Prolog

1.1K 135 38
                                    

WARNING 18++

***

Dengan punggung yang bersandar sepenuhnya di pintu yang berada di belakangnya, Alessio mengerang dengan wajah menengadah. Matanya pun setengah terpejam dengan nafas memburu pendek-pendek. Terengah bukan main. Warna wajahnya pun sudah memerah sampai ke telinga.

Masih dengan posisi yang sama, tanpa perlu melihat, satu tangan Alessio terulur untuk menyentuh kepala seseorang yang sudah membuat dirinya mabuk kepayang dan hilang kewarasan sedari tadi.

Kepala yang kini berada tepat di hadapan sela kakinya dalam posisi berlutut.

"Shh.." Alessio mendesis lirih, dengan mata yang otomatis terbuka manakala merasakan buaian dan pujaan di bawah sana kian menggila dan tidak terkendali.

Mata berkabut Alessio menatap sosok yang masih terus memujanya di bawah sana. Memperhatikan dengan seksama aktivitas sosok itu—gadis cantik—yang hampir membuat Alessio menjadi gila lantaran hampir kehilangan kewarasannya.

Melihat dengan jelas bagaimana bibir mungil gadis itu melakukan pemujaan di bagian tersensitif miliknya. Menjilat, mengulum dan sesekali akan menenggelamkan miliknya di dalam mulut sang gadis hingga hampir sepenuhnya.

Alessio hilang akal. Akal sehatnya sudah pergi entah kemana dimulai ketika dirinya secara impulsif menarik masuk gadis itu ke ruangan sempit ini. Sama sekali tidak perduli kalau di luar sana suasana sangat ramai. Bahkan, tak jarang orang-orang berjalan mondar-mandir di balik pintu dimana punggung Alessio kini bersandar.

"Eugh.." kali ini lenguhan lirih lolos begitu saja dari mulut Alessio saat inti tubuhnya terus saja dimanjakan.

Dan lenguhan Alessio pada akhirnya membuat si gadis mengangkat wajah. Ingin melihat Alessio walau dirinya terlihat kesulitan lantaran terhalang rambutnya yang berantakan menutupi hampir setengah wajahnya. Terlihat ingin menyingkirkan rambutnya sendiri yang menghalangi pandangan. Namun, kedua tangannya sedang sibuk memanjakan inti tubuh Alessio menemani mulut mungilnya.

Karena itu, dengan cekatan kedua tangan Alessio bergerak bersamaan untuk merapikan rambut panjang sepunggung gadis cantik yang sampai detik ini masih berlutut di hadapannya. Sibuk memanjakan dan memujanya. Mengumpulkan rambut panjang itu dalam satu kepalan tangan hingga sang gadis tidak lagi merasa terganggu oleh rambutnya sendiri, dan Alessio pun bisa dengan leluasa melihat pemandangan sensual di bawahnya tanpa penghalang.

Hingga akhirnya, mata mereka bertemu tanpa penghalang. Mata sayu Alessio yang sedari tadi menatap lapar sekaligus memelas beradu pandang dengan mata jernih yang saat ini sudah basah karena air mata lantaran berulang kali tersedak saat berusaha menenggelamkan Alessio sedalam mungkin dalam mulutnya yang sudah basah oleh salivanya sendiri. Dengan untaian benang saliva tipis yang menjuntai turun dari mulut hingga dagu.

Dan entah kenapa, pemandangan ini terasa semakin membakar tubuh Alessio hingga tanpa sadar, pinggulnya pun ikut bergerak berlawanan arah dengan si gadis. Dengan erangan dan lenguhan yang terus saja keluar dari mulut Alessio tiada henti. Tanpa perduli kalau sang gadis berulang kali harus tersedak hingga membuat hidungnya berubah warna menjadi merah.

"Stop it," Alessio terengah, dengan nafas memburu. Berusaha menahan kepala sang gadis agar tidak lagi bergerak manakala merasakan hasratnya sudah terkumpul dan ingin sesegara mungkin ditumpahkan.

Namun, si gadis sama sekali tidak perduli. Dan terus bergerak sesuai insting dan kemauannya sendiri.

"I said.. ahh.. stop, Bae," rintih Alessio lagi. Terdengar memelas dan putus asa.

Tapi lagi-lagi si gadis tetap saja abai. Terus melanjutkan apa yang dia lakukan tanpa perduli kalau saat ini Alessio hampir gila, terengah parah oleh perbuatannya.

Merasa frustasi karena hasratnya sudah di ujung tubuh, namun sang gadis masih belum mau melepaskannya. Pada akhirnya kedua tangan Alessio ikut bergerak membantu gadis itu mengerakkan kepalanya maju mundur kian cepat. Tanpa perduli kalau saat ini giliran sang gadis yang kewalahan. Berulang kali tersedak hampir muntah, dan seolah ingin meraup oksigen banyak-banyak. Namun, tak Alessio hiraukan.

