5. Masalah setiap keluarga

240 45 8
                                    

Sinners II || 5. Masalah setiap keluarga

***

"Mas Panji?" sapa Diandra dengan senyuman hangat. Buru-buru Diandra bangkit dari kursi kebesarannya saat melihat Kakak angkatnya berjalan memasuki ruangan kerjanya, setelah sebelumnya di antar oleh sekretaris Diandra. "Mas Panji kapan datang?" Tanya Diandra lagi, di sela langkahnya mendekati sang Kakak untuk menyambutnya.

"Tadi malam," Panji menjawab.

"Kok, gak ngabarin kalau mau ke Jakarta?" tanya Diandra lagi, setelah mempersilahkan Panji duduk di sofa tamu yang ada di ruanganya. "Mas sama siapa?"

"Ada kerjaan di Jakarta sama teman," panji menyahut, "Ini titipan dari Ibu." Lantas mengulurkan goodie bag yang ukurannya lumayan besar, yang sedari tadi dia bawa.

"Apa ini, Mas?" tanya Diandra setelah mengambil goodie bag tersebut.

"Ibu ada bawain makanan kesukaan kamu. Katanya takut kamu gak nafsu makan." Jawab Panji. "Saya juga ada bawain kamu beberapa multivitamin."

"Makasih, Mas." Diandra mengangguk dengan senyum mengembang.

"Sudah makan?"

"Sampun, Mas."

"Sukurlah."

"Mas sendiri udah makan?"

"Sudah tadi sama teman sebelum mampir ke sini." Panji mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan kerja Diandra, "Ngomong-ngomong, saya ada kerjaan di Jakarta untuk beberapa hari. Jadi mumpung saya di sini, mana kunci mobil kamu?"

"Buat?" tanya Diandra bingung. "Oh, Mas mau pake mobil saya selama di Jak—"

"Bukan," potong Panji segera. "Saya Cuma mau bawa mobil kamu servis rutin. Kamu pasti belum servis mobil kamu, kan?"

Diandra tersenyum meringis. Karena tebakan Panji memang benar adanya. Malah, Diandra lupa kapan terakhir dia servis rutin mobilnya. Mungkin dua atau tiga bulan yang lalu.

"Kebiasaan," Panji berdecak. "Padahal kamu jelas tau kalau bawa kendaraan yang gak rutin di servis itu bahaya. Kamu gak inget, dulu aja mobil kamu pernah mogok malam-malam sepulangnya kamu meeting sama klien."

"Itu udah lama banget, Mas." Ringis Diandra lagi.

"Mau lama ataupun baru. Seharusnya itu jadi pelajar buat kamu. Jangan pernah lupa servis rutin, supaya kejadian seperti itu gak terjadi lagi." Panji menggersah kasar. "Sikap kamu yang teledor begini yang bikin Mas, sama orangtua kita khawatirin kamu terus. Apalagi di sini kamu tinggal sendiri."

Diandra menunduk, "Maaf, Mas."

"Sudah. Mumpung saya di sini. Kasih kuncinya sama saya. Biar saya yang bawa ke tempat servis—"

"Ndak usah, Mas." Tolak Diandra cepat. "Saya bisa sendiri."

"Dek—"

"Benaran saya bisa sendiri." Diandra buru-buru meyakinkan. "Lagian, Mas kurang-kurangin perlakuin saya kaya anak kecil. Saya ini udah dewasa, Mas."

"Tapi buat saya, kamu masih tetap adik kecil saya, yang harus saya jaga."

Diandra tersenyum lembut, "Makasih, Mas." Katanya, "Tapi kali ini benaran gak usah. Lusa, kan, udah hari libur. Saya janji bakal bawa mobilnya buat servis hari itu."

Tak langsung menjawab, Panji menatap lurus Diandra untuk sesaat. Hingga akhirnya, "Ya, sudah." Panji menghela nafas sembari mengangguk. "Mas masih ada kerjaan," lantas bangkit dari duduknya. Diikuti oleh Diandra. "Sesekali pulang tengokin Romo sama Ibu. Kasian mereka. Apalagi Romo belum pulih benar."

Sinners (Season II)Where stories live. Discover now