17. Kenyataan yang ditakutkan II

283 58 27
                                    

Sinners ||  17. Kenyataan yang ditakutkan II

***

Setelah selesai berpakaian, sembari menggosok rambutnya yang masih basah sisa mandi tadi menggunakan handuk kecil di bahunya, Alessio mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Untuk memastikan apakah Damar sudah membalas pesan yang dia kirimkan sebelum Alessio masuk kamar mandi tadi.

Dan benar saja. Damar memang ada membalas pesan singkat Alessio sebelumnya. Akan tetapi, tanpa mau membaca lebih lanjut isi pesan singkat yang dikirimkan Damar, apalagi membalasnya, Alessio langsung melempar kembali ponselnya ke atas kasur dengan malas saat sekelabatan dia melihat nama Diandra tersemat di antara balasan pesan singkat Damar.

Karena Alessio masih saja enggan, atau mungkin sudah tidak mau lagi mendengar segala sesuatu perihal Diandra lagi.

Awalnya, Alessio sudah akan menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Bermaksud mengistirahatkan tubuhnya sejenak setelah seharian berjibaku di rumah sakit, dan tentunya membuat tubuh Alessio merasa lelah. Namun, niatan Alessio urung terjadi manakala mendengar pintu kamarnya diketuk. Membuat Alessio mau tidak mau beranjak untuk membuka pintu.

"Ditunggu Mami di ruang makan." Ketus seseorang yang Alessio dapati dibalik pintu sesaat setelah pintu itu terbuka. Tentu saja orang itu tidak lain adalah Olivia.

"Oke," Alessio mengangguk saja setelah menyahut singkat. Tanpa berniat berlama-lama melihat Olivia yang saat ini memasang wajah tak bersahabat dengannya, apalagi berbicara lebih banyak. Alessio kembali menutup pintu kamarnya.

Akan tetapi, tepat sesaat sebelum pintu kamar itu tertutup, tanpa disangka Olivia langsung menahan pintu kamar yang sudah akan Alessio tutup menggunakan kakinya. Membuat Alessio sontak melihat ke arah bawah, tepat dimana kaki Olivia mengganjal pintu sembari bertanya dengan polos, "Kenapa?"

"Kenapa?" Olivia berdecih saat mengulang pertanyaan singkat Alessio.

Alessio mengangguk, "Iya, kenap—"

"Sampai kapan kamu mau mengabaikan aku terus, Alessio?" potong Olivia sengit.

Alessio sontak mengangkat wajah, mengalihkan fokus matanya dari sendal rumahan Olivia yang berbentuk kepala beruang, ke wajah Olivia. "Siapa yang mengabaikan kamu?" tanya Alessio dengan kening berkerut.

Olivia melipat kedua tangannya di depan dada saat memicingkan matanya sengit, "Kamu pikir aku gak tau kalau selama beberapa hari ini, tepatnya setelah kita kembali dari rumah Om Damar kamu mengabaikan aku?" ketusnya.

Alessio menghela nafas kasar sesaat. Sebelum akhirnya menjawab. "Aku gak mengabaikan kamu Olivia—"

"Oh, ya?" potong Olivia dramatis. "Terus apa namanya kalau bukan mengabaikan aku? Sedangkan kamu terus aja menghindar dan menjauh kalau kita ketemu? Bahkan kamu aja gak pernah mau kontak mata sama aku. Jangan bilang alasannya karena kamu marah setelah aku bilang kalau aku punya pacar?" tuduh Olivia dengan mata yang kembali memicing sengit. Dan tak memberikan kesempatan untuk Alessio menyahuti, Olivia buru-buru kembali menimpali ucapannya di saat Alessio sudah membuka mulutnya. "Kalau aku bilang jawabanku waktu itu gak serius gimana? Seharusnya kamu nanya, dong, aku serius apa gak sama jawaban aku waktu itu! Bukan malah ngindarin aku kaya begini! Gak enak tau rasanya dihindarin sama orang! Berasa aku ini kayak virus menular aja! Kalau ternyata jawaban aku malam itu bohong gimana? Lagian, kamu itu harus ngerti, waktu itu aku kaget! Siapa juga yang gak kaget tiba-tiba di ajak nikah! Padahal, setahuku, kita gak punya hubungan apa-apa—"

"Aku tau," potong Alessio di tengah corocosan panjang Olivia yang terus bicara tanpa jeda.

"Huh?"

"Aku tau masalah kamu yang sebenarnya gak punya pacar." ulang Alessio lagi.

Sinners (Season II)Where stories live. Discover now