenya

Yang ini ayo kencengin lagi votenya jadi 50 ya komennya 20 nanti update cepet

Aku bakalan up secepatnya tapi kayanya pas waktu sahur karena koutaku sisa Kouta malam gapapa ya

Aku usahain update setiap hari

Selamat membaca

****

ARJUNA dan Andreas langsung berlari ketika tiba di rumah, tadi Mba Sari bilang kalau Renata pulang dalam kondisi yang tidak baik, wajah perempuan itu acak-acakan, bahkan sampai ada cakaran dan lecet di kaki dan tangan perempuan itu. Mendengarnya membuat jantung Arjuna mencelos, dia takut istri dan calon anaknya itu kenapa-kenapa.

"Dimana mommy Mba?" Andreas yang sama khawatirnya dengan Arjuna pun langsung berlari kencang ke kamar Renata, berharap kondisi sang mommynya itu tidak terlalu parah dan membuatnya menyesal karena lalai dalam menjaga ibu sambungnya itu.

Mba Sari mengekor Arjuna dan Andreas yang bergantian masuk ke kamar utama, Mba Sari juga penasaran dengan kondisi Renata karena sejak sampai tadi Renata selalu berkata bahwa dirinya tidak apa-apa.

"Mom," cicit Andreas, terlihat dari wajahnya dia begitu ketakutan. Melihat wajah damai Renata uang terlelap sedikit membuat khawatir Andreas mereda.

"Lukanya sudah diobatin mba?" tanya Andreas pada Mba Sari yang ikut menyadari dahan pintu dengan pandangan gelisah.

"Sudah den, cuma gitu baru asal aja, soalnya tadi ibu langsung nyuruh mba keluar karena katanya dia mau istirahat."

Andreas langsung mengecek suhu tubuh sang mommy, dan untungnya masih kisaran normal, mommy itu tidak demam.

Arjuna sedikit tenang, dia memberikan waktu untuk Andreas merawat Renata sementara dia memilih untuk membersihkan diri sebelum nanti dia akan bicara dengan Renata soal dirinya dan Kirana yang duduk berdua di halaman belakang.

"Mom, kenapa bisa gini sih." Andreas menggenggam tangan Renata kuat-kuat sampai membuat Renata sedikit terganggu dalam tidurnya, dengan terpaksa akhirnya perempuan itu membuka mata.

Melihat anaknya yang menatap dirinya begitu khawatir membuat Renata bangkit, "Eh eh, anak mommy kenapa?"

"Mom," cicitnya pelan, dia menciumi tangan sang mommy dengan air mata yang berlinang.

"Mommy bikin El takut." Renata tersenyum sendu, romantisnya anaknya ini.

Renata mengangkat wajah Andreas yang sejak tadi menunduk, menahan air matanya agar tidak luruh.

"Ya ampun jagoan mommy, gaboleh cengeng ah. Malu sama mba Sari tuh." Mba Sari tersenyum menggoda, dia lega karena Renata benar-benar tidak kenapa-kenapa.

"Mommy bikin El takut, kenapa harus pergi dluan segala. Mommy lagi hamil kalo kenapa-kenapa dijalan gimana. El gabisa bayangin kalo mommy sampe-"

"Sttt, apasi ngomongnya sembarangan gitu." Renata memotong ucapan anaknya itu dengan segera, Renata hanya tidak mau membuang tenaga untuk berdebat lagi-lagi dengan suaminya itu, apalagi dengan masalah yang sama dan hal yang terus terulang. Renata merasa lelah, dia seperti berbicara pada patung yang tak pernah sedikitpun mengerti akan maksud dari ucapannya itu.

My Little Happiness (SEQUEL OF KEKI) [JISUNG JOHNNY]Where stories live. Discover now