Ancaman

984 83 27
                                    

"Kenapa si, lecek banget muka Lo kaya duit parkir."

Rudi yang baru saja datang melihat Arjuna yang sedikit kusut pun hanya terheran, pasalnya lelaki itu semenjak jauh dari istrinya jadi sering Gegana, gelisah galau merana.

"Kurang belaian Lo,"

"Kemarin pas masih disamping di diemin aja."

Arjuna menoleh, menatap sekertaris sekaligus teman baiknya itu dengan tatapan sinis, seolah dengan tatapannya itu dia bisa mencabik-cabik seluruh tubuh lelaki itu.

"Santai dong, napsu banget gitu Lo ngeliatin guenya."

Brakkk

"Gua tendang lu beneran ya." Rudi mengelus dadanya yang terkejut sata Arjuna menggebrak meja tanpa aba-aba sedikitpun.

"Kenapa si?"

Arjuna melempar ponselnya keatas meja, menunjukan foto yang membuatnya jadi kelabakan.

"Lo liat tuh kelakuan si bajingan itu." Rudi menatap foto yang Arjuna berikan. Memang mengejutkan, selama ini Arjuna tak pernah menunjukan siapa istrinya, bahkan Arjuna selalu melarang semua media tahu tentang kehidupannya, tak pernah sedikitpun Arjuna memberi celah kepada media mana pun untuk mengekspos keluarganya dengan tujuan supaya Renata tidak dalam bahaya, namun jika sudah seperti ini, Arjuna tidak bisa diam saja.

"Renata ga aman di Bandung, gue mau susulin dia trus gue ajak pulang. Sama gue dia lebih aman."

"Terus dengan Lo maksa dia pulang tanpa Lo kasih penjelasan apapun dia bakalan nurut? Enggak Jun disini emng dari awal tuh lonya juga salah. Lo ga mau terbuka sama Renata."

Arjuna menatap Rudi tak percaya, jadi sekarang Rudi menyudutkan dirinya?

"Apa? Lo ga terima kalo gue bilang Lo paling salah disini?"

"Coba kalo dari awal Lo jelasin ke Renata, alasan Lo selalu nolongin Kirana, Lo gaakan kehilangan calon anak Lo Jun."

Arjuna menghempaskan tubuhnya diatas sofa, kedua matanya terpejam, pikirannya berlarut membayang wajah Renata, dia benar-benar bingung sekarang.

"Terus gue harus gimana rud, tolong kasih jalan keluar jangan ngomel aja, ngomel ga bikin masalah gue kelar."

Rudi berdecak sebal, lantas dia berdiri mengambil segelas air dari disepnser dan dia semprotkan ke wajah Arjuna yang semula tengah menenangkan diri dengan mata terpejam.

"BRENGSEK RUDI."

Rudi menatap Arjuna dengan tatapan meledek, "Apa? Mau marah? Masih untung ga gue siram pake air panas biar tersakiti sekalian kaya di siksa ibu tiri," ujarnya benar-benar jengkel setengah mati.

"Setidaknya dengan gue ngomelin Lo otak Lo tuh bekerja dikit, dan Lo sadar kalo yg Lo lakuin ini cuma memperumit keadaan. Dan mendukung semua tindakan kriminal yang dia rencanakan, masa gitu aja harus di ajarin si Jun."

Arjuna masih terus mengelap wajahnya yang basah karena air dengan tisu, dia terdiam sejenak.

"Bokapnya Kirana gaakan pernah selesai buat morotin Lo selagi Lo ga bertindak apapun buat ngasih peringatan. Mau sampai kapan di wajarin Mulu cuma karena dia bokapnya Kirana?"

Arjuna menghela napasnya berat, bahunya merosot seketika, membayangkan bagaimana kondisi Renata disana saat ini, apa Renata bahagia tanpa dirinya? Apa Renata benar-benar tak ingin lagi memperbaiki masalah ini dengannya?

"Jun, dunia bukan cuma milik Lo bukan cuma tentang bahagia Lo, tapi juga tentang keburukan dan kesalahan orang lain, berhenti buat selalu tanggung jawab sama kesalahan orang lain, mau itu sodara Lo bahkan bokap Lo sendiri. Stop jadi pahlawan buat keluarga orang lain padahal keluarga Lo sendiri aja lagi diambang kehancuran."

My Little Happiness (SEQUEL OF KEKI) [JISUNG JOHNNY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang