1. Pelarian

896 116 14
                                    

Sinners 1 || Pelarian

***

Satu setengah tahun yang lalu....

Mata Alessio menatap nanar nyaris kosong deretan gerbong-gerbong kereta api jurusan luar kota yang berada tak jauh dari hadapannya.

Sejujurnya, Alessio sendiri tidak tau akan kemana dirinya pergi. Mengingat kini Alessio tidak punya siapapun lagi pasca Ibu kandungnya sendiri sudah tidak mau lagi mengakuinya. Artinya, kini Alessio sebatang kara di dunia ini. Tanpa sanak saudara.

Namun, bukan berarti Alessio tidak punya teman. Alessio punya banyak teman, dan ada beberapa teman dekat juga. Akan tetapi, dalam keadaan seperti ini pergi ke tempat teman bukanlah pilihan yang akan Alessio ambil. Karena yang saat ini ingin Alessio lakukan hanyalah menghilang dari semua orang yang mengenalnya.

Agar wanita yang konon katanya Ibu kandung Alessio tidak akan pernah menemukannya lagi. Selamanya.

Untuk memulai hidup barunya sendirian. Tanpa ada satu orang pun yang mengenalnya. Terutama, semua orang yang mengenal keluarga Ibu kandung, terutama Ibu kandungnya sendiri.

Saat ini, Alessio terlalu marah. Hingga rasanya, kata maaf saja sudah tidah bisa lagi Alessio berikan.

Bagaimana mungkin Alessio tidak marah besar, kalau Ibu kandungnya sendiri menyangkal keberadaan dirinya—anak kandungnya sendiri, demi laki-laki yang baru saja muncul dalam hidupnya. Di depan mata Alessio sendiri.

Kalau saja itu orang lain, rasanya tidak akan semenyakitkan ini. Persetan kalau itu adalah orang lain. Atau bahkan keluarga Ibunya, termasuk pasangan yang seharusnya Alessio panggil Kakek dan Nenek. Tapi ini, Ibu kandungnya. Wanita yang konon katanya melahirkannya. Orang pertama yang seharusnya datang merangkul dan mengakuinya ketimbang orang lain. Tapi sekali lagi, justru menyangkalnya.

Menorehkan luka yang kian dalam di hati Alessio setelah luka-luka lain semasa hidupnya. Luka yang dimulai dari dimana dirinya dibuang sedari masih bayi merah. Hanya karena dirinya adalah anak yang lahir dari kesalahan Ibunya sendiri.

Memang Alessio salah apa?

Alessio sama sekali tidak ingin dilahirkan. Tapi, kenapa harus dirinya yang menanggung kesalahan orangtuanya sendiri?

Apa tidak cukup semua rasa sakit dan pengorbanan yang Alessio berikan selama ini untuk sang Ibu?

Selama ini Alessio selalu mengalah. Menuruti apa yang diperintahkan sang Ibu, dengan dalih demi Alessio sendiri.

Dari mulai disembunyikan dari dunia. Hingga akhirnya semua teman Alessio mencemooh dirinya. Bahkan, teman dekatnya berpikir kalau dia adalah laki-laki simpanan Ibunya sendiri, hanya karena umur Alessio dengan wanita yang melahirkannya hanya berbeda belasan tahun. Mereka tidak tau, kalau Ibunya melahirkan Alessio karena kesalahannya di masa remaja.

Sungguh, dari segala luka batin yang Alessio alami sedari kecil. Penyangkalan Ibu kandungnya hanya untuk seorang pria lah yang terasa paling sakit. Hingga rasanya, sulit sekali Alessio maafkan.

Padahal, semuanya sudah Alessio berikan untuk sang Ibu. Bahkan, salah satu organ tubuhnya pun dia relakan. Hanya untuk melihat sang Ibu hidup. Apa kurang pengorbanan dirinya untuk sang Ibu?

Sampai-sampai dirinya tidak pantas diakui sebagai anak oleh sang Ibu di depan khalayak banyak terutama suaminya sendiri.

Apa memiliki Alessio saja tidak cukup?

Cukup untuk melawan dunia, atau bahkan orangtuanya—Kakek-Nenek—Alessio yang berulang kali ingin menyingkirkannya.

Bahkan, Alessio sudah mau pergi ke tempat yang jauh bersama sang Ibu. Ke tempat dimana tidak ada seorang pun yang bisa mengenali mereka. Hanya demi Ibunya.

Sinners (Season II)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن