13. Yang tak diinginkan

294 64 12
                                    

Sinners || 13. Yang tak diinginkan

***

Sejujurnya, Melody tidak berniat menceritakan masalah dan keluh kesahnya selama ini pada Thania, sahabatnya sedari dulu sekaligus istri dari bosnya di kantor, Nando. Karena masalah yang sedang dia alami saat ini, menyangkut masalah pribadi Christ. Dan mungkin saja Christ keberatan kalau masalah pribadinya diceritakan pada orang lain. Walaupun itu sahabat Melody sendiri.

Akan tetapi, lama-lama Melody merasa sesak juga. Saking penuhnya unek-unek yang selama ini dia pendam sendirian. Hingga akhirnya, Melody memutuskan untuk menceritakan keresahannya belakangan ini pada Thania.

Walau mungkin Thania tidak bisa membantu banyak. Tapi ternyata, setelah Melody melepaskan semua keresahannya pada Thania. Rasanya tidak buruk juga.

Dan keresahan Melody semakin hilang manakala melihat Christ akhirnya datang menyusulnya ke tempat dimana mereka janji bertemu dengan Nando dan Thania. Yang tidak lain adalah foodcourt yang berada di gedung apartemen tempat tinggal Thania dan juga Nando.

Karena jujur saja, awalnya Melody sempat pesimis Christ akan datang kemari menyusulnya. Untuk memenuhi janjinya bertemu dengan Nando. Karena sebelumnya, berulang kali Christ selalu mengundur pertemuan ini karena alasan.. urusan pencarian anaknya dengan Diandra tentu.

Melody balas melambaikan tangan saat melihat Christ melakukan hal yang sama padanya dan Thania sebagai sapaan di sela langkahnya mendekati meja yang sedari tadi Melody tempati dengan Thania. Tentunya, diiringi dengan senyuman hangat yang selalu Christ berikan ketika dia melihat Melody.

"Kamu udah lama nunggu di sini?" tanya Christ. Sesaat setelah sampai di meja dimana Melody berada. "Aku gak telat, kan?" tanya Christ lagi. Kali ini sembari mengecup singkat sebelah pipi Melody.

"Kita belum lama, kok." Thania yang menjawab.

"Terus," Christ kembali menegakkan tubuhnya sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling, "Nandonya mana?"

"Masih di atas." Thania menujuk gendung apartemen yang berada tepat di belakangnya menggunakan dagu, "Tadi lagi mandi. Bentar lagi juga turun."

"Kamu kenapa gak minta jemput aku biar ke sininya sama-sama, Love?" tanya Christ lagi. Kali ini bertanya pada Melody saat dia menarik satu kursi yang berada di antara Melody dan juga Thania.

"Kalau kamu jemput aku dulu, mau sampe jam berapa ke sini? Jarak kantor kamu ke tempat proyek, kan, lebih jauh dari pada dari proyek ke sini."

"Oke." Christ mengangguk mengerti. "Kalian udah makan?" tanya Christ lagi.

"Belum." Sahut Melody.

"Kita nunggu kamu sama Nando." Timpal Thania.

"Nando masih lama gak?" lagi, Christ bertanya. Kali ini sembari mengelus perutnya sendiri.

"Kenapa? Kamu udah laper banget?" Thania balas bertanya.

"Hm," Christ mengangguk singkat. "Tadi aku ngelewatin makan siang karena banyak kerjaan. Jadi sekarang perutku lumayan perih." Jawabnya. "Bisa kita makan duluan?"

"Ya, udah makan dulu aja." Sahut Thania cepat. "Dari pada yang ada nanti kamu pingsan gara-gara kelaperan."

"Gak sampe pingsan juga, sih, Nia." Decak Christ. "Kamu kira aku selemah itu apa?"

Kali ini Thania tak menjawab. Hanya terkekeh saja.

"Kamu mau makan apa?" tanya Melody sembari menyodorkan beberapa menu ke arah Christ.

"Apa ya..." gumam Christ dengan kening berkerut bingung saat membaca satu persatu menu yang Melody tunjukan. Akan tetapi, tepat ketika Christ sedang sibuk memilih menu makanan, ponselnya tiba-tiba saja berdering. Menandakan ada telepon masuk. Membuat Christ buru-buru mengambil ponselnya yang berada di saku kemeja yang dia kenakan. Melihat sekilas nama kontak yang menghubunginya dan tertera di layar ponsel. Sebelum akhirnya Christ menerima panggilan tersebut. "Iya, Di?"

Sinners (Season II)Where stories live. Discover now