"Oh, shit!" Alessio mengumpat, ketika gelombang itu siap datang menggulungnya, tanpa sadar kedua tangan Alessio menekan kepala sang gadis agar bisa menggenggelamkan dirinya sedalam-dalamnya dalam mulut sang gadis. Hingga rasanya menyentuh ujung tenggorokan.

Bersamaan dengan Alessio yang menumpahkan hasratnya dalam mulut sang gadis, erangah panjang yang sudah mirip seperti lolongan buas lolos begitu saja dari mulut Alessio.

Untuk sepersekian detik Alessio menahan tubuhnya tenggelam di dalam mulut sang gadis. Untuk menuntaskan semburan hasratnya sampai selesai. Dan ketika dia merasa cukup, bersamaan dengan Alessio yang merasakan pukulan kuat di pahanya, pertanda kalau sang gadis sudah kewalahan karena hampir kehabisan nafas. Alessio buru-buru menjauhkan kepala sang gadis, guna mengeluarkan inti tubuhnya. "Bae, sori. Aku gak tahan." Kata Alessio panik, buru-buru ikut berlutut saat mendapati bagaimana raut wajah sang gadis kini. Dengan tangan yang langsung menutup mulutnya sendiri manakala hidungnya sibuk meraup meraup oksigen banyak-banyak dengan rakus. "Kamu, sih, udah aku bilangin berhenti tapi gak denger," panik Alessio lagi sembari mengambil sapu tangannya di saku kemeja. Lalu menarik tangan sang gadis yang sedari tadi menutup mulutnya, hingga Alessio bisa melihat dengan jelas cairan pelepasannya merembes keluar dari kedua sudut mulut sang gadis. "Muntahin, Bae." Perintahnya, dengan sapu tangan yang sudah terulur di depan sang gadis.

Gadis itu menggeleng enggan.

"Gak apa-apa, sapu tangannya udah kotor, muntah—" kalimat Alessio terhenti, menggantung tak selesai manakala matanya menatap tak percaya apa yang kini dia lihat. Dimana sang gadis justru menelan semua cairan miliknya dengan sekali teguk. Walau setelahnya, raut wajah sang gadis langsung terlihat aneh, seperti menahan mual.

Di tengah Alessio yang tengah menatap sang gadis nyaris tak percaya, hingga rasanya kehilangan kata-kata. Alessio pun berulang kali menelan ludah saat melihat sang gadis berulang kali mencecap-cecap mulutnya dengan kening mengernyit dalam sebelum akhirnya berkomentar, "Aneh," katanya, dengan raut wajah yang terlihat rumit. Dengan jejak pelepasan Alessio yang masih berantakan di sekitar sudut mulutnya.

Karena entah kenapa, pemandangan itu justru kembali membangkitkan rasa panas di tubuh Alessio kembali.

Dan ketika tangan sang gadis akan bergerak menyeka mulutnya sendiri. Tangan Alessio sudah terlebih dahulu menahannya. Dengan wajah yang sudah kembali merangsek maju. Melumat bibir sang gadis. Ikut merasai rasa dirinya sendiri lewat mulut sang gadis. Bahkan, sisa pelepasannya sendiri yang berantakan di area mulut sang gadis Alessio bersihkan dengn lidahnya sendiri.

"Bad girl," di sela pagutan liar dan agresifnya di bibir sang gadis, Alessio berbisik dengan suara serak yang kasar, dan berat.

Sedangkan sang gadis hanya bisa tertawa tertahan, tanpa bisa menjawab lantaran mulutnya kembali dibungkam oleh bibir Alessio yang terus saja meraup setiap jengkal sisi bibirnya dengan rakus. Namun, kedua tangan sang gadis langsung melingkar di leher Alessio saat Alessio membawa tubuhnya untuk berdiri. Menghimpitnya di pintu yang sama tempat Alessio sebelumnya bersandar.

Lalu, di tengah pagutannya yang kian liar dan menuntut, dengan desah nafas yang kembali menderu bersahutan, tiba-tiba saja Alessio melepas pagutannya. Hanya untuk berbisik tepat di atas telinga sang gadis dengan nada serak yang rendah, "Turn around,"perintahnya, mutlak, "Now."

***

Tbc

Uhuk! 🤧🤧

Test ombak pemirsah 😎🤟🏻

Gimana?

Lanjot? 🤣🤣

Mon maap, ya. Pembukaannya udah begini 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

Kan, udah aku bilang di awal kalau cerita ini rate dewasa. Jadi, buat kalian yang gak suka cerita rate dewasa atau bahkan belum cukup umur, kalian bisa skip dan cari cerita lain.

SEE YOU 👋🏻👋🏻

Sinners (Season II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang